大正新脩大藏經
Taishō Shinshū Daizōkyō
密教部
Esoteris
T 1180
如意輪陀羅尼經
महापद्म-चिन्तामणि-चक्र-नाम-धारणी
mahāpadma- cintāmaṇi -cakra -nāma-dhāraṇī
Dhāraṇī yang bernama mahāpadma cintāmaṇi cakra
Diterjemahkan oleh Bodhiruci
T 1179 T 1180 T 1181
[Bagian pertama Pendahuluan ]
[0188b21] Demikianlah yang telah kudengar[0188b21] Pada suatu waktu , Bhagavān sedang berdiam di di Gunung Kailāśa bersama dengan persamuan bodhisattva yang tak terhitung jumlahnya .
Pada saat itu ,bodhisattva mahāsattva Avalokitêśvara yang hadir dalam persamuan ini, segera bangkit dari tempat duduknya , merapikan jubah luar hingga bahu sebelah kanan terbuka , berlutut dengan kaki kanan menyentuh tanah , merangkupkan kedua tangannya untuk memberikan penghormatan kepada Bhagavān dan berkata :
Bhagavān, ada kemurnian primodial [guhya samaya] yang bermakna mendalam , yang tidak terpotong dan tidak terhalang oleh semua aspek dan dikenal sebagai dhāraṇī yang bernama mahāpadma cintāmaṇi cakra .
Dhāraṇī ini mampu mengakumulasi semua kualitas kebajikan tertinggi dan mewujudkan semua keinginan yang baik dengan sempurna. Sekarang saya memohon welas kasih dari Tathagata untuk mengizinkan saya menguraikan kembali dhāraṇī ini melalui transmisi kekuasaan dan kekuatan dari Buddha dengan tujuan untuk memberikan manfaat dan suka cita kepada semua makhluk hidup.
Bhagavān, dhāraṇī ini memiliki aspek pengetahuan dan kekuasaan yang luas seperti kalpavṛkṣa yang mampu mencurahkan beragam pengetahuan dan permata agung sehingga mampu mewujudkan semua keinginan yang baik dengan sempurna dan beragam aspek lainnya. Dhāraṇī ini seperti cintāmaṇi yang mampu mewujudkan semua aspirasi makhluk hidup. Oleh sebab itu, saya mohon welas kasih dari Tathāgata untuk mentransmisikan kekuasaan dan kekuatan dari Buddha pada saat saya menguraikannya kembali.
Bhagavān memberitahukan kepada bodhisattva mahāsattva Avalokitêśvara dan berkata :
Sādhu, Sādhu , Avalokitêśvara , anda telah mengajukan permohonan ini karena welas kasih tak terbatas kepada semua makhluk hidup . Dengan demikian saya telah mentransmisikan kekuasaan dan kekuatan dari Buddha sehingga semua mahluk hidup mampu mendengarkan uraian dhāraṇī ini dengan tanpa halangan. Silahkan anda menguraikan kembali mahāvidya ini sekarang.
[0188c05] Setelah mendapatkan jawaban dari Bhagavān, kemudian bodhisattva mahāsattva Avalokitêśvara beserta dengan para pengiringnya segera memberikan penghormatan kepada Bhagavān dengan merangkupkan kedua tangannya, mengelilingi Bhagavān sebanyak tiga kali dan duduk kembali di tempatnya dalam persamuan. Kemudian bodhisattva mahāsattva Avalokitêśvara mengamati kembali semua anggota persamuan dengan penuh sukacita , tersenyum dan mulai menguraikan kembali mūlamantra dari mahāvidya ini sebagai berikut :
[0188c09]
[mūlamantra]
Chinese
娜謨囉怛娜怛囉野 耶 (1)
娜麼阿唎耶(2)嚩嚧枳諦濕嚩囉耶 (3) 菩提薩埵耶 (4)摩訶薩埵耶(5) 摩訶迦嚕抳迦耶 (6)
怛姪他 (7) 唵 (8) 斫羯囉 襪囉底振跢磨抳 (9) 摩訶 鉢頭謎 (10) 嚕嚕 (11) 底瑟侘 (12) 入嚩攞 (13) 阿迦唎沙野 (14) 虎 (15) 柿吒 (16) 莎嚩訶 (17)
Pinyin
nà mó luō dá nà dá luō yě yē (1)
nà má ā lì yē (2) pólú zhǐ dì shī pó luō yē (3) pú tí sà duǒ yē (4)
mó hē sà duǒ yē (5) mó hē jiā lū jiā yē (6)
dá zhí tā (7) ǎn (8) zhuó jié luō wà luōdǐzhèn duò mónǐ (9) mó hē bō tóu mí
(10) lū lū (11) dǐ sè chà (12) rù fú luó (13) ā jiā lì shā yě (14) hǔ (15) shì zhā (16) shā pó hē (17)
Sanskrit
namo ratnatrayāya (1)
namaḥ ārya (2) avalokiteśvarāya (3) bodhisattvāya
(4) mahāsattvāya (5) mahākāruṇikāya. (6)
tadyathā (7) oṃ (8) cakravartti cintāmaṇi(9) mahāpadme(10) ruru (11) tiṣṭha (12) jvala (13) ākarṣāya (14) hūṃ (15) phaṭ (16) svāhā. (17)
tadyathā (7) oṃ (8) cakravartti cintāmaṇi(9) mahāpadme(10) ruru (11) tiṣṭha (12) jvala (13) ākarṣāya (14) hūṃ (15) phaṭ (16) svāhā. (17)
[0188c27]
[hṛdaya mantra]
[0188c28]
Chinese
唵 (1) 鉢頭麼 (2) 振跢麼抳 (3) 摩訶入嚩 攞 (4) 虎 (5)
Pin yin
ǎn (1)bō tóu má (2) zhèn duò má nǐ (3) mó hē rù fú luó (4) hǔ (5)
Sanskrit
oṃ (1) padma (2) cintā-maṇi (3) mahā jvala (4) hūṃ (5)
[0189a03]
[upahṛdaya mantra]
[0189a04]
Chinese
唵(1) 嚩囉娜鉢頭謎 (2) 虎 (3)
Pin yin
ǎn (1) fú luō nà bō tóu mí (2) hǔ (3)
Sanskrit
oṃ (1) varada padme (2) hūṃ (3)
[0189a07] Setelah bodhisattva mahāsattva Avalokitêśvara selesai menguraikan mahāvidya ini , kemudian semua permukaan tanah , pegunungan dan hutan disekitarnya bergetar dan bergoncang dalam enam jenis goncangan termasuk semua istana kediaman para deva , nāga , yakṣa , rākṣasa, gandharva, asura, garuḍa, kiṃnara, mahôraga bergetar dan bergoncang dengan hebat , sedangkan para makhluk halus dengan kekuatan yang tidak bermanfaat seperti vināyakā dan juga para makhluk halus penghalang lainnya diliputi oleh rasa takut yang mencekam .
Semua istana kediaman Māra terbakar oleh kobaran api yang besar sehingga Rāja Māra dan pengikutnya juga diliputi oleh rasa takut yang mencekam sedangkan para apsara, putri nāga , rākṣasī,putri gandharva, putri asura , putri garuda , putri kiṃnara, putri mahôraga diliputi oleh rasa takut yang mencekam hingga lemas dan terbaring diatas tanah.
Semua pintu neraka terbuka dengan sendirinya sehingga semua makhluk hidup yang berada di dalamnya dan yang masih diliputi oleh hasil aktivitas [ perbuatan , pikiran dan ucapan] yang keliru menjadi terbebaskan , terlahir kembali dalam ranah eksistensi yang menyenangkan serta menikmati kedamaian dan ketenangan tertinggi.
[0189a18] Pada saat yang sama, para deva utama dan devaputra masing masing memanifestasikan berbagai kualitas pengetahuan tertinggi dimana serbuk , pasta , dupa dari gośīrsa-candana dan agaru , untaian bunga , liontin , cincin , gelang tangan , kanopi , mahkota , jubah dan beragam perhiasan berharga lainnya turun seperti curah hujan hingga memenuhi semua angkasa sebagai penghormatan dan persembahan kepada Tathāgata
Selain itu , ditengah angkasa juga muncul beragam awan yang dipenuhi dengan berbagai jenis warna dan mengumandangkan irama dari ranah eksistensi yang menyenangkan dengan nada yang harmonis ,elegan dan diluar jangkauan dari pikiran sebagai penghormatan dan persembahan kepada Tathāgata sehingga semua makhluk hidup yang melihat ataupun mendengarkan fenomena ini berdiam dalam kekuasaan dan kekuatan dari welas kasih dan simpati.
Demikianlah semua aspek kekuasaan dan kekuatan tertinggi dari guhya mahāvidya mahāpadma cintāmaṇi cakra yang telah diuraikan oleh bodhisattva mahāsattva Avalokitêśvara
[0189a26] Kemudian Bhagavān mengumandangkan pujian mendalam dengan suara Brahma yang merdu dan indah seperti senandung burung kalaviṅka kepada Bodhisattva mahāsattva Avalokitêśvara dan berkata:
Sādhu, Sādhu , kulaputra .
Yang penuh dengan welas kasih dan simpati kepada semua makhluk hidup.
Yang menguraikan kembali dhāraṇī bernama cintāmaṇi cakravartti
Yang memberikan manfaat dalam menolong semua makhluk hidup.
Yang menyebabkan semua makhuk hidup yakin dalam ajaran realitas .
Hingga semua hasil aktivitas [perbuatan , ucapan dan pikiran] tereliminasi dengan sempurna
Melampaui tiga ranah eksistensi
Mencapai kesempurnaan penggugahan
Dengan jalan ini para praktisi melatih diri dalam semua aspek keduniawian dan melampaui keduniawian
Hingga semua tujuan dan keinginan yang baik tercapai dengan sempurna.
[0189b03] Setelah mengumandangkan pujian mendalam ini , Bhagavān kembali memberitahukan kepada bodhisattva mahāsattva Avalokitêśvara dan berkata :
Kulaputra , anda seharusnya juga menguraikan kembali esensi pelatihan diri dan kualitas kekuasaan dalam mendaras māhavidya ini kepada semua makhluk hidup sehingga mereka akan mengakumulasi semua kualitas kebajikan tertinggi dari mahāvidya ini
Semua istana kediaman Māra terbakar oleh kobaran api yang besar sehingga Rāja Māra dan pengikutnya juga diliputi oleh rasa takut yang mencekam sedangkan para apsara, putri nāga , rākṣasī,putri gandharva, putri asura , putri garuda , putri kiṃnara, putri mahôraga diliputi oleh rasa takut yang mencekam hingga lemas dan terbaring diatas tanah.
Semua pintu neraka terbuka dengan sendirinya sehingga semua makhluk hidup yang berada di dalamnya dan yang masih diliputi oleh hasil aktivitas [ perbuatan , pikiran dan ucapan] yang keliru menjadi terbebaskan , terlahir kembali dalam ranah eksistensi yang menyenangkan serta menikmati kedamaian dan ketenangan tertinggi.
[0189a18] Pada saat yang sama, para deva utama dan devaputra masing masing memanifestasikan berbagai kualitas pengetahuan tertinggi dimana serbuk , pasta , dupa dari gośīrsa-candana dan agaru , untaian bunga , liontin , cincin , gelang tangan , kanopi , mahkota , jubah dan beragam perhiasan berharga lainnya turun seperti curah hujan hingga memenuhi semua angkasa sebagai penghormatan dan persembahan kepada Tathāgata
Selain itu , ditengah angkasa juga muncul beragam awan yang dipenuhi dengan berbagai jenis warna dan mengumandangkan irama dari ranah eksistensi yang menyenangkan dengan nada yang harmonis ,elegan dan diluar jangkauan dari pikiran sebagai penghormatan dan persembahan kepada Tathāgata sehingga semua makhluk hidup yang melihat ataupun mendengarkan fenomena ini berdiam dalam kekuasaan dan kekuatan dari welas kasih dan simpati.
Demikianlah semua aspek kekuasaan dan kekuatan tertinggi dari guhya mahāvidya mahāpadma cintāmaṇi cakra yang telah diuraikan oleh bodhisattva mahāsattva Avalokitêśvara
[0189a26] Kemudian Bhagavān mengumandangkan pujian mendalam dengan suara Brahma yang merdu dan indah seperti senandung burung kalaviṅka kepada Bodhisattva mahāsattva Avalokitêśvara dan berkata:
Sādhu, Sādhu , kulaputra .
Yang penuh dengan welas kasih dan simpati kepada semua makhluk hidup.
Yang menguraikan kembali dhāraṇī bernama cintāmaṇi cakravartti
Yang memberikan manfaat dalam menolong semua makhluk hidup.
Yang menyebabkan semua makhuk hidup yakin dalam ajaran realitas .
Hingga semua hasil aktivitas [perbuatan , ucapan dan pikiran] tereliminasi dengan sempurna
Melampaui tiga ranah eksistensi
Mencapai kesempurnaan penggugahan
Dengan jalan ini para praktisi melatih diri dalam semua aspek keduniawian dan melampaui keduniawian
Hingga semua tujuan dan keinginan yang baik tercapai dengan sempurna.
[0189b03] Setelah mengumandangkan pujian mendalam ini , Bhagavān kembali memberitahukan kepada bodhisattva mahāsattva Avalokitêśvara dan berkata :
Kulaputra , anda seharusnya juga menguraikan kembali esensi pelatihan diri dan kualitas kekuasaan dalam mendaras māhavidya ini kepada semua makhluk hidup sehingga mereka akan mengakumulasi semua kualitas kebajikan tertinggi dari mahāvidya ini
[Bagian Kedua pengeliminasian semua halangan dari aktivitas yang keliru ]
Jika ada bhikṣu, bhikṣuṇī, upāsaka-upāsikā, upāsaka maupun putra dan putri yang ingin mengakumulasi kualitas kebajikan dalam kehidupan sekarang ini harus melatih diri sesuai dengan uraian pelatihan diri dalam dhāraṇī ini dengan penuh semangat setiap hari baik siang maupun malam. Dalam melatih diri melalui dharani yang bernama cintamani ini tidak perlu memilih sesi waktu pelatihan baik siang ataupun malam , tidak perlu memilih hari baik , tidak perlu menjalankan uposadha vatra dengan tidak makan dan minum selama satu ataupun dua hari , tidak perlu mendirikan lambang penghormatan [caitya] terlebih dahulu .
Yang diperlukan oleh praktisi hanya dengan mengenakan jubah biasa yang telah dibersihkan dengan cara memercikkan air yang telah didaras dengan mahāvidya ini terlebih dahulu, tidak mengkonsumsi daging ataupun makanan dan minuman yang dapat mengurangi kesadaran praktisi dan kemudian menjalankan pelatihan diri untuk mencapai penggugahan sesuai dengan uraian pelatihan diri dalam dhāraṇī ini
Dalam pelatihan diri praktisi harus duduk bersila dalam posisi teratai penuh dan menghadap ke arah timur dalam ruangan yang telah dibersihkan, kemudian memvisualisasikan dan mengkontemplasi tubuh bodhisattva mahāsattva Avalokitêśvara dengan semua karakteristik manusia agung yang sempurna , bersinar seperti matahari terbit yang memancarkan cahaya terang dan duduk diatas sekuntum bunga teratai muncul didepan mata dan mempertahankan objek ini dengan baik kemudian mendaras dhāraṇī ini dengan perhatian penuh dan tidak teralihkan.
Praktisi juga dapat mempersembahkan wewangian berupa dupa ataupun serbu agaru [dengan jumlah] sesuai dengan keinginannya dan kemudian dilanjutkan dengan persembahan bunga sebagai penghormatan. Persembahan bunga ini dilakukan dalam enam sesi waktu yang tidak terputus. Setiap sesi persembahan dilakukan pada saat dhāraṇī ini telah didaras mencapai seribu delapan kali dan didaras tanpa terputus .
