Pages

MA 2 - 晝度樹經 [ Pohon Pārijāta ]

中阿含經

madhyamāgama


七法品

Divisi Tujuh Ajaran

MA 2 [T 26.2 ]


晝度樹經

Pohon Pārijāta


Nara Sumber dalam Chinese
Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh : Karma Jigme


MA 1 MA 2 MA 3

[0422a19] Demikianlah telah kudengar:

[0422a19] Pada suatu ketika, Sang Buddha sedang berdiam di Śrāvastī, di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍada.

[0422a20] Pada waktu itu Bhagavā berkata kepada para bhiksu:

“Jika daun-daun pohon Pārijāta di alam tiga puluh tiga dewa [Trāyastriṃśa] mulai menguning, maka tiga puluh tiga dewa akan berbahagia dan bergembira, [dengan mengatakan]: “Daun-daun pohon Pārijāta akan segera gugur!”

Kemudian , pada saat daun-daun pohon Pārijāta di alam tiga puluh tiga dewa [Trāyastriṃśa] telah gugur, maka tiga puluh tiga dewa juga akan berbahagia dan bergembira [dengan mengatakan]: “Daun-daun [baru] pohon Pārijāta akan segera tumbuh kembali!”

Kemudian , ketika daun-daun [baru ] pohon Pārijāta di alam tiga puluh tiga dewa [Trāyastriṃśa] telah tumbuh , maka tiga puluh tiga dewa berbahagia dan bergembira [dengan mengatakan]: “Pohon Pārijāta akan segera menumbuhkan kuncup-kuncup!”

Kemudian, ketika pohon Pārijāta di alam tiga puluh tiga dewa [Trāyastriṃśa] telah menumbuhkan kuncup-kuncup, maka tiga puluh tiga dewa berbahagia dan bergembira [dengan mengatakan]: [Kuncup-kuncup] pohon Pārijāta akan segera berkembang menyerupai paruh burung!”

“Kemudian, ketika [kuncup-kuncup] pohon Pārijāta di alam tiga puluh tiga dewa [Trāyastriṃśa ] telah berkembang menyerupai paruh burung, maka tiga puluh tiga dewa berbahagia dan bergembira [dengan mengatakan]: “[Kuncup-kuncup] pohon Pārijāta akan segera berkembang menyerupai pātra!”

“Kemudian, , [ketika kuncup-kuncup] pohon Pārijāta di alam tiga puluh tiga dewa [Trāyastriṃśa ] telah berkembang menyerupai pātra, maka tiga puluh tiga dewa berbahagia dan bergembira[dengan mengatakan]: : “Pohon Pārijāta akan segera mekar dengan sempurna !”

“Jika pada saat pohon Pārijāta telah mekar dengan sempurna , maka cahaya akan menyeliputinya, warnanya akan bersinar, dan keharumannya akan tercium hingga sejauh seratus yojana. Pada saat itu , mulai dari pertengahan Vasant [ musim semi ] di bulan ke empat , kualitas kebajikan dari lima kelompok keinginan indriya surgawi akan tersempurnakan , demikian juga hiburan yang bersifat alami, dengan demikian maka ke tiga puluh tiga dewa tersebut dapat berkumpul di bawah pohon Pārijāta untuk menghibur diri .

[0422b06] “Demikian juga untuk seorang siswa mulia, yang ingin meninggalkan kehidupan berumah tangga untuk menjadi bhiksu maka siswa mulia tersebut dapat diumpamakan sebagai daun-daun pohon Pārijāta di alam tiga puluh tiga dewa [Trāyastriṃśa] yang mulai menguning.

“Kemudian, ketika siswa mulia itu mencukur rambut dan janggut[nya], mengenakan jubah kasaya, bertekad bulat , untuk menjalankan kehidupan keduniawian dengan menjadi menjadi bhiksu , menjadi [seseorang yang] tidak memiliki rumah, dan berlatih diri dalam jalan kebenaran . Pada saat ini siswa mulia tersebut diumpamakan seperti daun-daun pohon Pārijāta di alam tiga puluh tiga dewa [Trāyastriṃśa] yang telah gugur.

“Kemudian, ketika siswa mulia itu, terbebaskan dari keinginan indriya, meninggalkan kejahatan dan jalan yang tidak bermanfaat, dengan kesadaran yang senantiasa terjaga dan melatih diri dengan pengamatan mendalam, meninggalkan siklus eksistensi [ kelahiran kembali ] dengan penuh sukacita, mencapai dan berdiam dalam jhāna pertama. Pada saat ini siswa mulia tersebut diumpamakan seperti daun-daun pohon Pārijāta di alam tiga puluh tiga dewa [Trāyastriṃśa] yang baru tumbuh kembali

