[0422c10] Demikianlah yang telah ku dengar:
[0422c10] Pada suatu waktu Buddha berdiam di Śrāvastī, di Jetavana, Taman Anāthapiṇḍada
[0422c11] Pada saat itu Bhagavān memberitahukan kepada para bhikṣu:
ketika benteng di wilayah perbatasan dari suatu kerajaan telah dilengkapi dengan tujuh syarat pertahanan beserta dengan empat syarat logistik pangan yang memadai, mampu didapatkan sesuai dengan keinginannya,mudah dan tanpa kesulitan yang berarti maka benteng di wilayah perbatasan dari kerajaan ini dapat dikategorikan sebagai benteng yang tidak mudah untuk dihancurkan oleh ancaman dari luar dan dalam.
[0422c13] apa yang harus disiapkan dengan baik dalam tujuh syarat pertahanan ini ?
yakni benteng di wilayah perbatasan dari kerajaan ini harus dibangun dengan struktur fondasi yang kuat , terpancang dengan baik dalam tanah , tidak tergoyahkan dan tidak mudah rusak. Dengan persyaratan pertama dalam pertahanan yang telah dipersiapkan dengan baik maka akan memberikan perlindungan bagi penghuni di dalam dan mampu menghalau ancaman dari luar.
Selain itu , benteng di wilayah perbatasan kerajaan ini harus memiliki parit yang sangat lebar dan dalam , mudah diperbaiki dan dapat diandalkan . Dengan persyaratan kedua dalam pertahanan yang telah dipersiapkan dengan baik maka akan memberikan perlindungan bagi penghuni di dalam dan mampu menghalau ancaman dari luar.
Selain itu , disekeliling bagian dari benteng di wilayah perbatasan kerajaan ini harus ada akses terowongan dan jalan terbuka yang rata. Dengan persyaratan ketiga dalam pertahanan yang telah dipersiapkan dengan baik maka akan memberikan perlindungan bagi penghuni di dalam dan mampu menghalau ancaman dari luar. .
Selain itu, benteng di wilayah perbatasan kerajaan ini harus memiliki empat divisi perang yang memadai yakni pasukan gajah, pasukan berkuda, pasukan berkereta dan juga pasukan infantri . Dengan persyaratan keempat dalam pertahanan yang telah dipersiapkan dengan baik maka akan memberikan perlindungan bagi penghuni di dalam dan mampu menghalau ancaman dari luar.
Selain itu, benteng di wilayah perbatasan kerajaan ini harus memiliki persenjataan yang memadai yakni busur , panah, tombak dan senjata panjang yang dikombinasi dengan tombak dan kapak . Dengan persyaratan kelima dalam pertahanan yang telah dipersiapkan dengan baik maka akan memberikan perlindungan bagi penghuni di dalam dan mampu menghalau ancaman dari luar.
Selain itu, benteng di wilayah perbatasan kerajaan ini harus ditempatkan prajurit handal sebagai penjaga gerbang dimana ia harus pintar dalam menyusun strategi , bijaksana dalam menyelesaikan pertikaian, berani dan gagah , memiliki perencanaan yang mengagumkan dalam mengizinkan hal yang bermanfaat dan mencegah hal yang tidak bermanfaat. Dengan persyaratan keenam dalam pertahanan yang telah dipersiapkan dengan baik maka akan memberikan perlindungan bagi penghuni di dalam dan mampu menghalau ancaman dari luar.
Selain itu, benteng perbatasan di wilayah kerajaan ini harus memiliki dinding yang kokoh , tidak mudah rusak dan dilapisi dengan mortar disetiap bagiannya. Dengan persyaratan ketujuh dalam pertahanan yang telah dipersiapkan dengan baik maka akan memberikan perlindungan bagi penghuni di dalam dan mampu menghalau ancaman dari luar.
[0422c28] apa yang harus disiapkan dengan baik dalam empat syarat logistik pangan yang mampu didapatkan sesuai dengan keinginannya, mudah dan tanpa kesulitan yang berarti ini ?
benteng perbatasan di wilayah kerajaan ini harus menyimpan air, rumput, kayu bakar, dan papan dalam jumlah yang memadai. Dengan persyaratan pertama dalam logistik pangan yang telah dipersiapkan dengan baik maka kesenangan, kenyamanan, dan kemudahan para penghuninya didalamnya dan juga untuk menghalau ancaman dari luar.