Dalam prosesi ini , praktisi harus mendaras dhāraṇī ini sebanyak tiga ratus ribu kali dengan tetap mengkontemplasi, mempertahankan objek meditatif diatas serta dikombinasi dengan metoda pengamatan mendalam maka lima aktivitas [perbuatan , ucapan dan pikiran] keliru tanpa jeda dan semua aspek keinginan yang tidak bermanfaat dapat tereliminasi dengan sempurna. Praktisi juga akan melihat berbagai pertanda agung melalui mimpi sebagai petunjuk bahwa semua aspek aktivitas [perbuatan, ucapan , pikiran] keliru ini telah tereliminasi.
Demikianlah kekuasaan metoda kontemplasi dari Bodhisattva Avalokitêśvara yang mampu membangkitkan akar dari kualitas kebajikan dan mengakses ratusan ribu aspek melalui hingga mencapai kesempurnaan penggugahan melalui satu metoda pendarasan esensi [hṛdaya] dari dhāraṇī ini .
Disamping itu, semua kekuasaan dan kekuatan mahāvidya diluar ajaran lainnya juga tidak akan mampu melampaui kekuasaan dan kekuatan dhāraṇī yang bernama cintāmaṇi cakravartti ini. Mengapa demikian ?
Karena dhāraṇī ini mampu mengeliminasi empat akar kekeliruan [catasro mūlâpattayo gurvyaḥ], lima aktivitas [perbuatan , ucapan , pikiran] keliru tanpa jeda [pañca-ānantarya-karma] , sepuluh kategori sifat yang tidak bermanfaat [daśâśubhāḥ] yang telah terakumulasi pada masa lalu dan sekarang hingga menyebabkan seseorang akan jatuh dalam neraka avīci jika seseorang menyakini kemudian mendaras dharani ini dengan penuh perhatian dan tanpa teralihkan.
Selain itu , dhāraṇī ini juga mampu mengeliminasi semua aspek yang tidak baik dan penyakit tanpa kecuali termasuk gejala deman [jvarād] yang berselang seling pada setiap hari pertama [ekāhikena], setiap hari kedua [dvyāhikena], setiap hari ketiga [tryāhikena], setiap hari keempat [cāturthikena], setiap hari ketujuh [saptāhikena], penyakit yang berhubungan dengan urat syaraf dan kulit, kusta , keloid , radang di bawah kulit , fistula , infeksi kulit , ayan ,semua aspek pengaruh dari para bhūta, pengaruh racun , mahāvidya luar ajaran yang menyebabkan seseorang akan meninggal, dikuasai dan dikontrol oleh orang lain hingga sakit jiwa , mengalami aspek yang tidak menguntungkan , diliputi oleh rasa takut dan juga berbagai pengaruh dari para kākhorddha , sakit pada bagian mata [akṣiśūlena], sakit pada bagian telinga [karṇṇaśūlena], sakit pada bagian gigi [dantaśūlena] , sakit pada bagian bibir [oṣṭhaśūlena] sakit pada bagian lidah, [tāluśūlena],sakit pada bagian jantung [hṛdayaśūlaṃ], sakit pada bagian perut bawah [udaraśūlaṃ], sakit pada bagian sendi lutut [ūruśūlaṃ], nyeri pada rusuk [pārśvaśūlaṃ], sakit pada bagian punggung [pṛṣṭhaśūlaṃ], sakit dan nyeri pada semua bagian sendi dari anggota badan termasuk yang berat maupun ringan [aṃgapratyaṃgaśūlaṃ cāpanaya] , sakit ataupun nyeri pada kandung kemih [vastiśūlaṃ] , sakit pada bagian tangan [hastaśūlaṃ],sakit pada bagian kaki[pādaśūlaṃ], sakit pada bagian kepala.[śirorttim] .
Dhāraṇī ini juga mampu menghindari praktisi dari pengaruh para yakṣa , vinayaka dan berbagai makhluk halus lainnya, demikian juga untuk luka yang diakibatkan oleh senjata tajam , panah , tombak , tongkat dan sebagainya, bencana yang diakibatkan oleh perang , air , api , angin , petir , badai salju ataupun kehilangan harta yang disebabkan oleh pencurian, di sita oleh raja dan semua bencana lainnya juga akan terhindar dengan sendirinya.
Dhāraṇī ini juga mampu menghindari praktisi dari semua aspek yang tidak baik dan semua aspek yang muncul karena tidak cukup dalam mengakumulasi kualitas kebajikan ataupun pengaruh dari perubahan konstelasi bintang . Semua binatang berbisa misalnya ular , kalajengking , lipan , laba laba dan sebagainya ataupun singa , harimau , serigala maupun binatang buas lainnya juga tidak akan mendekati maupun membahayakan praktisi. Jika ada perselisihan yang berkaitan dengan masalah militer maupun para pemegang kekuasaan kerajaan ataupun yang berkaitan dengan masalah hukum maka semua masalah ini akan terselesaikan dengan damai .
Jika praktisi selalu mendaras dhāraṇī ini sebanyak seribu delapan ratus kali pada waktu antara jam tiga hingga jam lima pagi maka semua aspek yang telah diuraikan diatas akan terbebaskan dengan mudah dan semua aspek ini dapat terwujud sesuai dengan keinginan.
Jika praktisi mampu mendaras dhāraṇī dalam enam sesi waktu yang tidak terputus dengan jumlah setiap sesi sebanyak seribu delapan puluh kali ini maka bodhisattva mahāsattva Avalokitêśvara akan memanifestasikan dirinya di hadapan praktisi dalam mimpi dan berkata :Kulaputra , jangan takut , semua aspirasi dan keinginan anda akan segera terwujud dengan sempurna.
Selain itu praktisi juga akan bermimpi melihat Buddha Amitābha , ataupun melihat ranah eksistensi Sukhāvatī, yang terdekorasi dengan megah, indah dan sempuna , ataupun melihat persamuan bodhisattva dari ranah eksistensi Sukhāvatī, ataupun melihat persamuan para Buddha dan bodhisattva dari sepuluh penjuru ataupun melihat kediamanan bodhisattva mahāsattva Avalokitêśvara yang dihiasi dengan tujuh permata berharga di puncak gunung Potala, ataupun melihat tubuh bagian eksternal maupun internal dari praktisi sendiri berubah menjadi bersih dan bening, ataupun melihat para raja dan perdana menteri menghormati praktisi dengan memberikan persembahan kepada praktisi .
JIka praktisi melihat pertanda mimpi yang telah diuraikan diatas maka ketahuilah bahwa semua halangan aktivitas [perbuatan , pikiran dan ucapan] yang keliru telah tereliminasi dengan sempurna .
Praktisi ini juga tidak akan pernah terlahir kembali melalui rahim dalam kehidupan yang akan datang melainkan akan terlahir kembali melalui transformasi dari teratai [padma-aupapādaka] dengan tubuh yang dihiasi dengan berbagai karakteristik agung dan beragam kualitas kebajikan. Praktisi ini juga akan mampu mengingat terus semua kehidupan masa lalu hingga dia mencapai kesempurnaan penggugahan, tidak akan jatuh kembali dalam tiga ranah eksistensi yang tidak menyenangkan, mencapai tahapan yang tidak mundur [avaivartika bhūmi] dan berdiam bersama dengan persamuan Buddha dan bodhisattva.
[Bagian ketiga Kontemplasi dan Kualitas ]
[0189b08] Kemudian bodhisattva mahāsattva Avalokitêśvara kembali berkata kepada Bhagavān:
Dhāraṇī yang bernama mahāpadma cintāmaṇi cakra memiliki dua kualitas yakni kualitas keduniawian dan kualitas melampaui keduniawian.
Yang di maksud dengan kualitas keduniawian adalah mendaras dengan penuh perhatian dan mengkontemplasi dhāraṇī , menguraikan ajaran realitas , aspirasi dalam membangkitkan kesadaran penggugahan , menerima dan mentransformasi semua makhluk hidup, mengakumulasi kesejahteraan dalam materi, memperoleh kekuatan dan kekuasaan , mencapai kesempurnaan penggugahan.
Yang di maksud dengan kualitas melampaui keduniawian adalah mengakumulasi kualitas kebajikan , mengakumulasi pengetahuan dan kebijaksanaan tertinggi , mengakumulasi karakteristik agung, meningkatkan simpati dan welas kasih , membebaskan semua makhluk hidup dari penderitaan , dihormati dan dipuji oleh setiap individual.
Selanjutnya , uraian ini memiliki makna yang mendalam , seharusnya tidak perlu diungkapkan ataupun ditransimisikan kepada semua individual yang belum mencapai tahapan pemahaman uraian ini, apabila praktisi telah memahami makna mendalam dari kemurnian primodial [guhya samaya] uraian ini sebaiknya disimpan sendiri dan tidak perlu mengungkapkannya kepada semua individual.
Jika praktisi ingin mencapai kualitas tertinggi dari dhāraṇī ini maka praktisi ini harus memvisualisasi dan mengkontemplasi bodhisattva mahāsattva Avalokitêśvara dengan semua karakteristik manusia agung yang sempurna , bersinar seperti matahari terbit yang memancarkan cahaya terang, kontemplasi harus dilakukan dengan penuh perhatian dan tanpa teralihkan setiap saat , tidak tergantung pada lokasi manapun baik bersih maupun tidak , tidak tergantung pada saat praktisi sedang makan atau tidak dan mendaras dhāraṇī ini dengan pikiran yang tidak teralihkan . Jika praktisi mampu mengkontemplasi dan mendaras sesuai dengan uraian ini tanpa ada kesalahan maka praktisi akan melihat bodhisattva mahāsattva Avalokitêśvara memanifestasikan tubuh emas di hadapannya sehingga semua kondisi mental yang tidak berguna akan tereliminasi , mencapai kekuasaan dan kekuatan tertinggi , semua aspirasi dan keinginan yang baik akan terwujud dengan sempurna , juga akan menguasai [delapan] pencapaian [siddhi] yakni pencapaian dalam kemampuan menghilang di medan pertempuran dengan menggunakan pedang [khaḍga siddhi] , pencapaian dalam kemampuan menghilangkan kekurangan organ penglihatan dengan menggunakan ramuan herbal sehingga penggunanya dapat melihat para deva , nāga , aśura dan makhluk halus lainnya [anjana siddhi] , pencapaian dalam kemampuan mengayunkan kaki dengan menggunakan ramuan herbal sehingga penggunanya mampu berlari dengan kecepatan yang tidak terbayangkan [pādalepa-siddhi], pencapaian dalam kemampuan menghilang [tidak terlihat oleh mahluk lain] [antardhāna-siddhi] , pencapaian dalam kemampuan mengolah ramuan herbal untuk memperpanjang rentang waktu kehidupan [rasāyana-siddhi] , pencapaian dalam kemampuan untuk melayang di udara [khechara-siddhi] , pencapaian dalam kemampuan untuk menembus material solid seperti tanah, batuan, dinding , gunung [bhūchara-siddhi] , pencapaian dalam kemampuan untuk menundukkan dan memerintahkan makhluk halus seperti patala [pātāla-siddhi] dan pencapaian cintāmaṇi siddhi
Untuk para raja , selir , pangeran , putri raja , petugas pemerintahan , brāhmana, kṣatriya, vaiśya, śūdra , bhikṣu , perumah tangga lelaki, perumah tangga wanita , remaja putra yang belum berumah tangga, remaja putri yang belum berumah tangga dan pengikut ajaran luar yang menyakini uraian ini , ingin melatih diri dengan mengkontemplasi dan mendaras dhāraṇī ini seharusnya mengetahui jumlah pendarasan sebagai berikut ini :
Jumlah pendarasan dibagi atas enam sesi selama tujuh hari, dalam setiap pertama untuk para rāja harus mendaras sebanyak seribu delapan ratus kali , selir harus mendaras sebanyak sembilan ratus kali , pangeran harus mendaras sebanyak delapan ratus kali , putri rāja harus mendaras sebanyak tujuh ratus kali, petugas pemerintahan harus mendaras sebanyak enam ratus kali, brāhmana harus mendaras sebanyak lima ratus kali, kṣatriya harus mendaras sebanyak empat ratus kali , vaiśya harus mendaras sebanyak tiga ratus kali , śūdra harus mendaras sebanyak dua ratus kali , bhikṣu harus mendaras sebanyak seratus delapan kali , perumah tangga lelaki harus mendaras sebanyak seratus delapan kali, perumah tangga wanita harus mendaras sebanyak seratus tiga kali , remaja putra yang belum berumah tangga harus mendaras sebanyak sebanyak seratus kali , remaja putri yang belum berumah tangga harus mendaras sebanyak sebanyak seratus kali sembilan puluh kali.
Metoda kontemplasi diatas dikenal sebagai metoda fokus ataupun mengengam dan menyimpan dalam kesadaran ataupun pengundangan [ākasana] yang mampu meningkatkan kesejahteraan dan kekayaan materi berupa harta , beras dan gandum , pakaian, dayang , gajah ,kuda ataupun semua kebutuhan untuk hidup lainnya. Semua aspek ini akan meningkat sesuai dengan keinginan praktisi.
Dalam metoda ini sesi pertama harus dilakukan mulai dari jam dua pagi hingga enam pagi sampai matahari terbit dan untuk sesi pendarasan berikutnya dilakukan sebanyak seribu delapan puluh kali dengan tidak boleh terputus maka semua aspek akan terwujud dengan sempurna. Disamping itu , para devaputra dan apsara dalam jarak ratusan yojana juga akan segera hadir seperti angin dan ikut memuji dan melindungi praktisi.
Jika praktisi ingin melatih diri dengan berfokus pada atau mengundang [ākasana] bodhisattva mahāsattva Avalokitêśvara mewujudkan aspirasi praktisi maka dia harus membersihkan diri terlebih dahulu dan menggunakan serbuk wewangian untuk membalur seluruh bagian tubuhnya dan selalu mengenakan jubah yang bersih serta harus memakan tiga jenis makanan putih. Kemudian praktisi harus menyiapkan persembahan bunga, wewangian , tiga jenis makanan putih, buah sesuai dengan kemampuan sedangkan untuk persembahan homa harus menggunakan media campuran serbuk agaru , cendana dan material lainnya dengan ghee dan madu.
Selanjutnya praktisi menghadap ke arah timur, duduk dalam posisi teratai penuh , memvisualisasikan dan mengundang bodhisattva mahāsattva Avalokitêśvara dengan mendaras dhāraṇī ini serta membakar media campuran ke dalam homa api satu persatu hingga pendarasan mencapai seratus ribu kali maka bodhisattva mahāsattva Avalokitêśvara akan memanifestasikan dirinya di hadapan praktisi untuk menguraikan metoda pencapaian mantrapada dan mewujudkan semua aspirasi dan keinginan yang baik dari praktisi.
Jika praktisi ingin melatih diri dengan berfokus pada atau mengundang [ākasana] bodhisattva mahāsattva Vajragrabha. Praktisi harus menyiapkan persembahan untuk homa dengan menggunakan media campuran serbuk agaru , kemenyan dengan ghee dan madu , kemudian memvisualisasikan dan mengundang bodhisattva mahāsattva Vajragrabha dengan mendaras dhāraṇī ini serta membakar media campuran ke dalam homa api satu persatu hingga pendarasan mencapai seratus ribu kali maka bodhisattva mahāsattva Vajragrabha akan memanifestasikan dirinya di hadapan praktisi dan memperlakukan praktisi seperti anaknya sendiri serta mentransmisi kekuatan dan kekuasaan tertinggi kepada kelancaran pelaksanaan praktisi dan semua alat ritual yang digunakan .
Jika praktisi ingin melatih diri dengan berfokus pada atau mengundang [ākasana] semua buddha dan bodhisattva mahāsattva. Praktisi harus menyiapkan persembahan untuk homa dengan menggunakan agaru , kemudian memvisualisasikan dan mengundang semua buddha dan bodhisattva mahāsattva dengan mendaras dhāraṇī ini serta membakar agaru ke dalam homa api satu persatu hingga pendarasan mencapai seratus ribu kali maka semua buddha dan bodhisattva mahāsattva akan memanifestasikan dirinya di hadapan praktisi untuk mewujudkan aspirasi dan keinginan yang baik dari praktisi dan juga untuk mengeliminasi semua halangan aktivitas [perbuatan, ucapan pikiran] yang keliru.