“Kemudian, ketika siswa mulia itu, telah melampaui kesadaran kasar dan persepsi halus [ diskriminasi ] , mencapai ketenangan [ kedamaian ] internal dan penyatuan kesadaran [ dengan objek ] tanpa terinterupsi , tanpa pengamatan mendalam lebih lanjut, dimana sensasi dari sukacita itu telah muncul, kemudian mencapai dan berdiam dalam jhāna kedua. . Pada saat ini siswa mulia tersebut diumpamakan seperti daun-daun pohon Pārijāta di alam tiga puluh tiga dewa [Trāyastriṃśa] yang telah berkembang menjadi kuncup

“Kemudian , siswa mulia itu, meninggalkan sensasi sukacita dan keinginan, dengan berdiam dalam kondisi tiada daya [ keinginan ] , dengan kesadaran [ keelingan ] (smrti) yang benar dan kebijaksanaan yang benar, diriingi dengan sensasi kenikmatan dalam jasmani, para mulia ( arya ) menyebutnya sebagai : pembebasan para mulia , perenungan mendalam , berdiam dalam suka cita , kekosongan ( sunyata) , kemudian mencapai dan berdiam dalam jhāna ketiga. Pada saat ini siswa mulia tersebut diumpamakan seperti daun-daun pohon Pārijāta di alam tiga puluh tiga dewa [Trāyastriṃśa] yang berkembang menyerupai paruh burung.

“Kemudian , siswa mulia itu, mencapai kondisi lenyapnya kepuasan dan ketidakpuasan [ penderitaan ] dimana sensasi kepuasan maupun ketidakpuasan telah dilenyapkan sepenuhnya, tiada kepuasan , tiada ketidakpuasan , senantiasa dalam ekuanimitas , eling [ sadar ] , dan mencapai pemurnian [terbebaskan dari delusi] , kemudian mencapai dan berdiam dalam jhāna keempat. Pada saat ini siswa mulia tersebut diumpamakan seperti daun-daun pohon Pārijāta di alam tiga puluh tiga dewa [Trāyastriṃśa] yang berkembang menyerupai pātra.

[0422b23] “Kemudian, siswa mulia itu telah melenyapkan semua arus mental yang menjadi penyebab siklus eksistensi [ kelahiran kembali] (āsrava) ,terbebaskan melalui kesadaran ( citta vimukta ) , terbebaskan melalui kebijaksanaan( prajñāvimukta ) , dengan manifestasi dari Dharma mencapai pengetahuan dan penggugahan melalui dirinya sendiri dan damai , kemudian mengalami dan berdiam dalam pengetahuan dan penggugahan ini . mengakhiri kelahiran kembali , berdiam dalam kedamaian dan bebas dari semua keinginan indriya , telah menyelesaikan semua yang harus dilakukan , tiada lagi ketidakpuasan yang terkondisi , memahami realitas sebagaimana apa adanya. Pada saat ini siswa mulia tersebut diumpamakan seperti daun-daun pohon Pārijāta di alam tiga puluh tiga dewa [Trāyastriṃśa] yang telah mekar sempurna . Bhiksu yang demikian , yang telah melenyapkan semua arus mental yang menjadi penyebab siklus eksistensi [ kelahiran kembali] (āsrava) disebut sebagai arahat dimana tiga puluh tiga dewa juga akan berkumpul di Aula Utama dari doktrin murni untuk memujinya [ dengan berkata ]

“ Yang Mulia ini, memulainya dari seorang awam, kemudian mencukur rambut dan janggut[nya], mengenakan jubah mengenakan jubah kasaya, bertekad bulat , untuk menjalankan kehidupan keduniawian dengan menjadi menjadi bhiksu , menjadi [seseorang yang] tidak memiliki rumah, dan berlatih diri dalam jalan kebenaran hingga melenyapkan semua arus mental yang menjadi penyebab siklus eksistensi [ kelahiran kembali] (āsrava)

“kemudian Beliau terbebaskan melalui kesadaran ( citta vimukta ) , terbebaskan melalui kebijaksanaan( prajñāvimukta ) , dengan manifestasi dari Dharma mencapai pengetahuan dan penggugahan melalui dirinya sendiri dan damai , kemudian mengalami dan berdiam dalam pengetahuan dan penggugahan ini . mengakhiri kelahiran kembali , berdiam dalam kedamaian dan bebas dari semua keinginan indriya , telah menyelesaikan semua yang harus dilakukan , tiada lagi ketidakpuasan yang terkondisi , memahami realitas sebagaimana apa adanya

“seorang arahat yang telah melenyapkan semua arus mental yang menjadi penyebab siklus eksistensi [ kelahiran kembali] (āsrava) memasuki persamuan [ dari semua yang telah terbebaskan], bagaikan berkumpulnya tiga puluh tiga dewa di bawah pohon Pārijāta.”

[0422c06] Demikianlah uraian dari Buddha. Setelah mendengarkan uraian ini, para bhiksu bersuka cita dan akan melatih diri dengan baik.


Karma JIgme

Instagram