Selain itu , benteng di wilayah perbatasan kerajaan ini harus menyimpan beras, jagung , gandum dalam jumlah yang memadai. Dengan persyaratan kedua dalam logistik pangan yang telah dipersiapkan dengan baik maka kesenangan, kenyamanan, dan kemudahan para penghuninya didalamnya dan juga untuk menghalau ancaman dari luar.
Selain itu , benteng di wilayah perbatasan kerajaan ini harus menyimpan beragam bahan makanan, wijen, sayur-mayur, dan biji-bijian baik yang besar ataupun kecil. Dengan persyaratan ketiga dalam logistik pangan yang telah dipersiapkan dengan baik maka kesenangan, kenyamanan, dan kemudahan para penghuninya didalamnya dan juga untuk menghalau ancaman dari luar.
Selain itu , benteng di wilayah perbatasan kerajaan ini harus memiliki sarana penyimpanan untuk obat-obatan , madu , ghee , tebu , gula , ikan , garam , dan buah ataupun daging yang telah dikeringkan. Dengan persyaratan keempat dalam logistik pangan yang telah dipersiapkan dengan baik maka kesenangan, kenyamanan, dan kemudahan para penghuninya didalamnya dan juga untuk menghalau ancaman dari luar.
Dengan demikian , benteng perbatasan di wilayah kerajaan ini yang memenuhi kedua persyaratan yakni tujuh syarat pertahanan dan empat logistik pangan yang mampu didapatkan sesuai dengan keinginannya,mudah dan tanpa kesulitan yang berarti ini dapat dikategorikan sebagai benteng yang tidak mudah untuk dihancurkan oleh ancaman dari luar dan dalam.
[0423a11] Demikian juga, untuk siswa dari para Mulia ini yang telah memiliki tujuh kualitas baik, dan empat kesadaran yang tidak tertandingi yang mampu didapatkan sesuai dengan keinginannya ,mudah dan tanpa kesulitan yang berarti ini tidak akan dengan mudah dipengaruhi oleh Māra, tidak mengikuti kejahatan , kualitas yang tidak bermanfaat, tindakan yang tidak bermoral , ataupun terpengaruh oleh kondisi mental yang tidak berguna ataupun tindakan lainnya yang dapat mengkondisikan akar dari Saṃsāra.
[0423a14] Apa yang dimiliki oleh siswa para Mulia dalam ke tujuh kualitas yang baik ini ?
Seorang siswa para Mulia memiliki keyakinan yang tidak tergoyahkan dan mendalam terhadap penggugahan dari Tathāgata, dengan keyakinan yang kokoh , tidak akan mengikuti jalan para śramaṇa diluar ajaran , brahmana, seseorang yang bertingkah seperti para deva , , Māra, Brahmā ataupun lainnya yang ada di dunia ini. Inilah kualitas pertama yang dimiliki oleh siswa para Mulia
Selanjutnya , seorang siswa para Mulia ini senantiasa memiliki rasa malu , Dia merasa malu terhadap setiap tindakan yang keliru dan juga mengetahui dengan sadar akan rasa malu tersebut pada saat ia mengikuti kejahatan , kualitas yang tidak bermanfaat, tindakan yang tidak bermoral , ataupun terpengaruh oleh kondisi mental yang tidak berguna ataupun tindakan lainnya yang dapat mengkondisikan akar dari Saṃsāra. Inilah kualitas kedua yang dimiliki oleh siswa para Mulia
Selanjutnya , seorang , siswa mulia senantiasa memiliki rasa takut . Dia merasa takut terhadap setiap tindakan yang keliru dan juga mengetahui dengan sadar akan rasa takut tersebut pada saat ia mengikuti kejahatan , kualitas yang tidak bermanfaat, tindakan yang tidak bermoral , ataupun terpengaruh oleh kondisi mental yang tidak berguna ataupun tindakan lainnya yang dapat mengkondisikan akar dari Saṃsāra. Inilah kualitas ketiga yang dimiliki oleh siswa para Mulia.
Selanjutnya , siswa para Mulia senantiasa bersemangat dan berusaha dengan tekun dalam meninggalkan semua kejahatan dan kualitas yang tidak bermanfaat , dan mengakumulasi berbagai kualitas yang bermanfaat , kokoh dan tetap dalam pendiriannya ,tidak mundur dalam akumulasi yang berkaitan dengan akar kualitas yang bermanfaat. . Inilah kualitas keempat yang dimiliki oleh siswa para Mulia.