Jika praktisi ingin melatih diri dengan berfokus pada atau mengundang [ākasana] para vidyādhara;. Praktisi harus menyiapkan persembahan untuk homa dengan menggunakan media campuran kemenyan dengan ghee dan madu , kemudian memvisualisasikan dan mengundang para vidyādhara dengan mendaras dhāraṇī ini serta membakar media campuran ke dalam homa api satu persatu selama tujuh hari dan tujuh malam tanpa terputus maka para vidyādhara akan memanifestasikan dirinya di hadapan praktisi untuk menguraikan kembali semua mahāvidya kepada praktisi sehingga praktisi mampu mengakumulasi kekuatan dan kekuasaan semua mahāvidya dan juga untuk menjaga dan melindungi praktisi.
Jika praktisi ingin melatih diri dengan berfokus pada atau mengundang [ākasana] Śakra , Brahma dan penguasa mahāsāhasra lokadhātu lainnya . Praktisi harus menyiapkan persembahan untuk homa dengan menggunakan media campuran kemenyan , kunduruka dengan ghee dan madu , kemudian memvisualisasikan dan mengundang Śakra, Brahma dan penguasamahāsāhasra lokadhātu lainnya dengan mendaras dhāraṇī ini serta membakar media campuran ke dalam homa api satu persatu selama tujuh hari dan tujuh malam tanpa terputus maka Śakra , Brahma dan penguasa mahāsāhasra lokadhātu lainnya akan memanifestasikan dirinya di hadapan praktisi untuk menguraikan kembali semua ajaran realitas , mewujudkan semua aspirasi dan keinginan yang baik dari praktisi dan juga untuk menjaga dan melindungi praktisi
[Bagian ke empat mudra]
cintāmaṇi cakra
[0189b08] Kemudian bodhisattva mahāsattva Avalokitêśvara kembali berkata kepada Bhagavān:
Selanjutnya adalah penguraian untuk mudra makna mendalam yang digunakan untuk perlindungan, persembahan, pengundangan dan pengantaran dalam metoda kontemplasi dan visualisasi yang harus dipahami perbedaannya dengan benar dan dilaksanakan dengan tanpa kesalahan maka praktisi akan mencapai makna mendalam kemurnian primodial [guhya samaya]
Pertama mudra kemurnian primodial teratai agung
[0190b23] Kedua tangan dirangkupkan di depan dada seperti mudra anjali kemudian kedua jari telunjuk, jari tengah dan jari manis dibuka dengan sedikit tertekuk , kedua ujung jari telunjuk terpisah dengan jarak setengah inci. Kedua jempol dan kedua kelingking saling berhimpit atau bersentuhan tetapi sedikit tertekuk dan kemudian mendaras mahāvidya untuk mudra ini sebagai berikut :
[大蓮花三昧耶印第一]
[0190b26]
Chinese
娜謨囉怛娜 怛囉耶野 (1)
娜麼阿 唎耶 婆 露抧諦濕嚩囉 野 (2) 菩地薩埵野 (3) 摩訶薩埵野 (4) 摩訶迦嚕抳迦野(5)
唵 (6) 參摩曳譟咩 (7) 扇諦彈諦 (8) 薩嚩參 摩耶(9)
努鉢囉 尾瑟 (10) 奴邏努霓 (11) 莎嚩 訶 (12)
Pinyin
nà mó luō dá nà dá luō yě yē (1)
nà má ā lì yē pó lú zhǐ dì shī pó luō yē (2) pú tí sà duǒ yē (3) mó hē sà duǒ yē (4) mó hē jiā lū jiā yē (5)
ǎn (6) sān mó yè zào miē (7) shān dì tàn dì (8) sà fú sān mó yē (9)
nǔ bō luō wěi sè (10) nú luó nǔ ní (11) shā pó hē (12)
Sanskrit
namo ratntrayāya (1)
namaḥ ārya avalokiteśvarāya (2) bodhisatvāya (3) mahāsatvāya (4)
mahā kāruṇikāya (5)
oṃ (6) samaye saume (7) śānti dāde, (8) sarva samayan (9)
upraviṣṭi (10) urga ugri (11) svāhā (12)
[0190c04] Jika praktisi ingin mendirikan mandala harus terlebih dahulu mendaras mantra tubuh dan pikiran sebanyak seribu delapan puluh kali di lokasi yang akan didirikan mandala dan kemudian disusul dengan pendarasan mantra diatas sebanyak tujuh kali dengan menggunakan mudra [pertama].
Selanjutnya , praktisi dapat menggunakan mudra ini untuk memanifestasikan batasan pelindungan wilayah di empat penjuru timur , barat , selatan dan utara termasuk arah atas dan bawah dengan mendaras kembali mantra sebanyak tiga kali pada masing masing penjuru.
Kemudian praktisi memvisualisasikan persembahan dengan menggunakan mudra [pertama] dimana mundra divisualisasikan berubah menjadi ratusan ribu kuncup bunga teratai dengan kelopak yang terbuat dari tujuh permata dan semua kuncup bunga teratai menjadi mekar sebagai persembahan untuk semua Buddha , bodhisattva , deva , nāga dan lainnya . Praktisi juga memvisualisasikan para Buddha , bodhisattva , deva , nāga dan lainnya bersuka cita setelah menerima persembahan ini .
Jika praktisi ingin membersihkan diri maka dia harus mendaras upahṛdaya mantra dengan tambahan aksara phat di akhir aksara [oṃ (1) varada padme (2) hūṃ (3)[phat] ] dengan menggunaan air untuk membersihkan diri sebanyak tujuh kali . Selama proses pendarasan , praktisi harus mengaduk air tersebut menggunakan tangan kanan . Setelah itu air tersebut dapat digunakan untuk membersihkan diri , tidak diizinkan untuk menggunakan air yang belum didaras dengan upahṛdaya mantra diatas
Kedua : mudra
pembebasan.
[0190c11] Kedua jari-jari kelingking dan jari manis saling menyilang satu dengan yang lain dan bersandar pada telapak kanan yang berlawanan arah[jari sebelah kiri bersandar pada telapak kanan dan sebaliknya]. Kedua jari tengah tegak dengan membentuk segitiga lancip dengan ujung jari bersentuhan satu denganyang lain. Jari telunjuk ditekuk dan bersandar pada tiga perempat bagian jari tengah. Dua jempol tegak dan bersandar saling bersandar satu dengan yang lain.
那謨摩訶 室哩 夜曳 (1)
唵 (2) 鑠計參摩曳譟咩 (3) 悉地悉第 (4) 娑馱耶 (6) 始吠 始吠 (6) 始皤咩阿皤訶
(7) 薩嚩阿栗 詫娑達泥 (8) 莎嚩訶 (9)
Pin yin
nā mó mó hē shì lǐ yè yè (1)
ǎn (2) shuò jì sān mó yè zào miē (3) xīdì xī dì (4) suō duò yē (5) shǐ fèi shǐ fèi (6) shǐ pó miē ā pó hē (7) sà fú ā li chà suō dá ní (8) shā pó hē (9)
Sanskrit
namo mahā-śrīyaye (1)
oṃ (2) śānti-samaye saume (2) siddhi siddhi (3) sādhaya (4)śivi śivi ( 6) śivaṃkari abhaha (7) sarva artha sādhani (8) svāhā (9)
唵 (1) 耶輸 提 (2) 莎縛 訶 (3)
Pin Yin
ǎn (1) yē shū tí (2) shā pó hē (3)
Sanskrit
oṃ (1) yaśuddhe (2) svāhā (3)
[0190c04] Jika praktisi ingin mendirikan mandala harus terlebih dahulu mendaras mantra tubuh dan pikiran sebanyak seribu delapan puluh kali di lokasi yang akan didirikan mandala dan kemudian disusul dengan pendarasan mantra diatas sebanyak tujuh kali dengan menggunakan mudra [pertama].
Selanjutnya , praktisi dapat menggunakan mudra ini untuk memanifestasikan batasan pelindungan wilayah di empat penjuru timur , barat , selatan dan utara termasuk arah atas dan bawah dengan mendaras kembali mantra sebanyak tiga kali pada masing masing penjuru.
Kemudian praktisi memvisualisasikan persembahan dengan menggunakan mudra [pertama] dimana mundra divisualisasikan berubah menjadi ratusan ribu kuncup bunga teratai dengan kelopak yang terbuat dari tujuh permata dan semua kuncup bunga teratai menjadi mekar sebagai persembahan untuk semua Buddha , bodhisattva , deva , nāga dan lainnya . Praktisi juga memvisualisasikan para Buddha , bodhisattva , deva , nāga dan lainnya bersuka cita setelah menerima persembahan ini .
Jika praktisi ingin membersihkan diri maka dia harus mendaras upahṛdaya mantra dengan tambahan aksara phat di akhir aksara [oṃ (1) varada padme (2) hūṃ (3)[phat] ] dengan menggunaan air untuk membersihkan diri sebanyak tujuh kali . Selama proses pendarasan , praktisi harus mengaduk air tersebut menggunakan tangan kanan . Setelah itu air tersebut dapat digunakan untuk membersihkan diri , tidak diizinkan untuk menggunakan air yang belum didaras dengan upahṛdaya mantra diatas
[解脫印第二]
dengan mantra sebagai berikut
[0190c14]
Chinese那謨摩訶 室哩 夜曳 (1)
唵 (2) 鑠計參摩曳譟咩 (3) 悉地悉第 (4) 娑馱耶 (6) 始吠 始吠 (6) 始皤咩阿皤訶
(7) 薩嚩阿栗 詫娑達泥 (8) 莎嚩訶 (9)
Pin yin
nā mó mó hē shì lǐ yè yè (1)
ǎn (2) shuò jì sān mó yè zào miē (3) xīdì xī dì (4) suō duò yē (5) shǐ fèi shǐ fèi (6) shǐ pó miē ā pó hē (7) sà fú ā li chà suō dá ní (8) shā pó hē (9)
Sanskrit
namo mahā-śrīyaye (1)
oṃ (2) śānti-samaye saume (2) siddhi siddhi (3) sādhaya (4)śivi śivi ( 6) śivaṃkari abhaha (7) sarva artha sādhani (8) svāhā (9)
[0190c18] Praktisi menggunakan mudra [kedua] ini dan mendaras mantra diatas sebanyak tiga kali kemudian menyegel [dengan tangan menyentuh titik ] bagian atas kepala , kedua bahu, jantung sebagai perlindungan diri. Setelah itu praktisi dapat menggunakan mudra ini dengan mengitari jubah yang hendak dikenakan . Prosesi ini akan menyebabkan semua semua vinayaka menghindar dan tidak mampu memasuki wilayah perlindungan . Mudra ini juga dapat digunakan untuk melindungi semua substansi persembahan .
Ketiga, mantra transmisi kekuatan untuk tanah
[治土明第三]
dengan mantra sebagai berikut
[0190c23]
[0190c24] Praktisi harus mengambil tanah yang bersih dan membaginya menjadi tiga bagian kemudian menggunakan tiga bagian tanah tersebut untuk membersihkan diri dengan mendaras mantra diatas sebanyak tujuh kali terlebih dahulu dimana bagian pertama tanah digunakan untuk membersihkan bagian pinggang ke bawah, bagian kedua tanah digunakan untuk membersihkan pundak dan bagian ketiga tanah digunakan untuk membersihkan kepala dan leher.
Keempat : mudra perlindungan tubuh dengan sentuhan
[觸護身印第四]
[0190c27] Kedua jari telunjuk, jari manis, jari kelingking menyilang di antara telapak tangan dengan sebelah kanan di atas sebelah kiri, Kedua ujung jari tengah ditekuk dan bertemu di bagian belakang kuku jari telunjuk . Kedua jempol tegak dan menekan ke sisi kuku jari tengah.
dengan mantra sebagai berikut
[0191a01]
[0191a02] Selanjutnya praktisi menggunakan mudra [keempat] dan mendaras mantra diatas sebanyak tiga kali untuk perlindungan dengan menyegel [ menyentuh titik ] semua indriya pada saat pergi ke toilet untuk membersihkan diri ataupun membuang kotoran tubuh. Setelah itu , praktisi juga harus menggunakan setumpuk tanah kuning untuk membersihkan tangan , membilas mulut dan gigi.
Kelima : mudra untuk membilas mulut
[漱口印第五]
[0191a06] Jempol kanan, jari telunjuk dan jari tengah sedikit tertekuk , jari manis dan jari kelingking ditekuk seperti kail.
dengan mantra sebagai berikut
[0191a08]
[0191a10] Selanjutnya praktisi harus menggunakan mudra ini untuk mengambil air dan mendaras mantra diatas sebanyak tiga kali untuk membersihkan gigi dan membilas mulut sebagai pembersihan dan juga untuk dipercikkan ke anggota tubuh lainnya [bahu, mata , hidung , telinga]
Jika praktisi ingin membersihkan diri maka dia harus membersihkan Tri Ratna terlebih dahulu, kemudian bodhisattva Avalokitêśvara dan terakhir membersihkan tubuhnya sendiri .
Keenam, mudra untuk membersihkan Tri Ratna
[浴三寶印第六]
[0191a14] kedua telapak tangan diarahkan keatas dengan kedua sisi saling bersentuhan, kedua ujung jari telunjuk tertekuk dan menekan sisi kuku jari jempol dengan dua jari tengah, jari manis dan jari kelingking diregangkan ke depan.
Dengan mantra sebagai berikut
[0191a17]
[0191a18] Selanjutnya praktis menggunakan mudra ini untuk mengambil air dan mendaras mantra diatas sebanyak tiga kali untuk menyiram [membersihkan] Buddha. Pada saat penyiraman ke dua , kata Buddha diganti dengan Dharma. Pada saat penyiraman ketiga , kata Buddha diganti dengan Samgha. Praktisi harus menyiram tiga kali untuk memandikan Tri Ratna Setelah itu, praktisi juga harus menyiram [membersihkan] deity .
Ketujuh, mudra untuk pembersihan bodhisattva Avalokitêśvara
[ 聖 觀 自在 浴 印 ]
[dengan nama lain mudra penyiraman kepala dengan menggunakan air]
[0191a22] Mudra untuk penyiraman [pembersihan]
[ 洗浴 印 ]
[0191a23] Kedua telapak tangan mengarah ke atas. Jari telunjuk, jari tengah, jari manis dan jari kelingking dalam posisi lurus tetapi sedikit tertekuk. Ruas terakhir jari jempol ditekan ke jari telunjuk.
dengan mantra sebagai berikut
[0191a26]
[0191b02] Selanjutnya praktisi harus menggunakan mudra ini untuk mengambil air dan mendaras mantra diatas sebanyak tiga kali, kemudian air tersebut digunakan untuk membersihkan atau menyiram bodhisattva Avalokitêśvara a .Setelah itu praktisi juga harus menyiram air tersebut ke kepala dan tubuhnya sendiri .
Delapan : mudra untuk transmisi kekuatan pada diri
[自灌頂印第八]
[0191b05] Kedua jari manis saling menyilang di antara telapak tangan dengan sebelah kanan di atas sebelah kiri. Kedua jari kelingking tegak dengan kedua ujung saling bersentuhan satu dengan yang lain. Kedua jari tengah tegak tetapi dengan ruas pertama sedikit tertekuk dan kedua ujung saling bersentuhan satu dengan yang lain .Dua jari telunjuk masing - masing bersandar pada bagian tengah dari jari tengah; Kedua jempol memegang kedua ujung jari telunjuk.
Dengan mantra sebagai berikut
[0191b09]
[0191b10] Setelah membersihkan diri, praktisi harus menggunakan mudra ini dan mendaras mantra diatas sebanyak tiga kal kemudian mengambil air untuk mentransmisi kekuatan pada diri dengan tujuan untuk mengeliminasi semua penghalang .
[0191c15] Kedua telapak tangan terbuka dan menghadap ke arah atas dengan sepuluh jari menyebar.
Dengan mantra sebagai berikut
[0191c16]
[0191c18] Selanjutnya praktisi harus menggunakan mudra ini dan mendaras mantra diatas sebanyak tiga kali kemudian menggunakan mudra ini untuk menyegel [ menyentuh titik ] semua bagian tubuh dari atas hingga kaki untuk perlindungan tubuh .
