མདོ་སྡེ།།

Bagian dari Kangyur ini berisi tantra pilihan yang diterjemahkan pada awal periode terjemahan di Tibet (yakni di abad ke delapan dan awal abad ke sembilan ) yang kemudian dikenal sebagai “tradisi kuno dari terjemahan awal ” (snga 'gyur rnying ma).

Ada sekitar empat ratus tantra yang diterjemahkan dari Sankrit dan bahasa lainnya selama periode awal ini, di bawah perlindungan kerajaan Raja Trisong Detsen dan penerusnya , tetapi teks tantra ini dikategorikan sebagai ajaran rahasia sehingga tidak tercantum bersama teks lainnya yang bersifat non esoterik dalam katalog misalnya Denkarma (ldan dkar ma) melainkan hanya ditansmisi secara lisan hingga adanya penghancuran institusi Buddhist oleh Langdarma tetapi pada abad ke sebelas , satu set tantra yang berbeda yang berbeda ditemukan di India danmulai diperkenalkan ke Tibet oleh Rinchen Zangpo, Drokmi Lotsāwa, Marpa Lotsāwa, dan lainnya. Kejadian ini membentuk awal dari “terjemahan baru” (gsar 'gyur) dari ‘penyebaran ajaran yang baru (phyi dar) dan menjadi korpus tantrika dari tradisi baru yang secara bertahap muncul dan berkembang dalam abad berikutnya.
Para cendikiawan dari tradisi terjemahan baru ini tidak berminat pada tantra periode awal, kemudian mereka mengkatalog dan menyusun kembali teks teks-teks kanonik yang diterjemahkan dalam koleksi yang lebih sistematis yang kemudian dikenal dengan Kangyur, pertama kali diprakarsai oleh Butön Rinchen Drup (1290-1364), yang berusaha menginventarisasikan teks-teks terjemahan ini tetapi tidak memasukkan tantra lama kedalam Kangyur karena adanya keraguan yang berkaitan dengan keaslian dari nara sumber India, tetapi kunjungan dari penerjemah baru Tibet ke India dan Nepal selama berabad-abad setelah periode awal menemukan bukti tradisi tantra lama ini juga ditemukan ditempat lain.

Walaupun demikan, ini masih sangat sulit untuk menyimpulkan bahwa para cendikiawan yang mengkompilasi teks ini tidak dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan, dan semangat reformasi dan bahkan oleh politik. Dalam periode pasca-kekaisaran juga menentang a praktek dari tantra awal dengan dekrit yang ditulis oleh Lha Lama Yeshé'o (947-1024) raja Guge di Tibet barat (generasi kelima dari Langdarma) , dan pada abad kesebelas oleh Go Khukpa Lhetsé, dan juga oleh kritikus lainnya.

Meskipun demikian, sebagian besar Kangyur ( dari tradisi Tshalpa, termasuk Degé ) memang mencakup seleksi tantra awal ini tetapi sangat terbatas. Menurut teks yang ditulis oleh Ngaki Wangpo (ngag gi dbang po, kemungkinan Longchenpa, di dalam rgol ngan log rtog bzlog pa'i bstan bcos), kemungkinann pada abad ke-14 , cedikiawan dari Narthang yang bernama Upa Losal Sangye Bum yang mengkategorikan kembali teks tantra lama ini
Divisi ini hanya terdiri beberapa teks-teks utama yang mewakili tiga jenis tantra yakni -Mahāyoga, Anuyoga, dan Atiyoga- dimana tradisi Nyingma membaginya dalam bagian tantra internal ( nang rgyud), yang setara dengan Anuttara / Niruttara dalam tradisi Sarma).
Atiyoga diwakili oleh D0828 ( kun byed po rgyal), dari kelas kesadaran (sems sde), yang merupakan divisi terendah dari tiga subdivisi Atiyoga.
Anuyoga diwakili oleh D0829, (mdo dgongs pa ’dus pa) tapi di sini dengan menggunakan judul lain yang diambil dari sumbernya, D0831, (kun ’dus rig pa’i mdo); dan oleh D0830, (ye shes rngam pa glog gi ’khor lo ) meskipun di beberapa klasifikasi tantra ini dikategorikan sebagai teks Mahāyoga.
Sisa dari teks di bagian ini mulai dari D0832-844 termasuk dalam tantra Mahāyoga yang diklasifikasikan dalam tantra (rgyud sde) dan sarana untuk pencapaian (sgrub sde)

Bagian pertama adalah tantra yang terdiri dari 18 tantra dasar berasal dari korpus utama teks-teks tantra yang dikenal sebagai (sgyu 'phrul dra ba) dalam D0832 dan 834 yang terdiri dari dua versi tantra Guhyagarbha (rgyud gsang ba’i snying po); dan D0833 (rdo rje sems dpa’i sgyu ’phrul dra ba); dan D0836, (lha mo sgyu ’phrul dra ba chen po) . D0835, (thabs kyi zhags pa) yang merupakan fragment yang diklasifikasikan sebagai tantra tambahan.
Bagian kedua adalah sarana untuk pencapaian yang diklasifikasikan berdasarkan aplikasi deity dalam meditasi yang diuraikan dalam teks ini dimana D0838 berkaitan dengan Mañjuśrī-Yamāntaka, 839 dengan Hayagrīva, 840 dengan Śrīheruka, dan 841 dengan Vajrāmṛta, sedangkan D0842, 843 dan 844 berfokus pada Vajramantrabhīru, dan Lokastotrapūjā,. Teks ini mewakili praktek dari Vajrakīla dalam dalam tradisi Nyingma,dimana fragmen ini tidak terkatalog tetapi di sini bernomor 841A.
Ada beberapa tantra yang diterjemahkan pada periode awal tetapi tidak tercakup dalam Tantra Lama ini , melainkan tercantum dalam Koleksi Utama Tantra, karena tantra ini dipraktekkan bersama dalamtradisi Nyingma dan Sarma (meskipun menggunakan terjemahan yang berbeda) antara lain Mañjusrīnāmasaṃgīti (D0360), the Guhyasamāja (gsang ba sdus pa, D0442), and the Māyājāla (sgyu ’phrul dra ba, D0466).
Untuk informasi lebih lanjut
Gyurme Dorje, The Guhyagarbhatantra and its XIVth Century Commentary Phyogs-bcu mun-sel, PhD thesis. University of London, SOAS (1987).
E. Gene Smith, Among Tibetan Texts: History and Literature of the Himalayan Plateau (Studies in Indian and Tibetan Buddhism), Boston, Wisdom Publications (2001).
Dudjom Rinpoche Jigdrel Yeshe Dorje, tr. Dorje, G. and Kapstein, M., The Nyingma School of Tibetan Buddhism: Its Fundamentals and History, Boston, Wisdom Publications (1991).
Wangchuk, Dorji, “An Eleventh Century Defence of the Authenticity of the Guhyagarbha Tantra,” in Eimer and Germano (eds.), The Many Canons of Tibetan Buddhism (PIATS 2000). Leiden, Brill (2002).
See also section 6, chapter 4 in: Jamgön Kongtrul (’jam mgon kong sprul blo gros mtha’ yas), shes bya kun khyab, Delhi: Shechen Publications (1997). Translated as Guarisco, E. and McLeod, I (trans.), The Treasury of Knowledge: Book 6, Part 4, Systems of Buddhist Tantra, Ithaca: Snow Lion Publications (2005), chapters 17 and 20.