Selanjutnya, siswa para Mulia senantiasa banyak belajar dan banyak mendengarkan, menguasai dan tidak mudah untuk melupakan ajaran yang telah dia pelajari . ajaran ini dikenal sebagai Dharma yang memiliki kualitas yang bermanfaat , pada awal , pertengahan maupun akhir, yang memiliki kebenaran dalam setiap kata dan makna . mengungkapkan kehidupan spiritual dengan murni dan sempurna, dan juga memanifestasikan kebebasan dari semua keinginan.
Ajaran yang demikian yang telah banyak dia pelajari, dengar, ingat dan hafal secara lisan , diamati mendalam , dan ditembus mendalam dengan sempurna hingga mencapai pengetahuan yang murni. . Inilah kualitas kelima yang dimiliki oleh siswa para Mulia.
Selanjutnya, siswa para Mulia senantiasa melatih kesadaran [eling] . hingga mencapai kesadaran [ eling ] `yang benar, selalu mengingat semua yang telah ia pelajari dan dengar sebelumnya dan tidak akan lupa . Inilah kualitas keenam yang dimiliki oleh siswa para Mulia.
Selanjutnya, siswa para Mulia melatih diri dengan kebijaksanaan melalui pengamatan mendalam yang berhubungan dengan muncul dan lenyapnya fenomena hingga kemudian mencapai kebijaksanaan , pengetahuan mulia yang menembus semua perbedaan yang mengarah pada lenyapnya penderitaan dengan sempurna. Inilah kualitas ketujuh yang dimiliki oleh siswa para Mulia.
[0423b04] Bagaimana seorang siswa mulia dapat mencapai kesadaran yang tidak tertandingi dengan mudah dan tanpa kesulitan yang berarti?
Siswa para Mulia ini dalam keterasingan dirinya sendiri , meninggalkan semua keinginan sensual, meninggalkan kejahatan dan kualitas yang tidak bermanfaat , masuk dan berdiam dalam jhāna pertama dengan kegiuran (prīti) dan kebahagiaan (sukha) yang muncul dari keterasingan ini disertai dengan aplikasi kesadaran awal (vitarka) dan aplikasi yang berkelanjutan dari kesadaran terhadap objek (vicara) Demikianlah siswa para Mulia ini mencapai tahapan pertama dari kesadaran tidak tertandingi dengan mudah dan tanpa kesulitan yang berarti.
Selanjutnya , Siswa para Mulia ini melalui meredanya aplikasi kesadaran awal (vitarka) dan aplikasi yang berkelanjutan dari kesadaran terhadap objek (vicara), ia masuk dan berdiam dalam jhāna ke dua, yang memiliki kedamaian internal dan mencapai kemanunggalan kesadaran , dengan kegiuran (prīti) dan kebahagiaan (sukha) yang muncul dari konsentrasi, tanpa aplikasi kesadaran awal (avitarka) dan tanpa aplikasi yang berkelanjutan dari kesadaran terhadap objek (avicara). Demikianlah siswa para Mulia ini mencapai tahapan kedua dari kesadaran tidak tertandingi dengan mudah dan tanpa kesulitan yang berarti.
Selanjutnya , Siswa para Mulia ini melalui memudarnya kegiuran (prīti) dan lenyapnya keinginan, ia berdiam dalam ekuanimitas dan masuk dalam kondisi tiada kehendak , dengan kesadaran [eling] yang benar (samyak-smṛti) dan pemahaman benar (samyak-dṛṣṭi ) , ia mengalami sensasi kebahagiaan (sukha) pada jasmani , kemudian masuk dan berdiam dalam jhāna ke tiga. yang dinyatakan oleh para mulia sebagai ekuanimitas dan kesadaran [eling] yang benar, kediaman yang membahagiakan. Demikianlah siswa para Mulia ini mencapai tahapan ketiga dari kesadaran tidak tertandingi dengan mudah dan tanpa kesulitan yang berarti.