Keempat belas mantra pembatas sepuluh penjuru
[十方界明第十四]
dengan mantra sebagai berikut
[0191c21]
[0191c22] Praktisi harus menggunakan air ataupun biji sesawi yang didaras dengan mantra diatas dan kemudian menyebarkannya ke delapan penjuru mandala sebagai batas perlindungan mandala Selanjutnya praktisi juga harus menggunakan air ataupun biji sesawi yang didaras dengan upahṛdaya mantra dan kemudian menyebarkannya ke delapan penjuru, atas dan bawah mandala sebagai batas perlindungan batas .
Kelima belas, mudra perlindungan batas wilayah
[結壇界印第十五]
[迎印第十八 ]
[0192a16 ] Kesepuluh jari saling menyilang di antara telapak tangan untuk membuat kepalan tangan dengan sebelah kanan diatas sebelah kiri. Semua jari pada ruas tengah ditonjolkan dengan ibu jari kanan tegak lurus dan bergerak dengan arah yang berlawanan arah.
Dengan mantra sebagai berikut:
[0192a18]
[0192a25] Selanjutnya menggunakan mudra [delapan belas] dan mendaras mantra diatas sebanyak tiga kali , tangan di gerakkan berputar searah jarum jam sambil memvisualisasikan semua deity masuk ke dalam mandala untuk menerima persembahan.
Ke sembilan belas: mudra untuk air wewangian
[香水印第十九 ]
[0192a28] semuajari tangan sebelah kanan dan kiri saling menyilang untuk membuat kepalan tangan dengan ibu jari kiri berdiri tegak.
Dengan mantra sebagai berikut :
[0192b01]
[0192b02] Selanjutnya praktisi menggunakan mudra ini dan mendaras mantra diatas sebanyak tiga kali. Mudra ini digunakan untuk menyegel air wewangian dan kemudian air wewangian tersebut disegel ke bagian dahi praktisi sebagai persembahan dan undangan
[0192b05] Kedua telapak tangan menghadap ke atas, kedua jari telunjuk, jari tengah, jari manis dan jari kelingking tegak dan saling membelakangi satu dengan yang lain. Kedua jari telunjuk bersandar pada bagian belakang jari tengah. Ujung kedua jari telunjuk sejajar dengan ruas atas jari tengah. Kedua jempol bersandar pada ruas jari telunjuk bagian bawah.
Dengan mantra sebagai berikut :
[0192b09]
[0192b11] Selanjutnya praktisi harus menggunakan mudra ini dan mendaras mantra diatas sebanyak tiga kali sebagai sarana untuk mendirikan singasana teratai dan kemudian berkata
“Datanglah dengan penuh kualitas kebajikan melalui kekuatan dari aspirasi masa lampau dan tanpa meninggalkan welas kasih yang tak terbatas. . Naiklah ke tempat yang penuh dengan kerendahan hati ini dan mohon transmisikan semua kualitas kebajikan yang tak tertandingi dan menerima persembahan ini.
Kemudian menggunakan mudra pengundangan deity untuk duduk [kedua puluh satu ] dan mengundang semua deity untuk duduk di tempat mereka masing masing .
Keduapuluh satu : mudra pengundang deity untuk duduk
[請坐印第二十一]
[0192b17] Kedua jari telunjuk, ke dua jari manis, kedua jari kelingking saling menyilang diantara telapak tangan dengan jari sebelah kanan diatas sebelah kiri . Kedua jempol di tekuk masuk ke dalam telapak tangan, Kedua jari tengah diluruskan dengan kedua ujung saling bersentuhan dan digerakkan ke arah atas dan bawah dan ke depan dan belakang.
Selanjutnya praktisi menggunakan mudra [kedua puluh satu] diatas dan mendaras upahṛdaya mantra sebanyak tiga kali untuk mengundang bodhisattva Avalokitêśvara dan berbagai bodhisattva lainnya untuk duduk di tempatnya masing masing.
Kemudian praktisi harus menggunakan mantra vajra kuntali kembali untuk menutup kembali batasan perlindungan wilayah .
[0192c03] Kedua tangan dirangkupkan seperti mudra anjali , kedua jempol, kedua jari tengah, ke dua jari manis dan kedua jari kelingking dari tangan kanan dan kiri saling bersilangan satu dengan yang lain , telunjuk bersandar dan berada di atas jari tengah.
mantra sebagai berikut :
[0192c06]
[0192c09] Selanjutnya menggunakan mudra diatas dan mendaras matra ini sebanyak tiga kali sambil memvisualisasikan beragam persembahan untuk dipersembahkan kepada semua buddha , bodhisattva dan deity lainnya . Praktisi juga harus memuji Tri Ratna dan Bodhisattva Avalokitêśvara dengan berbagai gatha pujian, kemudian beraspirasi sesuai dengan kehendaknya sendiri dan juga bertobat dari semua aktivitas [perbuatan , ucapan dan pikiran] yang keliru serta membangkitkan kesadaran penggugahan [bodhicitta]
Kedua puluh lima mula mudra
[ 根本 印]
[0192c21] Kedua tangan dirangkupkan seperti mudra anjali tetapi telapak tangan tidak saling bersentuhan . Dua jempol tegak dan bersandar satu dengan lainnya. Dua jari telunjuk ditekuk dan ujung menyentuh ujung jempol.
Praktisi menggunakan mudra ini dan mendaras hṛdaya mantra dan upahṛdaya mantra sebanyak tiga kali kemudian menyegel [menyentuh titik pada] kepala , kedua bahu , tenggorokan , dan jantung sebagai perlindungan dan juga dapat menggunakan mudra ini dengan mendaras kembali hṛdaya mantra dan upahṛdaya mantra sebanyak tiga kali untuk mentransmisi kekuatan dan kekuasaan kepada ramuan herbal
Ke dua puluh enam hṛdaya mudra
[ 大 心 印 ]
[0193a03] Sama seperti mudra [dua puluh lima] diatas tetapi mudra dirubah dengan tangan kiri diletakkan di jantung dan tangan kanan diangkat dengan telapak mengarah ke luar , kemudian mendaras hṛdaya mantrasebanyak tiga kali dengan mudra ini untuk mengundang Bodhisattva Avalokitêśvara mewujudkan semua aspirasi praktisi.
Kedua puluh tujuh : mantra pemurnian mala
[淨治珠明第二十七]
mantra sebagai berikut :
[0193a07]
[0193a09] Selanjutnya gunakan mantra diatas untuk memurnikan mala. Praktisi harus menggunakan biji teratai ataupun mutiara sebagai biji mala , kemudian melubangi biji mala dan membersihkannya dengan lima substansi bersih sapi [campuran susu , ghee , yogurt , gomayi dan air seni dari sapi yang memakan rumput bersih dan air putih] dengan mendaras mantra diatas terlebih dahulu sebanyak tujuh kali dan diikat menjadi satu untaian dengan benang . Selanjutnya praktisi meletakkan mala diatas telapak tangan kanan dengan dua telapak tangan menghadap ke atas dan dirangkupkan , mendaras mantra diatas sebanyak seratus delapan puluh kali. Setelah prosesi ini, untain mala ini sudah dapat digunakan sebagi alat ritual
Kedua puluh delapan mudra transmisi kekuatan mala
[0193a13] Praktisi harus meletakkan mala di telapak tangan kanan dengan dua telapak tangan dirangkupkan dan menghadap ke atas sebagai persembahan mala untuk deity.
mantra sebagai berikut :
[0193a15]
[0193a17] Praktisi harus mendaras mantra ini sebanyak seribu delapan puluh kali untuk persembah dan transmisi kekuatan dari deity dan pada saat memegang kembali mala harus didaras sebanyak tiga kali.
Kedua puluh sembilan mudra untuk mengeliminasi batasan wilayah perlindungan
[解界印第二十九]
[0193b01] Dua jari manis dikaitkan dengan yang lain , jari sebelah kanan diatas di atas sebelah kiri di antara telapak tangan. Kedua jari jempol diletakkan diatas kuku jari manis . Dua jari tengah tegak dengan kedua ujung saling bersentuhan . Dua jari telunjuk bertumpu pada punggung jari tengah dan saling membelakangi satu dengan yang lain.Jari kelingking saling bersentuhan satu dengan yang lain
mantra sebagai berikut:
[0193b04]
[0193b05] Kemudian praktisi harus menggunakan mudra [dua puluh sembilan] dan mendaras mantra diatas sebanyak tujuh kali sambil mengelilingi mandala dari arah kiri ke kanan [berlawanan dengan arah jarum jam] sebanyak tiga kali untuk menghilangkan batasan perlindungan wilayah. Setelah batasan perlindungan ini dihilangkan maka praktisi harus mempersembahkan air wewangian dan menggunakan mudra seperti mudra pengundangan tetapi dengan cara jari digerakkan ke arah luar untuk mengantar balik semua makhluk agung.
Ketiga puluh : mantra lima pemurnian
Ketiga, mantra transmisi kekuatan untuk tanah
[治土明第三]
dengan mantra sebagai berikut
[0190c23]
Chinese
唵 (1) 步入縛 攞 (2) 唬 (3)
Pinyin
ǎn (1) bù rù fù luō (2) hǔ (3)
Sanskrit
oṃ (1) bhur jvala (2) hūṃ (3)
[0190c24] Praktisi harus mengambil tanah yang bersih dan membaginya menjadi tiga bagian kemudian menggunakan tiga bagian tanah tersebut untuk membersihkan diri dengan mendaras mantra diatas sebanyak tujuh kali terlebih dahulu dimana bagian pertama tanah digunakan untuk membersihkan bagian pinggang ke bawah, bagian kedua tanah digunakan untuk membersihkan pundak dan bagian ketiga tanah digunakan untuk membersihkan kepala dan leher.
Keempat : mudra perlindungan tubuh dengan sentuhan
[觸護身印第四]
[0190c27] Kedua jari telunjuk, jari manis, jari kelingking menyilang di antara telapak tangan dengan sebelah kanan di atas sebelah kiri, Kedua ujung jari tengah ditekuk dan bertemu di bagian belakang kuku jari telunjuk . Kedua jempol tegak dan menekan ke sisi kuku jari tengah.
dengan mantra sebagai berikut
[0191a01]
Chinese
唵 (1) 句露陀那 (2) 唬綽 (3)
Pin Yin
ǎn (1) gōu lù tuó nā (2) hǔ chāo (3)
Sanskrit
oṃ (1) krodhana(2) hūṃ jaḥ (3)
[0191a02] Selanjutnya praktisi menggunakan mudra [keempat] dan mendaras mantra diatas sebanyak tiga kali untuk perlindungan dengan menyegel [ menyentuh titik ] semua indriya pada saat pergi ke toilet untuk membersihkan diri ataupun membuang kotoran tubuh. Setelah itu , praktisi juga harus menggunakan setumpuk tanah kuning untuk membersihkan tangan , membilas mulut dan gigi.
[漱口印第五]
[0191a06] Jempol kanan, jari telunjuk dan jari tengah sedikit tertekuk , jari manis dan jari kelingking ditekuk seperti kail.
dengan mantra sebagai berikut
[0191a08]
Chinese
唵 (1) 覩覩麗 (2) 矩嚕矩嚕 (3) 莎嚩訶(4)
Pin Yin
ǎn (1) dǔ dǔ lí (2) jǔ lū jǔ lū (3) shā pó hē (4)
Sanskrit
oṃ (1) tutule (2) kuru kuru (3)svāhā (4)
Jika praktisi ingin membersihkan diri maka dia harus membersihkan Tri Ratna terlebih dahulu, kemudian bodhisattva Avalokitêśvara dan terakhir membersihkan tubuhnya sendiri .
[浴三寶印第六]
Dengan mantra sebagai berikut
[0191a17]
Chinese
唵 (1) 諦曬曬勃陀 (2)莎嚩訶 (3)
Pin Yin
ǎn (1) dì shài shài bó tuó (2) shā pó hē (3)
Sanskrit
om (1) rate rate buddha (2)svāhā (3)
[ 聖 觀 自在 浴 印 ]
[dengan nama lain mudra penyiraman kepala dengan menggunakan air]
[0191a22] Mudra untuk penyiraman [pembersihan]
[ 洗浴 印 ]
dengan mantra sebagai berikut
[0191a26]
Chinese
娜謨囉怛娜怛囉耶野 (1)
娜麼阿唎耶(2) 婆露抧諦濕嚩囉野 (3)菩地薩埵野(4)摩訶薩埵野 (5) 摩訶迦嚕抳迦野(6) 怛地他 (7) 闍曬摩訶闍曬 (8) 蘇囉鉢底 (9) 莎嚩 訶 (10)
Pin yin
nà mó luō dá nà dá luō yé yě (1)
nà me ā lì yé (2) pó lù zhǐ dì shī pó luō yě (3) pú de sà duǒ pó yě (4)
mó hē sà duǒ pó yě (5) mó hē jiā lǔ nǐ jiā yě (6)
dá dì tā (7) shé shài mó hē shé shài (8) sū luō bō dǐ (9) shā pó hē (10)
Sanskrit
namo ratnatrayāya (1)
namaḥ ārya (2) avalokiteśvarāya (3) bodhisatvāya (4) mahāsatvāya
(5) mahā kāruṇikāya (6)
tadyathā (7) jaya mahā jaya (8) śurapati (9) svāhā (10)
Delapan : mudra untuk transmisi kekuatan pada diri
[自灌頂印第八]
[0191b05] Kedua jari manis saling menyilang di antara telapak tangan dengan sebelah kanan di atas sebelah kiri. Kedua jari kelingking tegak dengan kedua ujung saling bersentuhan satu dengan yang lain. Kedua jari tengah tegak tetapi dengan ruas pertama sedikit tertekuk dan kedua ujung saling bersentuhan satu dengan yang lain .Dua jari telunjuk masing - masing bersandar pada bagian tengah dari jari tengah; Kedua jempol memegang kedua ujung jari telunjuk.
Dengan mantra sebagai berikut
[0191b09]
Chinese
唵 (1) 賀佉理理 (2) 虎 (3)
Pin Yin
ǎn (1) hè qū lǐ lǐ (2) hǔ (3)
Sanskrit
oṃ (1) khakili ( 2) hūṃ (3)
[0191b10] Setelah membersihkan diri, praktisi harus menggunakan mudra ini dan mendaras mantra diatas sebanyak tiga kal kemudian mengambil air untuk mentransmisi kekuatan pada diri dengan tujuan untuk mengeliminasi semua penghalang .
Kesembilan : mudra
untuk mengenakan jubah
[著衣印第九]
[0191b13] Kedua jari jempol masing-masing memegang kuku jari
telunjuk, tengah, jari manis dan juga kuku jari kelingking.
Dengan mantra sebagai berikut :
[0191b15]
Chinese
唵 (1) 微莽囉 (2) 莎嚩訶 (3)
Pin Yin
ǎn (1) wēi mǎng
luō (2) shā pó hē (3)
Sanskrit
om (1)
vimala (2) svāhā (3)
[0191b16] Setelah itu, praktisi harus mudra ini untuk mengumpulkan
air dan mendaras mantra ini tiga kali dan dipercikkan ke jubah. Praktisi
juga harus mendaras upahṛdaya mantra
sebanyak tiga kali untuk mentransmisi kekuatan ke jubah. Setelah mengganti jubah , praktisi harus menuju ke
tempat yang bersih dan jongkok menghadap ke sebelah timur . Selain itu, praktisi
juga harus membersihkan dia harus menggunakan piringan berkaki sebagai wadah untuk mencuci tangan dan
berkumur dengan mendaras mantra pembilas
mulut yang sama dengan diatas
Kesepuluh: mudra penyegelan puncak
[禁頂印第十]
[0191b21] Jari tengah sebelah kanan , jari manis dan jari kelingking membentuk kepalan tangan sedangkan ibu jarimemegang jari tengah
Dengan mantra sebagai berikut
[0191b23]
[0191b24] Selanjutnya praktisi menggunakan mudra ini dan mendaras mantra sebanyak tiga kali kemudian menyegel [menyentuh titik] di puncak kepala. Pada saat melaksanakan metoda pembersihan diri praktisi tidak boleh marah ataupun memiliki pikiran yang tidak bersih juga tidak boleh melihat berbagai aspek yang tidak baik ataupun berbau busuk dan kotor ataupun melakukan aktivitas yang keliru kepada orang lain.