Selanjutnya , Siswa para Mulia ini melalui lenyapnya sensasi kebahagiaan (sukha) dan lenyapnya penderitaan dan juga lenyapnya semua akar dari kekhawatiran , ia memasuki kondisi bukan penderitaan ataupun bukan kebahagiaan dalam ekuanimitas dan kesadaran [eling] yang murni hingga memasuki dan berdiam dalam jhāna ke empat. Demikianlah siswa para Mulia ini mencapai tahapan keempat dari kesadaran tidak tertandingi dengan mudah dan tanpa kesulitan yang berarti.
[0423b16] Dengan cara demikian , siswa dari para Mulia ini yang telah memiliki tujuh kualitas baik, dan empat kesadaran yang tidak tertandingi yang mampu didapatkan sesuai dengan keinginannya ,mudah dan tanpa kesulitan yang berarti ini tidak akan dengan mudah dipengaruhi oleh Māra, tidak mengikuti kejahatan , kualitas yang tidak bermanfaat, tindakan yang tidak bermoral , ataupun terpengaruh oleh kondisi mental yang tidak berguna ataupun tindakan lainnya yang dapat mengkondisikan akar dari Saṃsāra.
Ini dapat dianalogikan dengan struktur fondasi pada benteng di perbatasan wilayah dari kerajaan yang dibangun dengan kuat, terpancang dengan baik dalam tanah , tidak tergoyahkan dan tidak mudah rusa untuk memberikan perlindungan bagi penghuni di dalam dan mampu menghalau ancaman dari luar , Demikian juga , siswa para Mulia yang memiliki keyakinan tidak tergoyahkan dan mendalam terhadap penggugahan dari Tathāgata, dengan keyakinan yang kokoh , tidak akan mengikuti jalan para śramaṇa diluar ajaran , brahmana, seseorang yang bertingkah seperti para deva , Māra, Brahmā ataupun lainnya yang ada di dunia ini. Dengan keyakinan sebagai fondasi, siswa para Mulia ini meninggalkan semua kejahatan dan kualitas yang tidak bermanfaat serta mengakumulasi kualitas yang bermanfaat.
[0423b23] Selanjutnya , ini juga dapat dianalogikan dengan parit pada benteng perbatasan wilayah kerajaan ini yang dibangun dengan sangat lebar dan dalam , mudah diperbaiki dan dapat diandalkan untuk memberikan perlindungan bagi penghuni di dalam dan mampu menghalau ancaman dari luar. Demikian juga , siswa para Mulia ini senantiasa memiliki rasa malu , Dia merasa malu terhadap setiap tindakan yang keliru dan juga mengetahui dengan sadar akan rasa malu tersebut pada saat ia mengikuti kejahatan , kualitas yang tidak bermanfaat, tindakan yang tidak bermoral , ataupun terpengaruh oleh kondisi mental yang tidak berguna ataupun tindakan lainnya yang dapat mengkondisikan akar dari Saṃsāra. Dengan rasa malu sebagai parit, siswa para Mulia ini meninggalkan semua kejahatan dan kualitas yang tidak bermanfaat serta mengakumulasi kualitas yang bermanfaat.
[0423b28] Selanjutnya , ini juga dapat dianalogikan dengan akses terowongan dan jalan terbuka yang dibangun disekeliling bagian dari benteng perbatasan wilayah kerajaan ini untuk memberikan perlindungan bagi penghuni di dalam dan mampu menghalau ancaman dari luar. Demikian juga , siswa para Mulia ini senantiasa memiliki rasa takut . Dia merasa takut terhadap setiap tindakan yang keliru dan juga mengetahui dengan sadar akan rasa takut tersebut pada saat ia mengikuti kejahatan , kualitas yang tidak bermanfaat, tindakan yang tidak bermoral , ataupun terpengaruh oleh kondisi mental yang tidak berguna ataupun tindakan lainnya yang dapat mengkondisikan akar dari Saṃsāra. Dengan rasa malu sebagai akses terowongan dan jalan terbuka, siswa para Mulia ini meninggalkan semua kejahatan dan kualitas yang tidak bermanfaat serta mengakumulasi kualitas yang bermanfaat.
[0423c03] Selanjutnya , ini juga dapat dianalogikan dengan empat divisi perang yang memadai yakni pasukan gajah, pasukan berkuda, pasukan berkereta dan juga pasukan infantri yang ditempatkan pada benteng do perbatasan wilayah kerajaan ini untuk memberikan perlindungan bagi penghuni di dalam dan mampu menghalau ancaman dari luar. Demikian juga , siswa para Mulia ini senantiasa bersemangat dan berusaha dengan tekun dalam meninggalkan semua kejahatan dan kualitas yang tidak bermanfaat , dan mengakumulasi berbagai kualitas yang bermanfaat , kokoh dan tetap dalam pendiriannya ,tidak mundur dalam akumulasi yang berkaitan dengan akar kualitas yang bermanfaat. Dengan bersemangat dan berusaha dengan tekun sebagai kekuatan dari empat divisi perang yang memadai , siswa para Mulia ini meninggalkan semua kejahatan dan kualitas yang tidak bermanfaat serta mengakumulasi kualitas yang bermanfaat.
[0423c08] Selanjutnya , ini juga dapat dianalogikan dengan persenjataan yang memadai yakni busur , panah, tombak dan senjata panjang yang dikombinasi dengan tombak dan kapak yang dimiliki oleh.benteng di wilayah perbatasan kerajaan ini. untuk memberikan perlindungan bagi penghuni di dalam dan mampu menghalau ancaman dari luar. Demikian juga , siswa para Mulia ini senantiasa banyak belajar dan banyak mendengarkan, menguasai dan tidak mudah untuk melupakan ajaran yang telah dia pelajari . ajaran ini dikenal sebagai Dharma yang memiliki kualitas yang bermanfaat , pada awal , pertengahan maupun akhir, yang memiliki kebenaran dalam setiap kata dan makna . mengungkapkan kehidupan spiritual dengan murni dan sempurna, dan juga memanifestasikan kebebasan dari semua keinginan. Ajaran yang demikian yang telah banyak dia pelajari, dengar, ingat dan hafal secara lisan , diamati mendalam , dan ditembus mendalam dengan sempurna hingga mencapai pengetahuan yang murni. . Dengan banyak belajar dan banyak mendengarkan sebagai persenjataan yang memadai, siswa para Mulia ini meninggalkan semua kejahatan dan kualitas yang tidak bermanfaat serta mengakumulasi kualitas yang bermanfaat.
[0423c14] Selanjutnya , ini juga dapat dianalogikan dengan prajurit handal sebagai penjaga gerbang dimana ia harus pintar dalam menyusun strategi , bijaksana dalam menyelesaikan pertikaian, berani dan gagah , memiliki perencanaan yang mengagumkan dalam mengizinkan hal yang bermanfaat dan mencegah hal yang tidak bermanfaat. yang ditempatkan pada benteng di wilayah perbatasan kerajaan ini untuk memberikan perlindungan bagi penghuni di dalam dan mampu menghalau ancaman dari luar. Demikian juga , siswa para Mulia ini senantiasa melatih kesadaran [eling] . hingga mencapai kesadaran [ eling ] `yang benar, selalu mengingat semua yang telah ia pelajari dan dengar sebelumnya dan tidak akan lupa. . Dengan kesadaran [ eling ] `yang benar sebagai prajurit handal penjaga gerbang, siswa para Mulia ini meninggalkan semua kejahatan dan kualitas yang tidak bermanfaat serta mengakumulasi kualitas yang bermanfaat.
[0423c19] Selanjutnya , ini juga dapat dianalogikan dengan dinding yang kokoh , tidak mudah rusak dan dilapisi dengan mortar disetiap bagiannya pada benteng di wilayah perbatasan kerajaan ini untuk memberikan perlindungan bagi penghuni di dalam dan mampu menghalau ancaman dari luar. Demikian juga , siswa para Mulia ini senantiasa melatih diri dengan kebijaksanaan melalui pengamatan mendalam yang berhubungan dengan muncul dan lenyapnya fenomena hingga kemudian mencapai kebijaksanaan , pengetahuan mulia yang menembus semua perbedaan yang mengarah pada lenyapnya penderitaan dengan sempurna Dengan kebijaksanaan sebagai dinding siswa para Mulia ini meninggalkan semua kejahatan dan kualitas yang tidak bermanfaat serta mengakumulasi kualitas yang bermanfaat.