Praktisi harus mengkontemplasi bodhisattva Avalokitêśvara dan memasuki mandala untuk memberikan penghormatan kepada Tri Ratna dan bodhisattva Avalokitêśvara. Kemudian menggunakan air dengan mendaras upahṛdaya mantra sebanyak lima kali terlebih dahulu untuk dipercikkan ke berbagai persembahan , ramuan herbal dan juga dipercikkan ke mandala.
Kesebelas : mudra perlindungan tubuh
Kedua belas : mudra perlindungan tubuh utama
[大護身印第十二]
[0191c10] Mudra ini sama dengan mudra [sebelas] sebelumnya .
Dengan mantra sebagai berikut
[0191c11]
[0191c12] Selanjutnya menggunakan mudra ini dan mendaras mantra diatas sebanyak tiga kali kemudian menyegel [menyentuh] lima lokasi tubuh [ kepala , kedua bahu , tenggorokan , jantung] untuk membentuk perlindungan tubuh utama.
[被甲印第十三]Kesepuluh: mudra penyegelan puncak
[禁頂印第十]
[0191b21] Jari tengah sebelah kanan , jari manis dan jari kelingking membentuk kepalan tangan sedangkan ibu jarimemegang jari tengah
Dengan mantra sebagai berikut
[0191b23]
Chinese
唵 (1) 矩嚕矩麗 (2) 莎嚩 訶 (3)
Pin Yin
ǎn (1) jǔ lū jǔ lí (2) shā pó hē (3)
Sanskrit
oṃ (1) kurukulle (2) svāhā (3)
Praktisi harus mengkontemplasi bodhisattva Avalokitêśvara dan memasuki mandala untuk memberikan penghormatan kepada Tri Ratna dan bodhisattva Avalokitêśvara. Kemudian menggunakan air dengan mendaras upahṛdaya mantra sebanyak lima kali terlebih dahulu untuk dipercikkan ke berbagai persembahan , ramuan herbal dan juga dipercikkan ke mandala.
[護身印第十一]
[0191c01] Kedua Jari kelingking saling bersilangan satu dengan yang lain di antara telapak tangan, jari manis dikaitkan pada jari kelingking yang berlawanan. Kedua jari tengah tegak dengan ujung saling bersentuhan . Kedua ujung jari telunjuk ditekuk dan bersandar pada jari tengah dengan jarak setengah inci . Kedua jempol terbuka ke arah samping.
[0191c05]
Chinese
唵 (1) 跋日羅 祇聹 (2) 鉢囉 儞 鉢跢 野 (3) 莎嚩 訶 (4)
Pin Yin
ǎn (1) bá rì luó zhǐ níng (2) bō luō nǐ duo yě (3) shā pó hē (4)
Sanskrit
oṃ (1) vajra-agni (2) pradiptāya (3) svāhā(4)
[0191c07] Selanjutnya praktisi harus menggunakan mudra ini dan mendaras mantra sebanyak tiga kali kemudian menyegel [menyentuh titik] pada bagian bagian atas kepala, kedua bahu, tenggorokan , dan jantung untuk membentuk perlindungan tubuh
[大護身印第十二]
[0191c10] Mudra ini sama dengan mudra [sebelas] sebelumnya .
Dengan mantra sebagai berikut
[0191c11]
Chinese
唵 (1) 入縛 攞囊野 (2) 虎 (三)
Pin Yin
ǎn (1) rù fù luó náng yě (2) hǔ (3)
Sanskrit
oṃ (1) jvala-naya (2) hūṃ phaṭ (3)
[0191c12] Selanjutnya menggunakan mudra ini dan mendaras mantra diatas sebanyak tiga kali kemudian menyegel [menyentuh] lima lokasi tubuh [ kepala , kedua bahu , tenggorokan , jantung] untuk membentuk perlindungan tubuh utama.
Ketiga belas : mudra pelindung tubuh
[0191c15] Kedua telapak tangan terbuka dan menghadap ke arah atas dengan sepuluh jari menyebar.
Dengan mantra sebagai berikut
[0191c16]
Chinese
唵 (1) 度比度比迦野度比 (2) 鉢囉 入 嚩 理矃 (3) 莎嚩 訶 (4)
Pin Yin
ǎn (1) dù bǐ dù bǐ jiā yě dù bǐ (2) bō luō rù fú lǐ nǐng (3) shā pó hē 4)
Sanskrit
oṃ (1) dhupi dhupi-kāya dhupi (2) prajvariṇi (3) svāhā (4)
[十方界明第十四]
dengan mantra sebagai berikut
[0191c21]
Chinese
唵 (1) 阿露力 (2)
Pin Yin
ǎn (1) ā lù lì (2)
Sanskrit
oṃ (1) arolik (2)
[0191c22] Praktisi harus menggunakan air ataupun biji sesawi yang didaras dengan mantra diatas dan kemudian menyebarkannya ke delapan penjuru mandala sebagai batas perlindungan mandala Selanjutnya praktisi juga harus menggunakan air ataupun biji sesawi yang didaras dengan upahṛdaya mantra dan kemudian menyebarkannya ke delapan penjuru, atas dan bawah mandala sebagai batas perlindungan batas .
Kelima belas, mudra perlindungan batas wilayah
[結壇界印第十五]
[0191c25] Kedua jari tengah, jari manis dan jari- kelingking saling menyilang dan terkait satu dengan yang lain di antara telapak tangan dengan sebelah kanan diatas sebelah kiri .Kedua jari telunjuk tegak tetapi miring dengan ujung yang saling bersentuhan . Kedua jempol tegak dan diarahkan pada tubuh praktisi .
Praktisi harus menggunakan mudra ini dan mendaras upahṛdaya mantra sebanyak tujuh kali serta mengelilingi mandala dengan mudra ini sebanyak tiga kali untuk membentuk batasan perlindungan wilayah mandala . Selanjutnya praktisi dapat meletakkan wadah air wewangian yang telah dimasukkan beragam bunga sebagai persembahan di tempat duduk para deity .
Keenam belas : mantra penunjuk jalan
[治路明第十六 ]
dengan mantra sebagai berikut
[0192a02]
Chinese
唵 (1) 鉢那弭矃 (2) 皤伽縛底 (3)慕賀野慕賀野(4) 惹蘖慕賀矃 (5) 莎嚩訶 (6)
Pin yin
ǎn (1) bō nā mǐ nǐng (2) pó jiā fù de (3) mù hè yě mù hè yě (4)
rě niè mù hè nǐng (5) shā pó hē (6)
Sanskrit
oṃ(1) padmini (2)bhagavati (3) mohaya mohaya (4)jagad amohani (5) svāhā (6)
[0192a05] Mantra ini didaras pada saat ingin mengundang deity , dengan memegang tempat untuk pendupaan dan mendaras mantra ini sebanyak tujuh kali untuk membuka jalan angkasa , menyingkirkan semua halangan dan mengingatkan bodhisattva Avalokitêśvara dan deity lainnya untuk hadir serta mentransmisi kualitas kebajikan
Ketujuh belas : mudra pengundangan
[請召印第十七]
[請召印第十七]
[0192a09] Kedua jari tengah, jari manis dan jari kelingking menyilang dan saling mengait sementara telapak tangan menghadap ke arah atas dengan sebelah kanan diatas sebelah kiri . Dua jari telunjuk tegak tetapi miring sedikit dengan kedua ujung saling menyentuh satu dengan yang lain. Dua jempol menghadap ke depan. Dua jari tengah bergerak dalam arah yang berlawanan arah. Jika jari tengah bergerak ke dalam, maka mudra itu disebut sebagai mudra pengundangan deity. Jika jari tengah bergerak keluar maka mudra itu disebut sebagai mudra pengantaran deity.
Dengan mantra sebagai berikut:
[0192a13]
[0192a14] Selanjutnya praktisi menggunakan mudra ini dan mendaras mantra diatas sebanyak tujuh kali untuk mengundang para deity masuk ke dalam mandala
Kedelapan belas : mudra penyambutan Dengan mantra sebagai berikut:
[0192a13]
Chinese
唵 (1) 覩嚕覩嚕 (2) 莎縛訶 (3)
Pin Yin
ǎn (1) dǔ lū dǔ lū (2) shā pó hē (3)
Sanskrit
oṃ (1) turu turu (2) svāhā (3)
[迎印第十八 ]
Dengan mantra sebagai berikut:
[0192a18]
Chinese
娜謨囉怛娜怛囉耶野 (1)
娜麼阿唎耶 (2) 婆露抧諦溼縛囉野 (3)菩地薩埵野(4)摩訶薩埵野 (5) 摩訶迦嚕抳迦野 (6)
鉢頭 摩鉢頭摩 (7) 鉢頭摩播矃 (8) 娑羅娑囉 (9) 翳醯曳醯 (10) 婆伽畔 (11)
那哩夜 婆露抧諦溼縛囉野 (12) 阿奴紺播謨播馱野(13) 啊露力 (14)
Pinyin
nà mó luō dá nà dá luō yē yě (1)
nà má ā lì yē (2) pó lù zhǐ dì shī fù luō yě (3) pú dì sà duǒ yě (4)
mó hē sà duǒ yě (5) mó hē jiā nǐ lū jiā yě (6)
bō tóu mó bō tóu mó (7) bō tóu mó bō nǐng (8) suō luó suō luō (9)
yì xī yè xī (9) pó jiā pàn (11) nā lǐ yè pó lù zhǐ dì shī fù luō yě (12)
ā nú gàn bō mó bō duò yě (13) ā lù lì (14)
Sanskrit
namo ratna-trayāya (1)
namaḥ ārya (2) avalokiteśvarāya (3) bodhisatvāya (4)
mahāsatvāya (5) mahākāruṇikāya (5)
padma padma(6) padmapāṇi (7) sara sara (8) ehyehi (9) bhagavaṃ (10) ārya-avalokiteśvarāya (12) anukuṃpham utpadāya (13) arolik.(14)
[0192a25] Selanjutnya menggunakan mudra [delapan belas] dan mendaras mantra diatas sebanyak tiga kali , tangan di gerakkan berputar searah jarum jam sambil memvisualisasikan semua deity masuk ke dalam mandala untuk menerima persembahan.
Ke sembilan belas: mudra untuk air wewangian
[香水印第十九 ]
[0192a28] semuajari tangan sebelah kanan dan kiri saling menyilang untuk membuat kepalan tangan dengan ibu jari kiri berdiri tegak.
Dengan mantra sebagai berikut :
[0192b01]
Chinese
唵 (1) 阿露力 (2)
Pin Yin
ǎn (1) ā lù lì (2)
Sanskrit
oṃ (1) arolik (2)
Ke dua puluh : mudra untuk singasana teratai
[華座印第二十][0192b05] Kedua telapak tangan menghadap ke atas, kedua jari telunjuk, jari tengah, jari manis dan jari kelingking tegak dan saling membelakangi satu dengan yang lain. Kedua jari telunjuk bersandar pada bagian belakang jari tengah. Ujung kedua jari telunjuk sejajar dengan ruas atas jari tengah. Kedua jempol bersandar pada ruas jari telunjuk bagian bawah.
Dengan mantra sebagai berikut :
[0192b09]
Chinese
唵 (1) 鉢頭摩 寐邏野 (2) 莎嚩 訶 (3)
Pin Yin
ǎn (1) bō tóu mó mèi luó yě (2) shā pó hē (3)
Sanskrit
oṃ (1) padma vīraya (2)svāhā (3)
[0192b11] Selanjutnya praktisi harus menggunakan mudra ini dan mendaras mantra diatas sebanyak tiga kali sebagai sarana untuk mendirikan singasana teratai dan kemudian berkata
“Datanglah dengan penuh kualitas kebajikan melalui kekuatan dari aspirasi masa lampau dan tanpa meninggalkan welas kasih yang tak terbatas. . Naiklah ke tempat yang penuh dengan kerendahan hati ini dan mohon transmisikan semua kualitas kebajikan yang tak tertandingi dan menerima persembahan ini.
Kemudian menggunakan mudra pengundangan deity untuk duduk [kedua puluh satu ] dan mengundang semua deity untuk duduk di tempat mereka masing masing .
[請坐印第二十一]
[0192b17] Kedua jari telunjuk, ke dua jari manis, kedua jari kelingking saling menyilang diantara telapak tangan dengan jari sebelah kanan diatas sebelah kiri . Kedua jempol di tekuk masuk ke dalam telapak tangan, Kedua jari tengah diluruskan dengan kedua ujung saling bersentuhan dan digerakkan ke arah atas dan bawah dan ke depan dan belakang.
Selanjutnya praktisi menggunakan mudra [kedua puluh satu] diatas dan mendaras upahṛdaya mantra sebanyak tiga kali untuk mengundang bodhisattva Avalokitêśvara dan berbagai bodhisattva lainnya untuk duduk di tempatnya masing masing.
Kemudian praktisi harus menggunakan mantra vajra kuntali kembali untuk menutup kembali batasan perlindungan wilayah .
Kedua puluh dua : mudra untuk mengikat penghalang
[除障印第二十二]
[0192b24] Kedua jari tengah, kedua jari manis, kedua jari kecil saling menyilang di telapak tangan kanan dan kiri pada sebelah dalam. Kedua jari telunjuk tegak tetapi miring dengan ujung menyentuh satu sama lain. Kedua jempol menghadap ke arah tubuh dalam posisis tegak dan saling bersentuhan.
Dengan mantra sebagai berikut:
[0192b29] Selanjutnya praktisi menggunakan mudra ini dan mendaras mantra diatas sebanyak tiga kali dengan menyegel [menyentuh] semua persembahan berupa bunga , kemenyan dan persembahan lainnya untuk mengikat semua halangan .
Kedua puluh tiga : mudra persembahan
[供養印第二十三][除障印第二十二]
[0192b24] Kedua jari tengah, kedua jari manis, kedua jari kecil saling menyilang di telapak tangan kanan dan kiri pada sebelah dalam. Kedua jari telunjuk tegak tetapi miring dengan ujung menyentuh satu sama lain. Kedua jempol menghadap ke arah tubuh dalam posisis tegak dan saling bersentuhan.
Dengan mantra sebagai berikut:
Chinese
唵 (1) 耳栗 耳曩伽 (2) 勃力婆 夜 (3) 弊儞抳 (4) 莎嚩 訶 (5)
Pin Yin
ǎn (1) ěr lì ěr nǎng jiā (2) bó lì pó yè (3) bì nǐ nǐ (4) shā pó hē (5)
Sanskrit
oṃ (1) hana dhuna matha (2) vidhvamsaya (3) udsaraya (4) svāhā (5)
[0192b29] Selanjutnya praktisi menggunakan mudra ini dan mendaras mantra diatas sebanyak tiga kali dengan menyegel [menyentuh] semua persembahan berupa bunga , kemenyan dan persembahan lainnya untuk mengikat semua halangan .
mantra sebagai berikut :
[0192c06]
Chinese
娜謨薩嚩勃陀 (1) 步地薩埵南(2) 薩婆詑沃刈諦(3)
薩頗囉伊摩 (4) 伽伽那紺(5) 莎縛訶 (6)
Pin Yin
nà mó sà fu bó tuó (1) bù dì sà duǒ nán (2) sà pó tuó wò yì dì
(4) sà pō luō yī mó (5) jiā jiā nā gàn (6) shā pó hē (7)
Sanskrit
namo sarva buddha (1) bodhisatvānāṃ (2) sarvathā khaṃudgate
(3) sphara hīmam (4) gaganakaṃ (5) svāhā (6)
[0192c09] Selanjutnya menggunakan mudra diatas dan mendaras matra ini sebanyak tiga kali sambil memvisualisasikan beragam persembahan untuk dipersembahkan kepada semua buddha , bodhisattva dan deity lainnya . Praktisi juga harus memuji Tri Ratna dan Bodhisattva Avalokitêśvara dengan berbagai gatha pujian, kemudian beraspirasi sesuai dengan kehendaknya sendiri dan juga bertobat dari semua aktivitas [perbuatan , ucapan dan pikiran] yang keliru serta membangkitkan kesadaran penggugahan [bodhicitta]
Kedua puluh empat : mudra untuk permohonan keduniawian
[ 求生印第二十四]
[0192c13] Dua jempol dan jari-jari kelingking terangkat tetapi sedikit tertekuk dengan kedua ujung saling bersentuhan . Dua jari telunjuk, jari tengah dan jari manis masing-masing terangkat dan terpisah satu dengan yang lain dengan jarak antara satu inci dari ujung jari .
mantra sebagai berikut :
[0192c16]
Chinese
唵 (1) 鉢頭 慕皤婆 野 (2) 莎 嚩訶 (3)
Pin Yin
ǎn (1) bō tóu mù pó pó yě (2) shā pó hē (3)
Sanskrit
oṃ (1) padma udbhavāya (2) svāhā (3)
[0192c18] Selanjutnya menggunakan mudra ini dan mendaras mantra sebanyak tiga kali untuk mengungkapkan semua suka cita , perlindungan oleh berbagai deity dan untuk mewujudkan aspirasi dan keinginan yang baik
[ 根本 印]
[0192c21] Kedua tangan dirangkupkan seperti mudra anjali tetapi telapak tangan tidak saling bersentuhan . Dua jempol tegak dan bersandar satu dengan lainnya. Dua jari telunjuk ditekuk dan ujung menyentuh ujung jempol.