[0423c23] Selanjutnya , ini juga dapat dianalogikan dengan penyimpanan air, rumput, kayu bakar, dan papan dalam jumlah yang memadai pada benteng perbatasan di wilayah kerajaan ini untuk memberikan perlindungan bagi penghuni di dalam dan mampu menghalau ancaman dari luar. Demikian juga , siswa para Mulia ini dalam keterasingan dirinya sendiri , meninggalkan semua keinginan sensual, meninggalkan kejahatan dan kualitas yang tidak bermanfaat , masuk dan berdiam dalam jhāna pertama dengan kegiuran (prīti) dan kebahagiaan (sukha) yang muncul dari keterasingan ini disertai dengan aplikasi kesadaran awal (vitarka) dan aplikasi yang berkelanjutan dari kesadaran terhadap objek (vicara) . Ia berdiam dalam kebahagiaan yang tidak akan habis, dalam kebahagiaan yang damai, yang akan mengarahkannya secara alami untuk menuju Nirvāṇa
.
[0423c27] Selanjutnya , ini juga dapat dianalogikan dengan penyimpanan beras, jagung , gandum dalam jumlah yang memadai pada benteng di perbatasan wilayah kerajaan ini untuk memberikan perlindungan bagi penghuni di dalam dan mampu menghalau ancaman dari luar. Demikian juga , siswa para Mulia ini melalui meredanya aplikasi kesadaran awal (vitarka) dan aplikasi yang berkelanjutan dari kesadaran terhadap objek (vicara), ia masuk dan berdiam dalam jhāna ke dua, yang memiliki kedamaian internal dan mencapai kemanunggalan kesadaran , dengan kegiuran (prīti) dan kebahagiaan (sukha) yang muncul dari konsentrasi, tanpa aplikasi kesadaran awal (avitarka) dan tanpa aplikasi yang berkelanjutan dari kesadaran terhadap objek (avicara). Ia berdiam dalam kebahagiaan yang tidak akan habis, dalam kebahagiaan yang damai, yang akan mengarahkannya secara alami untuk menuju Nirvāṇa .
[0424a02] Selanjutnya , ini juga dapat dianalogikan dengan penyimpanan beragam bahan makanan , wijen, sayur-mayur, dan biji-bijian baik yang besar ataupun kecil pada benteng di wilayah perbatasan kerajaan ini untuk memberikan perlindungan bagi penghuni di dalam dan mampu menghalau ancaman dari luar. Demikian juga , siswa para Mulia ini melalui memudarnya kegiuran (prīti) dan lenyapnya keinginan, ia berdiam dalam ekuanimitas dan masuk dalam kondisi tiada kehendak , dengan kesadaran [eling] yang benar (samyak-smṛti) dan pemahaman benar (samyak-dṛṣṭi ) , ia mengalami sensasi kebahagiaan (sukha) pada jasmani , kemudian masuk dan berdiam dalam jhāna ke tiga. yang dinyatakan oleh para mulia sebagai ekuanimitas dan kesadaran [eling] yang benar, kediaman yang membahagiakan. Ia berdiam dalam kebahagiaan yang tidak akan habis, dalam kebahagiaan yang damai, yang akan mengarahkannya secara alami untuk menuju Nirvāṇa .
[0424a06] Selanjutnya , ini juga dapat dianalogikan dengan penyimpanan harus memiliki sarana penyimpanan untuk obat-obatan , madu , ghee , tebu , gula , ikan , garam , dan buah ataupun daging yang telah dikeringkan pada benteng di wilayah perbatasan kerajaan ini untuk memberikan perlindungan bagi penghuni di dalam dan mampu menghalau ancaman dari luar. Demikian juga , siswa para Mulia ini melalui lenyapnya sensasi kebahagiaan (sukha) dan lenyapnya penderitaan dan juga lenyapnya semua akar dari kekhawatiran , ia memasuki kondisi bukan penderitaan ataupun bukan kebahagiaan dalam ekuanimitas dan kesadaran [eling] yang murni hingga memasuki dan berdiam dalam jhāna ke empat. Ia berdiam dalam kebahagiaan yang tidak akan habis, dalam kebahagiaan yang damai, yang akan mengarahkannya secara alami untuk menuju Nirvāṇa
.
[0424a10] Demikianlah yang diuraikan oleh Buddha , Setelah mendengarkan uraian ini para bhikṣu bersuka cita dan dan mengingatnya dengan baik.
[0424a12] Sutra perumpamaan benteng , bagian ketiga dalam `seribu sembilan ratus dua aksara.