Praktisi menggunakan mudra ini dan mendaras hṛdaya mantra dan upahṛdaya mantra sebanyak tiga kali kemudian menyegel [menyentuh titik pada] kepala , kedua bahu , tenggorokan , dan jantung sebagai perlindungan dan juga dapat menggunakan mudra ini dengan mendaras kembali hṛdaya mantra dan upahṛdaya mantra sebanyak tiga kali untuk mentransmisi kekuatan dan kekuasaan kepada ramuan herbal
Ke dua puluh enam hṛdaya mudra
[ 大 心 印 ]
[0193a03] Sama seperti mudra [dua puluh lima] diatas tetapi mudra dirubah dengan tangan kiri diletakkan di jantung dan tangan kanan diangkat dengan telapak mengarah ke luar , kemudian mendaras hṛdaya mantrasebanyak tiga kali dengan mudra ini untuk mengundang Bodhisattva Avalokitêśvara mewujudkan semua aspirasi praktisi.
[淨治珠明第二十七]
mantra sebagai berikut :
[0193a07]
Chinese
唵 (1) 暗沒哩 耽儼袂室哩 曳 (2) 室 唎 忙 哩儞 (3) 莎縛訶 (4)
Pin Yin
ǎn (1) àn méi lǐ dān yǎn mèi shì lǐ yè (2) shì lì máng lǐ nǐ (3) shā pó hē (4)
Sanskrit
oṃ (1) amrtāṃ gale śrīye (2) śrī-mālini (3) svāhā (4)
Kedua puluh delapan mudra transmisi kekuatan mala
[ 數 珠 印]
[0193a13] Praktisi harus meletakkan mala di telapak tangan kanan dengan dua telapak tangan dirangkupkan dan menghadap ke atas sebagai persembahan mala untuk deity.
mantra sebagai berikut :
[0193a15]
Chinese
唵 (1) 縛蘇 皤底 (2) 室哩 曳 (3) 鉢特 莽忙履(4) 莎縛訶 (5)
Pin Yin
ǎn (1) fù sū pó de (2) shì lǐ yè (4) bō tè mǎng máng lǚ (4) shā pó hē (3)
Sanskrit
oṃ (1) vasumati (2) śrīye (3) padma-mālini (4) svāhā (5)
[0193a17] Praktisi harus mendaras mantra ini sebanyak seribu delapan puluh kali untuk persembah dan transmisi kekuatan dari deity dan pada saat memegang kembali mala harus didaras sebanyak tiga kali.
Kemudian mala diangkat dengan kedua tangan hingga
setinggi jantung dengan jarak [tubuh dan mala] sekitar enam
inci ataupun diangkat setinggi hidung.
Selanjutnya praktisi dapat menggunakan
menggunakan sepuluh jari
untuk memegang dan memutar mala,
Pendarasan mantra dilakukan dengan
memutar setiap butir mala satu persatu dengan
pikiran yang penuh perhatian dan tidak teralihkan oleh aspek lain dan pada saat
yang sama dia juga harus memvisualisasikan esensi aksara
dari dhāraṇī Bodhisattva Avalokitêśvara yang terpancar dari jantung deity dan menyatu ke dalam
jantung praktisi kemudian tubuh dan kesadaran praktisi dipenuhi
dengan cahaya terang dengan pikiran
yang tidak teralihkan dan tanpa
kesalahan . Praktisi harus mendaras
mantra sesuai dengan kemampuan hingga
mencapai sepuluh juta kali dimana praktisi
juga dapat beristirahat sejenak apabila kondisi tubuhnya melemah dan lelah. Jika pada saat praktisi membuka mata dan melihat Bodhisattva Avalokitêśvara maka dia harus merangkupkan kedua dengan mudra anjali untuk memberikan penghormatan serta memuji Bodhisattva Avalokitêśvara dengan berbagai gātha pujian.
Pada saat praktisi ingin meninggalkan mandala maka dia harus kembali mempersembahkan air wewangian dan beraspirasi dengan memikirkan metoda kefasihan apa yang digunakan agar semua makhluk hidup dapat terbebaskan dari siklus eksistensi dan mencapai penggugahan.
Jika praktisi ingin ramual herbal yang digunakan dalam pengobatan itu manjur maka dia harus memvisualisasikan Bodhisattva Avalokitêśvara dengan cakram bulan ataupun cakram matahari di jantung dan bercahaya kemudian menyatu dengan ramuan herbal tersebut dengan penuh perhatian dan tidak teralihkan serta mendaras dhāraṇī dengan tulus .Jika ramuan herbal ini menjadi panas ataupun mengeluarkan asap ataupun cahaya maka transmisi ramuan herbal ini telah berhasil..
[解界印第二十九]
[0193b01] Dua jari manis dikaitkan dengan yang lain , jari sebelah kanan diatas di atas sebelah kiri di antara telapak tangan. Kedua jari jempol diletakkan diatas kuku jari manis . Dua jari tengah tegak dengan kedua ujung saling bersentuhan . Dua jari telunjuk bertumpu pada punggung jari tengah dan saling membelakangi satu dengan yang lain.Jari kelingking saling bersentuhan satu dengan yang lain
mantra sebagai berikut:
[0193b04]
Chinese
唵 (1) 紇哩 阿參忙擬矃 (2) 虎(3)
Pin Yin
ǎn (1) hé lǐ ā sān máng nǐ (2) hǔ(3)
Sanskrit
oṃ (1) hrīḥ asamāṃgni (2) hūṃ (3)
[0193b05] Kemudian praktisi harus menggunakan mudra [dua puluh sembilan] dan mendaras mantra diatas sebanyak tujuh kali sambil mengelilingi mandala dari arah kiri ke kanan [berlawanan dengan arah jarum jam] sebanyak tiga kali untuk menghilangkan batasan perlindungan wilayah. Setelah batasan perlindungan ini dihilangkan maka praktisi harus mempersembahkan air wewangian dan menggunakan mudra seperti mudra pengundangan tetapi dengan cara jari digerakkan ke arah luar untuk mengantar balik semua makhluk agung.
[ 五 淨 明 ]
[0193b09]
Chinese[0193b09]
唵 (1) 耶輸 提 (2) 莎縛 訶 (3)
Pin Yin
ǎn (1) yē shū tí (2) shā pó hē (3)
Sanskrit
oṃ (1) yaśuddhe (2) svāhā (3)
[0193b10] Jika praktisi tidak sengaja menyentuh atau mengkonsumsi makanan yang tidak bersih maka dapat menggunakan lima substansi bersih sapi [campuran susu , ghee , yogurt , gomayi dan air seni dari sapi yang memakan rumput bersih dan air putih] , juga menggunakan rumput kusha , dimasak dengan air dan diaduk hingga merata . Setelah itu campuran ini didaras dengan mantra diatas sebanyak seratus delapan puluh kali dan kemudian diminum maka segala aspek akan murni kembali. Semua ramuan herbal , alat ritual , wewangian , bunga, pasta dan serbuk wewangian , kemenyan, makanan dan minuman, pelita di oles kembali dengan menggunakan sisa campuran ini dan didaras dengan upahṛdaya mantra sebanyak lima kali maka semua aspek penghalang juga akan tereliminasi.
[0193b17] Kemudian bodhisattva mahāsattva Avalokitêśvara kembali berkata kepada Bhagavān:
Bhagavān , kemurnian primodial [guhya samaya] yang bermakna mendalam dari maṇḍala mahāpadma cintāmaṇi cakra ini mampu menyebabkan pencapaian tiga metoda ramuan herbal keduniawian dan juga menyebabkan semua orang awam yang melihat ataupun mendengarkan metoda ini akan dipenuhi dengan suka cita dan dijunjung tinggi oleh semua makhluk hidup.
Prosesi pendirian maṇḍala harus dilakukan pada hari kedua ataupun ketujuh śuklapakşa, dengan terlebih dahulu mencari dan menentukan satu lokasi yang bersih dan tenang , kemudian menentukan dan mengukur maṇḍala dengan sisi berukuran empat hasta , lima hasta ataupun delapan hasta sesuai dengan kemampuan praktisi.
Sesuai dengan uraian mengenai maṇḍala, semua tanah kotor, sisa reruntuhan, batu, tulang ataupun kayu yang masih ada di dalam di lokasi harus dibuang dan dibersihkan, kemudian diisi dan diratakan kembali, pertama menggunakan lapisan tanah kuning dan diolesi dengan gomayi kemudian menggunakan tanah yang dicampur dengan serbuk wewangian sebagai lapisan terakhir yang halus dan dekorasi
Dalam maṇḍala ini harus terdiri dari dua aula , di pusat aula internal harus digambarkan tiga puluh dua kelopak teratai yang sedang mekar, di tengah aula teratai [tiga puluh kelopak teratai] digambarkan bodhisattva cintāmaṇi cakra yang sedang duduk dalam posisi lutut kanan terangkat dan kaki kiri dalam posisi teratai serta menghadap ke arah barat. Bodhisattva ini harus digambarkan memiliki ekspresi yang penuh dengan suka cita dan tubuh berwarna keemasan , mengenakan mahkota permata dengan pratima Buddha diatas mahkota tersebut. Bodhisattva ini harus digambarkan sedang menyandarkan kepala dengan tangan kanan sedangkan tangan kiri dalam mudra varada untuk pasangan lengan pertama , sedangkan untuk pasangan lengan kedua digambarkan dengan tangan kanan memegang cintāmaṇi didepan dada dan tangan kiri dalam mudra dharmacakra serta memegang sekuntum teratai . Untuk pasangan lengan ketiga , tangan kanan memegang mala dan tangan kiri terangkat dengan telunjuk sedang menyeimbangkan cakra. Tubuh bodhisattva ini memancarkan beragam cahaya dan terhias sempurna dengan jubah, beragam perhiasan berharga lainnya seperti liontin, cincin, gelang yang terbuat dari tujuh permata.
Di sebelah timur harus digambarkan Bhogavati vidyarājni yang didampingi oleh bodhisattva , disebelah kiri harus digambarkan Pāṇḍaravāsinī avalokiteśvara . Di sebelah utara harus digambarkan bodhisattva Mahāsthāmaprāpta , disebelah kiri harus digambarkan bodhisattva Tārā. Di sebelah barat harus digambarkan Hayagrīva vidyarāja , disebelah kiri harus digambarkan Ekajaṭa rākṣasī. Di sebelah selatan digambarkan Caturmukha avalokiteśvara vidyarāja , disebelah kiri harus digambarkan bodhisatva Bhṛkuṭī. .Semua bodhisattva ini harus terhias sempurna dengan mahkota, permata mutiara , kalung, anting, gelang dan perhiasan lainnya serta mengenakan jubah yang sempurna , duduk dalam postur teratai sempurna didalam aula teratai ini .
Sedangkan untuk aula eksternal , di sebelah timur harus digambarkan deva Indra yang dikelilingi oleh beragam deva dari kedua sisinya . Di sisi selatan harus digambarkan Yama rāja yang dikelilingi oleh beragam Mātṛ dari kedua sisinya. Di sebelah barat harus digambarkan Varuṇa devarāja yang dikelilingi oleh Nanda nāgarāja, Upananda nāgarāja danjuga berbagai nāgarāja lainnya dari kedua sisinya. Di sebelah utara harus digambarkan Vaiśravaṇa devarāja yang dikelilingi oleh berbagai Yakṣa dari kedua sisinya . Di sebelah tenggara harus digambarkan deva Agni yang dikelilingi oleh para mahā rsi dari kedua sisinya . Di sebelah barat daya harus digambarkan Nairṛti rāja yang dikelilingi oleh berbagai Rākṣasa dari kedua sisinya.Di sebelah barat laut harus digambarkan Vāyu devarāja yang dikeliling oleh devaputra Vāyu dari kedua sisinya . Di sebelah timur laut harus digambarkan Īśana-devarāja yang dikelilingi oleh Kumbhāṇḍa dari kedua sisinya .
Selain itu , di sebelah timur juga digambarkan Āditya devaputra yang dikelilingi oleh sapta-rṣi-tārā dari kedua sisinya , disebelah barat juga digambarkan Candra devaputra yang dikelilingi oleh sapta-rṣi-tārā dari kedua sisinya . Selain itu , disebelah barat digambarkan Pṛthivi-devatā yang didampingi oleh para devaputra Yakṣa dari kedua sisinya , di sebelah timur digambarkan Mahābrahma Deva Rāja yang dikelilingi oleh para devaputra pengikut Brahma dari kedua sisinya .Selain itu , di sebelah barat harus digambarkan Asura-rāja yang dikelilingi oleh para Asurakanya dari kedua sisinya . Selain itu, di pintu barat harus digambar Vibhavapati vidyarājni.
Semua deva ini memegang wadah ataupun senjata masing masing dan mengenakan beragam jenis jubah , berbagai perhiasan lainnya sesuai dengan uraian dan terhias dengan indah dan sempurna . Semua deva ini duduk dalam posisi teratai sempurna .
Dalam aula eksternal dan internal juga harus digambarkan tangga yang dihiasi dengan permata sebagai penghubung antara dua aula tersebut. Perbatasan aula internal harus digambarkan cintamani dengan beragam warna yang dikelilingi oleh api yang menyala sedangkan perbatasan aula eksternal harus digambarkan vajra tunggal yang dikelilingi oleh api yang menyala.
Kekuatan dan kekuasaan dari makna mendalam kemurnian primodial maṇḍala ini bukan hanya dapat di lakukan dengan metoda penggambaran diatas melainkan juga dapat dilakukan dengan menggambar tempat duduk dan kemudian menulis nama para deity ini saja , kemudian memberikan persembahan sesuai dengan uraian juga akan mencapai keberhasilan.
Sebelum pelukis mulai menggambar maka dia harus membersihkan diri dan mengenakan jubah yang bersih , menjalankan delapan sila dengan sempurna sesuai dengan uraian realitas . Maṇḍala ini juga harus digambar dan diwarnai dengan menggunakan kuas yang terbaik dan bersih.
Jika telah selesai menggambar dan mendekorasi maṇḍala maka praktisi harus membersihkan diri dan mengenakan jubah yang bersih , masuk ke dalam lokasi maṇḍala dan kemudian melaksanakan ritual perlindung diri dan juga batasan perlindungan wilayah , kemudian mempersembahkan air wewangian, menyalakan dupa agaru, cendana putih , kemenyan , kunduruka di hadapan bodhisattva Avalokitêśvara yang berada didalam maṇḍala..
Praktisi juga harus meletakkan daun teratai di dalam wadah ramuan herbal dan kemudian menggunakan daun teratai untuk menutup wadah tersebut. Selain itu juga harus menggunakan lima substansi murni dari sapi untuk dipercikkan ke ramuan herbal dan juga menyegel dengan mudra perlindungan dengan menyentuh wadah ramuan herbal , kemudian menyegel persembahan lain sesuai dengan urutan sebagai berikut : air wewangian , bunga , serbuk wewangian , dupa , buah-buahan , tiga makanan putih , beragam persembahan makanan dan minuman lainnya , untaian bunga lainnya ,pelita dengan mendaras mantra sebanyak tiga kali .
Metoda persembahan ini juga merupakan pengungkapan kemurnian primodial yang akan mengiluminasi semua aspek pengetahuan . Oleh sebab itu , praktisi harus mendaras mantra sebanyak tiga kali dan menyegel semua persembahan seperti bunga , pasta wewangian , serbuk wewangian , buah-buahan , makanan , minuman, lampu minyak dan persembahan lainnya.
Kemurnian primodial yang bermakna mendalam dari maṇḍala ini merupakan lokasi manifestasi dari aspirasi masa lalu Bodhisattva Avalokitêśvara yang dijunjung tinggi , dipuji dan dihormati , dilindungi oleh semua deva dan para vidyadhara , juga merupakan lokasi dimana semua makhluk hidup dapat mengeliminasi semua halangan dan aktivitas [perbuatan , pikiran dan ucapan] yang keliru mereka , mencapai keberhasilan ramuan herbal baik dari kualitas keduniawian ataupun melampaui keduniawian, mengakumulasi kualitas kebajikan sehingga pada saat rentang kehidupan mereka berakhir maka akan terlahir kembali dalam ranah eksistensi Sukhavati melalui manifestasi dari teratai , dengan tubuh yang dihiasi dengan beragam karakteristik manusia agung dan perhiasan lainnya dan juga mengetahui semua kehidupan masa lalu mereka hingga mencapai kesempurnaan penggugahan , tidak pernah jatuh kembali dalam ranah eksistensi yang tidak menyenangkan.
Kemudian bodhisattva mahāsattva Avalokitêśvara kembali berkata kepada Bhagavān:
Bhagavān , dhāraṇī yang bernama mahāpadma cintāmaṇi cakra terdiri dari tiga uraian ramuan herbal yakni , pertama ramuan herbal untuk dipakai , kedua ramuan herbal untuk penyakit mata dan ketiga ramuan herbal untuk diletakkan di dalam mulut.
Untuk ramuan herbal yang dipakai harus menggunakan bahan sebagai berikut , bezoin [gorocana], cendana putih [candana] , tulip [pakkaṭī] , kapur [karpūras], kasturi [kastūrī] , kapulaga putih [ elā.] , cengkeh[lavaṅga] , biji teratai [padmākṣa], daun teratai [utpalapattra] , pala [sumanaphala] dan esensi madu [phānita] .
Praktisi harus menggunakan serbuk emas yang dicampur dengan esensi madu untuk dioleskan ke mandala , kemudian menggunakan mudra perlindungan dan mendaras mantra tersebut sebanyak seribu delapan ratus kali dan menyegel [ menyentuh titik] ramuan herbal tersebut
Selanjutnya semua bahan ramuan herbal tersebut dicampur, digiling hingga menjadi bubuk dan diolah hingga berbentuk seperti pil. Pada saat praktisi sedang menggiling dan mencampurkan ramuan herbal ini harus mendaras mantra dengan tanpa terputus dan disenandungkan dalam ritme tertentu . Selama proses ini praktisi tidak dizinkan untuk memikirkan semua aspek keduniawian ataupun berkomunikasi dengan orang lain.
Setelah metoda pencampuran ini selesai dilaksanakan, pil ramuan herbal tersebut harus dimasukkan ke dalam wadah dan diletakkan di hadapan bodhisattva Avalokitêśvara dalam maṇḍala serta mendaras mūlamantra hṛdaya mantra dan upahṛdaya mantra untuk mentransmisi kekuatan kepada pil ramuan herbal tersebut. Pendarasan dilakukan hingga satu siklus purnama ataupun gerhana maka pil ramuan herbal akan sempurna dan berubah menjadi hangat, berasap ataupun bercahaya.
Jika pil ramuan herbal ini berubah menjadi hangat , praktisi dapat menggunakannya dengan cara membakar pil ramuan herbal tersebut kemudian mengasapi pakaian yang hendak dikenakannya kemudian mengoleskannya pada titik antara kedua alis mata maka semua orang akan menjunjung tinggi , dan mencintainya.
Jika pil ramuan herbal ini berubah menjadi berasap , praktisi juga dapat menggunakannya dengan cara membakar pil ramuan herbal tersebut kemudian mengasapi pakaian yang hendak dikenakannya pun ataupun dengan mengenakan pil tersebut atau pun mengoleskannya pada titik antara kedua alis mata maka praktisi akan mencapai kemampuan dalam menghilangkan diri [tidak terlihat oleh mahluk lain] [antardhāna-siddhi]
Jika pil ramuan herbal ini ditingkatkan takarannya dan praktisi juga menggunakan cara yang sama dengan dibakar dan kemudian mengasapi pakaian yang hendak dikenakan ataupun mengenakan pil tersebut ataupun dengan mengoleskannya maka kekayaan orang tersebut akan meningkat dan memiliki rentang kehidupan yang panjang, semua mahluk halus akan tunduk dan tidak berani mengganggunya , semua penyakit yang disebabkan oleh makhluk halus juga akan sembuh.
Jika pil ramuan herbal ini berubah menjadi bercahaya , praktisi juga dapat menggunakannya dengan cara membakar pil ramuan herbal tersebut kemudian mengasapi pakaian yang hendak dikenakannya pun ataupun dengan mengenakan pil tersebut atau pun mengoleskannya pada titik antara kedua alis mata maka dia akan memperoleh pencapaian tertinggi [siddhi] dan menjadi vidyādhara yang akan dijunjung tinggi dan dicintai oleh semua makhluk hidup termasuk para raja , permaisuri , selir , dayang , petugas kerajaan , wanita dan pria dan juga anak. Mereka juga akan memuji dan memberikan beragam persembahan berupa beragam harta ataupun permata berharga lainnya kepada praktisi ini.
Semua bencana , halangan dari aktivitas [perbuatan , pikiran dan ucapan] yang keliru , lima aktivitas aktivitas [perbuatan , pikiran dan ucapan] keliru tanpa jeda yang menyebabkan seseorang jatuh ke dalam neraka Avici juga akan tereliminasi dengan sempurna.
Melalui transmisi kekuasaan dan kekuatan dari ramuan herbal ini maka semua aspek yang baik akan meningkat dengan cepat , tidak ada seorangpun yang merasa bosan melihat praktisi ini , juga akan mewujudkan semua aspirasi dan keinginan yang baik dengan sempurna , seperti sinar matahari , kemanapun dia pergi semua kegelapan akan sirna. Semua aspek akan terwujud dengan sempurna dan di cintai oleh semua makhluk hidup. Praktisi ini juga akan terhindar dari bencana dari air , api , senjata, racun , mahavidya dari luar ajaran , binatang buas dan binatang berbisa .
Jika seseorang sedang menghadapi hukuman ataupun hendak dibunuh, melalui transmisi kekuasaan dan kekuatan dari ramuan herbal ini dengan mengasapi pakaian yang hendak dikenakannya pun ataupun dengan mengenakan pil tersebut atau pun mengoleskannya maka dia akan terhindar dari hukuman dan senjata juga akan patah menjadi dua.
Jika seseorang sedang dipenjara , diikat, melalui transmisi kekuasaan dan kekuatan dari ramuan herbal ini dengan mengasapi pakaian yang hendak dikenakannya pun ataupun dengan mengenakan pil tersebut atau pun mengoleskannya maka dia akan terhindar dari hukuman ini
Oleh sebab itu, praktisi harus melaksanakan uraian ini dengan pikiran yang tidak teralihkan dan menyakininya dengan tanpa keraguan . Jika praktisi melaksanakan sesuai dengan apa yang telah diuraikan maka dia tidak mungkin akan tidak memperoleh hasil.
[0194b15] Kemudian bodhisattva mahāsattva Avalokitêśvara kembali berkata kepada Bhagavān:
Bhagavān , dhāraṇī yang bernama mahāpadma cintāmaṇi cakra ini juga ada metoda ramuan herbal untuk dicintai dan dihormati oleh semua orang di dunia ini.
Untuk ramuan herbal yang dipakai harus menggunakan bahan dengan takaran yang sama sebagai berikut, bezoin [gorocana], tulip [pakkaṭī] , kapur [karpūras], kasturi [kastūrī]. Praktisi harus menggunakan serbuk emas yang dicampur dengan esensi madu untuk dioleskan ke mandala , kemudian menggunakan mudra perlindungan dan mendaras mantra tersebut sebanyak seribu delapan ratus kali dan menyegel [menyentuh titik] ramuan herbal tersebut .Selanjutnya semua bahan ramuan herbal tersebut dicampur dengan air hujan , digiling hingga menjadi bubuk dan diolah hingga berbentuk seperti pil yang berukuran sebesar biji .
Setelah metoda pencampuran ini selesai dilaksanakan, pil ramuan herbal tersebut harus dimasukkan ke dalam wadah dan diletakkan di hadapan bodhisattva Avalokitêśvara dalam maṇḍala serta mendaras mūlamantra hṛdaya mantra dan upahṛdaya mantra untuk mentransmisi kekuatan kepada pil ramuan herbal tersebut. Pendarasan dilakukan hingga satu siklus purnama maka pil ramuan herbal akan sempurna dan berubah menjadi hangat, berasap ataupun bercahaya. Setelah itu ramuan herbal ini harus dikeringkan di tempat yang gelap.
Jika ramuan herbal ini berubah menjadi hangat, praktisi dapat meletakkannya di mulut dan mendaras mantra maka semua orang akan menjunjung tinggi dan memujinya . Disamping itu semua penyakit mulut juga akan sirna dan nafas menjadi segar dan bersih.
Jika ramuan herbal ini berubah menjadi berasap , praktisi juga dapat meletakkannya di mulut dan mendaras mantra maka semua aspirasi dan keinginan yang baik akan terwujud dengan sempurna., semua bencana akan terhindari dan aktivitas dari ucapan yang keliru juga akan tereliminasi Disamping itu semua makhluk hidup yang melihat praktisi juga akan ditundukkan dan menghormati praktisi. Jika pil ramuan herbal ini ditingkatkan takarannya dan praktisi juga menggunakan cara yang sama dengan meletakkannya di mulut dan mendaras mantra maka rentang kehidupannya akan panjang, semua mahluk halus akan takut dan meninggalkannya dengan segera.
Jika pil ramuan herbal ini berubah menjadi bercahaya , praktisi juga dapat menggunakannya dengan dengan meletakkannya di mulut dan mendaras mantra maka dia akan memperoleh pencapaian tertinggi [siddhi] dan menjadi vidyādhara serta mencapai pengetahuan dalam mengetahui semua kehidupan masa lalu [pūrvivāsānusmṛtijñāna]. Semua bencana , halangan dari aktivitas [perbuatan , pikiran dan ucapan] yang keliru , lima aktivitas aktivitas [perbuatan , pikiran dan ucapan] keliru tanpa jeda yang menyebabkan seseorang jatuh ke dalam neraka Avici juga akan tereliminasi dengan sempurna.
Raja , pangeran , ratu , selir, dayang, menteri, semua praktisi diluar ajaran dan sebagainya akan mendengarkan apa pun yang diuraikan oleh praktisi . Setiap kata dari uraian tersebut akan menimbulkan keyakinan dan suka cita kepada semua yang sedang mendengarkannya . Oleh sebab itu mereka akan yakin dan menghormati praktisi serta menyumbangkan semua bentuk kekayaan maupun permata yang berharga kepada praktisi ini. Praktisi akan seperti raja pemutar roda yang tidak teracuni oleh semua aspek keduniawian dan penuh dengan kualitas kebajikan serta duduk setara dengan Indra.
Pada saat praktisi meletakkan ramuan herbal ini di mulut , kekuasaan dan kekuatan memungkinkannya untuk menguasai dan mengingat dengan baik terhadap semua aspek yang telah dia dengar , menguasai pengetahuan keduniawian dan kefasihan dalam menguraikannya kembali , kata kata nya tidak terhalang oleh apapun dan suaranya halus dan penuh dengan lemah lembut seperti merdu seperti kiṃnara yang akan menyebabkan semua orang yang mendengarkannya dipenuhi dengan suka cita.
Jika praktisi meletakkan ramuan herbal ini di mulut maka dia akan menang dalam perang dengan setiap pasukan musuh dengan mudah dan damai.
Jika praktisi selalu meletakkan ramuan herbal ini di mulut dan kemudian melatih diri sesuai dengan uraian serta mendaras dengan penuh perhatian maka Bodhisattva Avalokitêśvara akan memanifestasikan dirinya dihadapan praktisi sehingga semua aspirasi dan keinginan yang baik akan terwujud dengan mudah dan sempurna.
Selain itu , jika praktisi menggunakan metoda sesuai uraian dengan mendirikan mandala yang berukuran empat hasta dengan tinggi yang berukuran dua inci , landasan ini diratakan dan disi kembali dengan gomayi dan tanah kuning serta dioles kembali dengan menggunakan serbuk cendana putih. Diatas mandala ini didirikan lambang penghormatan [caitya] Bodhisattva Avalokitêśvara dengan wajah menghadap ke arah barat. Kemudian praktisi juga mempersembahkan bunga mekar , pelita setiap pagi , siang dan malam hari , tidak dizinkan untuk mempersembahkan bunga yang telah layu ataupun kering ataupun berbau busuk.
Praktisi juga harus membakar gaharu dan cendana putih sebagai persembahan serta mendirikan panji mani dengan tiang yang terbuat dari cendana putih dengan ukuran tinggi satu siku. Puncak dari panji ini juga harus dihiasi dengan sutra yang beragam warna dan juga mutiara mani seperti sphaṭika ataupun kristal yang bening dan tanpa cacat. Selain itu , juga harus mendirikan panji di tengah mandala dengan menggantungkan tujuh pil ramuan herbal diatasnya. Setelah prosesi ini , praktisi duduk dalam postur teratai sempurna di barat dan menghadap ke arah timur. Kemudian mendaras mūlamantra hṛdaya mantra dan upahṛdaya mantra untuk mengundang Bodhisattva Avalokitêśvara, Śakra Devānām-Indra, Caturmahārājakāyikā , , Vibhavapati vidyarājni beserta dengan para Vidyādhara, Ekajaṭa rākṣasī beserta dengan utusannya , sebanyak seribu delapan puluh kali dan juga membakar serbuk wewangian , menyebarkan bunga serta memuji dengan suara Brahma sebagai persembahan setiap hari hingga mencapai seratus hari maka Bodhisattva Avalokitêśvara akan mewujudkan semua keinginan dan aspirasinya dengan sempurna dan semua aspek akan ditundukkan serta memperoleh ketenangan dan kedamaian .Selain itu , praktisi juga akan dijunjung tinggi dan dilindungi oleh para Vidyādhara dan pada saat rentang kehidupannya berakhir juga akan terlahir kembali dalam ranah eksistensi yang menyenangkan. Oleh sebab itu metoda ini dikenal sebagai metoda pemindahan kesadaran [saṃkrānti] dari cintāmaṇi
Takaran dan jumlah dari ramuan herbal ini harus disesuaikan dengan jumlah hari dalam ritual yang hendak dilaksanakan , tetapi terlebih dahulu harus dicampur dengan esensi madu dan diolah hingga menjadi pil dan kemudian disimpan dalam wadah perak. Setelah itu , praktisi harus mendaras hṛdaya mantra dan upahṛdaya mantra sebanyak seribu delapan puluh kali dengan memegang wadah tersebut dan setiap kali pendarasan selesai harus menyentuhkan wadah tersebut diatas kaki bodhisattva hingga mencapai seratus delapan kali. Setelah prosesi ini selesai dilaksanakan maka wadah harus disimpan di tempat yang gelap dan bersih serta tidak diketahui oleh orang lain.
Sebelum praktisi meletakkan ramuan herbal ini ke mulut , harus mendaras ketiga mantra ini sebanyak dua puluh satu kali dan pada saat telah memasukkan ramuan herbal ke mulut, praktisi harus mendaras kembali dengan diam diam ke tiga mantra [ mūlamantra hṛdaya mantra dan upahṛdaya mantra] sebanyak seratus delapan kali seseorang memasukkan pil ke mulutnya maka semua makhluk halus yang sulit untuk ditundukkan akan tunduk dan mematuhi semua instruksi praktisi.
Jika praktisi meletakkan ramuan herbal ini ke mulut ataupun membawa ramuan herbal ini ,ke lokasi manapun dia berkunjung akan selalu disambut dengan penuh suka cita , semua aspek akan terwujud sesuai dengan keinginannya termasuk pada saat memasuki istana ataupun dalam persamuan ataupun memasuki permukiman ataupun memasuki permukiman para mahavidya ajaran luar apabila praktisi meletakkan ramuan herbal ini ke mulut dan kemudian mendaras mantra dengan diam diam maka mereka akan mematuhi , menyetujui serta mendengarkan praktisi dengan penuh suka cita. Mereka juga akan menjunjung tinggi dan menghormati praktisi dengan memberikan berbagai persembahan.
Oleh sebab itu , siapapun yang melatih diri melalui metoda ini sesuai dengan yang diuraikan setiap hari akan memperoleh semua persembahan dari kualitas tertinggi ini termasuk pada saat bermasalah dengan musuh, prajurit ataupun pertikaian lainnya maka semua aspek ini akan diselesaikan dengan damai dan penuh dengan kualitas kebajikan . Demikianlah Bodhisattva Avalokitêśvara melindungi praktisi ini seperti putra sendiri karena dia akan mencapai pembebasan agung melalui uraian ini terkecuali praktisi tidak melatih diri dengan baik .
[0195a10] Kemudian bodhisattva mahāsattva Avalokitêśvara kembali berkata kepada Bhagavān:
Bhagavān , metoda ramuan herbal untuk mata dari dhāraṇī ini mampu menyebabkan semua makhluk hidup mencapai cintāmaṇi siddhi dimana bodhisattva mahāsattva Avalokitêśvara juga akan mewujudkan semua inspirasi dan keinginan yang baik dengan sempurna
Untuk ramuan herbal yang dipakai harus menggunakan bahan dengan takaran yang sama sebagai berikut arsenic sulfida [manaḥśilā] , Xanthium sibiricum [sankhahuli] kunyit [haridrā] bezoin [gorocana], tulip [pakkaṭī] , lada panjang [pippali], , biji teratai [padmākṣa] daun teratai [utpalapattra] dan gelembung busa air laut.
Praktisi harus menggunakan mudra perlindungan batasan wilayah dan mendaras mantra tersebut sebanyak seribu delapan ratus kali, kemudian dan menyegel [menyentuh titik] ramuan herbal tersebut di dalam mandala. Selanjutnya semua bahan ramuan herbal tersebut dicampur dengan kapur [karpūras], kasturi [kastūrī] , dan esensi madu [phānita] dalam takaran yang sama , digiling hingga menjadi bubuk halus dan diolah hingga berbentuk seperti pil .
Setelah metoda pencampuran ini selesai dilaksanakan, pil ramuan herbal tersebut harus dimasukkan ke dalam wadah tembaga dan diletakkan di hadapan bodhisattva Avalokitêśvara dalam maṇḍala serta mendaras mūlamantra hṛdaya mantra dan upahṛdaya mantra untuk mentransmisi kekuatan kepada pil ramuan herbal tersebut. Praktisi harus menunggu hingga satu siklus bulan purnama ataupun menunggu hingga pertanda keberhasilan dari ramuan herbal ini muncul seperti berubah menjadi hangat, berasap ataupun bercahaya. Ketiga pertanda ini juga disebut sebagai pencapaian yang berkarakteristik terendah , menengah dan tertinggi..
Kemudian praktisi harus menggunakan ramuan herbal ini untuk mengoles kaki bodhisattva Avalokitêśvara dan membangkitkan kesadaran yang penuh dengan welas kasih kepada semua makhluk hidup dengan mendaras ke tiga mantra [mūlamantra hṛdaya mantra dan upahṛdaya mantra] sebanyak seratus delapan kali. Setelah itu praktisi dapat menggunakan ramuan herbal ini untuk dioleskan ke mata
Setelah itu, jika praktisi mengoleskan ramuan herbal ini pada mata sekali saja , maka semua penyakit pada mata termasuk semua jenis katarak , selubung putih , rheum, membran mata memerah , , rabun senja, urat mata memerah, blepharitis , dan pterygium akan segera sirna.
Pada olesan kedua, semua penyakit pada bagian kepala ataupun migrain , beragam penyakit pada bagian mulut , deman tinggi yang berselang seling dalam pada hari pertama , hari kedua , hari ketiga , hari ke empat ataupun deman tinggi yang berkepanjangan akan segera sirna.
Pada olesan ketiga, semua pengaruh dari aktivitas yang tidak baik dan penyakit yang disebabkan oleh berbagai makhluk halus, epilepsi , ketidak seimbangan unsure angin hingga delapan ratus ribu penyakit yang disebabkan oleh beragam makhluk halus juga akan sembuh.
Pada olesan keempat , semua makhluk halus penghalang seperti para vinayaka dan Mara akan diliputi rasa takut dan segera menghindar
Pada olesan ke lima, semua perselisihan dengan para pesaing [musuh] , petugas kerajaan , prajurit akan dimenangkan dengan mudah dan juga memperoleh kekuasaan agung.
Pada olesan ke enam, semua aktivitas [perbuatan , pikiran , ucapan] keliru yang berat seperti lima aktivitas [perbuatan , pikiran , ucapan] keliru tanpa jeda yang menyebabkan seseorang akan terjatuh dalam neraka Avici beserta dengan semua aspek mimpi yang tidak bermanfaat , semua aspek yang tidak baik dan tidak bermanfaat akan terhindar.
Pada olesan ke tujuh , para raja , pangeran , ratu , selir, dayang, menteri, pejabat, pelayan pria dan wanita juga akan tunduk , menyakini semua ucapan , menjunjung tinggi serta memberikan persembahan kepada praktisi .
Pada olesan ke empat belas , praktisi akan mencapai kekuasaan agung.
Pada olesan ke dua puluh satu , praktisi akan mencapai kualitas kebajikan seperti para raja dimana semua manusia awam akan tunduk ,dekat dan mengikuti semua ucapan serta menjunjung tinggi dan memberikan persembahan kepada praktisi.
Pada olesan ke dua puluh delapan , semua yakṣa dan yakṣini beserta dengan persamuan mereka akan tunduk dengan sendirinya ,mengikuti dan melayani praktisi.
Pada olesan ke tiga puluh lima, semua rākṣasa dan rākṣasī , asura dan asura kanya , naga dan nagakanya beserta dengan persamuan mereka akan tunduk dengan sendirinya ,mengikuti dan melayani praktisi.
Pada olesan ke empat puluh dua , semua mahāvidya, dakini, apsara, raksa dan yogini akan bermanifestasi dalam beragam bentuk untuk menjaga dan
melindungi praktisi hingga mencapai kesempurnaan penggugahan .
Pada olesan ke empat puluh sembilan , Mahākāla ,Hāritī dan makhluk halus dari delapan kelompok lainnya akan tunduk , menjaga dan melindungi praktisi.
Pada olesan ke lima puluh enam , praktisi mampu melihat semua deva dalam ranah eksistensi bermateri halus.
Pada olesan ke enam puluh tiga, praktisi mampu melihat semua harta yang tersembunyi dalam tanah.
Pada olesan ke tujuh puluh, praktisi mampu melihat semua aspek dalam kediaman para deva dan asura serta mengunjungi semua kediaman deva dan asura.
Pada olesan ke tujuh puluh tujuh , praktisi mampu melihat semua esensi untuk ramuan herbal baik dipegunungan maupun hutan , tubuh praktisi akan memancarkan cahaya dan memperoleh rentang kehidupan yang panjang , juga akan memperoleh kekuasaan agung dan mewujudkan semua aspirasi dan keinginan yang baik dengan sempurna
Pada olesan ke delapan puluh empat, praktisi mampu membuka semua pintu dari kediaman deva gunung dimana para deva gunung ini juga akan mengundang praktisi untuk berkunjung dan praktisi juga akan mencapai kemampuan mengolah ramuan herbal untuk memperpanjang rentang waktu kehidupan [rasāyana-siddhi].
Pada olesan ke sembilan puluh satu, praktisi mampu membuka semua pintu dari kediaman naga dimana para nagaraja juga akan mengundang praktisi dengan penuh sukacita dan tidak akan mempersulit praktisi.
Pada olesan ke sembilan puluh delapan, praktisi mampu membuka semua pintu dalam ranah eksistensi keinginan [kamadhātu].
Pada olesan ke seratus enam, praktisi mampu melihat dalam kegelapan seperti siang hari.
Pada olesan ke seratus tiga belas , praktisi mampu melihat apodhātu , vayudhātu , cakradhātu , vajra dhātu dan ,Ākāsa dhātu:
Pada olesan ke seratus dua puluh, praktisi mampu melihat ranah eksistensi Cāturmahārājika dan juga mampu melihat semua makhluk hidup yang terlahir kembali di neraka juga dapat membebaskan penderitaan dari semua makhluk hidup tersebut .
Pada olesan ke seratus dua puluh tujuh , praktisi akan memperoleh cahaya agung yang bersinar seperti matahari yang mengiluminasi semua kegelapan
Pada olesan ke seratus tiga puluh empat , praktisi mampu melihat bodhisattva vajradhara dan semua keinginan ataupun aspirasi yang baik akan terwujud dengan sempurna.
Pada olesan ke seratus empat puluh satu, praktisi mampu melihat bodhisattva Avalokitêśvara dan semua keinginan ataupun aspirasi yang baik akan terwujud dengan sempurna.
Pada olesan ke seratus empat puluh delapan, praktisi mampu mengakses pengetahuan tertinggi dalam melihat semua kediamanan devaputra dan deva dari ranah materi [rūpadhātu] dan berkunjung ke ranah tersebut dengan tak terhalang. Praktisi juga mampu melihat semua ranah bodhisattva, buddha, pratekya buddha dan juga arahat dari sepuluh penjuru.
Jika praktisi mengoleskan ramuan herbal ini selama satu tahun dan mendaras ketiga mantra diatas maka akan mencapai lima mata murni , agregat yang dipenuhi dengan kualitas kebajikan, kekuasaan dan kekuatan dalam pengetahuan tertinggi dan akan terus bertansformasi dan sejajar hingga seperti para deva.
Dalam pengolesan ramuan herbal ini , praktisi harus menggunakan wadah dari tembaga dan mendaras mantra terlebih dahulu sebanyak dua puluh satu kali kemudian mengoleskan ramuan herbal ini ke mata sesuai dengan uraian.
JIka semua makhluk hidup ingin melatih diri berdasarkan prosedur dan metoda yang telah uraikan ini dan juga ingin mewujudkan semua aspirasi yang baik dengan sempurna maka mereka harus menyakini dan memahami uraian ini terlebih dahulu dengan tanpa keraguan. Disamping itu mereka juga harus selalu mengembangkan welas kasih yang tidak terbatas,mempelajari semua kebijaksanaan dan pengetahuan dari para Buddha hingga mencapai kesempurnaan penggugahan.
Demikianlah uraian ini , semua aspek aktivitas dalam melatih diri harus sesuai dengan uraian dan tidak boleh ada kesalahan apapun , tidak boleh dalam keraguan ataupun tidak bersemangat dalam melatih diri melalui uraian ini, apabila ada praktisi yang masih dalam kondisi demikian dalam melatih diri maka semua kualitas yang telah diuraikan tidak akan tercapai.
[0195c15] Selanjutnya bodhisattva mahāsattva Avalokitêśvara kembali menghormati Bhagavān dan kembali berkata :
Bhagavān , metoda homa api dari dhāraṇī yang bernama mahāpadma cintāmaṇi cakra mampu memberikan manfaat kepada semua mahluk hidup dan juga mampu mengkondisikan pencapaian dari semua kualitas tertinggi. Selain itu , juga mampu mengeliminasi semua halangan , menghentikan semua musuh ,vinayaka sehingga merekatidak akan menjadi penghalang dan juga menimbulkan suka cita kepada semua makhluk hidup yang melihatnya.
Selanjutnya , praktisi harus menentukan dan memilih lokasi yang tenang dan bersih, mempersiapkan lokasi dengan mengukur dan menentukan panjang sisi yang berukuran tiga hasta dan kemudian melaksanakan prosesi pemurnian dengan pengolesan ke tanah tersebut. Di tengah lokasi tersebut digali lubang sedalam satu siku dengan sisi sepanjang setengah siku sebagai lubang untuk perapian. Pengolesan tanah harus menggunakan gomayi dan tanah kuning dan dilaksanakan sesuai dengan uraian . Selanjutnya juga mempersiapkan batang cendana putih dengan ukuran panjang dua setengah inci. Kemudian praktisi juga mempersiapkan batang cendana putih yang dipotong dengan ukuran dua setengah panjang gengaman tangan untuk dibakar dalam homa , dan juga padi , bunga , biji sesawi putih , gaharu , madu dan ghee dalam jumlah yang sama.
Homa api harus dilaksanakan pada jam tiga hingga lima pagi sebanyak seribu delapan puluh kali maka lima aktivitas [perbuatan , pikiran dan ucapan ] keliru tanpa jeda dan semua halangan dari aktivitas [perbuatan , pikiran dan ucapan keliru akan tereliminasi dengan sempurna.
Jika praktisi melaksanakan homa api selama tujuh hari berturut maka dia akan memperoleh rentang kehidupan yang panjang dan semua halangan dari aktivitas [perbuatan , pikiran dan ucapan] keliru yang berat juga akan tereliminasi .
Jika praktisi melaksanakan homa api selama empat belas hari berturut maka akan meningkatkan rentang kehidupan dan meningkatkan kekayaan. Para raja dan pangeran yang melihat praktisi ini juga akan menghormati dan menjunjung tinggi dia seperti deva Agni.
Jika praktisi melaksanakan homa api selama dua puluh satu har berturut maka para devaputra dari ranah Trāyastriṃśa , Śakrodevānām Indra bersama dengan devaputra Candra dan Aditya akan hadir untuk menjaga dan melindungi praktisi serta mewujudkan semua aspirasi dan keinginan yang baik dari praktisi. Cāturmahārājika , vidyadhara bersama dengan persamuan juga akan hadir untuk menjaga dan melindungi praktisi
Bodhisattva Vajrapāśa juga akan memaniferstasikan diri di hadapan praktisi melalui aspirasi agung bodhisattva Avalokitêśvara untuk mewujudkan semuaaspek sesuai dengan keinginan yang baik dari praktisi sehingga semua manusia dalam ranah ini akan tunduk dan menjunjung tinggi praktisi.
Jika dilanda kemarau ataupun kekeringan ,praktisi dapat menggunakan biji sesawi yang di campur dengan ghee sebagai bahan dalam homa api selama tiga hari tiga malam tanpa terputus maka hujan akan turun dengan segera.
Jika dilanda hujan yang berkepanjangan , praktisi dapat menggunakan abu dari homa api dan mendaras mantra sebanyak seratus delapan kali dengan posisi menghadap angkasa , kemudian abu tersebut ditebar ke angkasa maka hujan akan mereda dengan segera.
Jika ingin meredakan bencana yang ditimbulkan oleh badai ataupun topan yang diiringi dengan hujan yang berkepanjangan , praktisi dapat menggunakan abu dari homa api dan mendaras mantra sebanyak seratus delapan kali dengan posisi menghadap ke arah datangnya badai tersebut maka badai tersebut akan segera mereda.
Jika praktisi selalu melatih diri sesuai dengan uraian ini , kemudian mendaras mantra dengan penuh perhatian dan mengingat dengan baik uraian ini maka dia akan mencapai kekuasaan dan pengetahuan , mencapai tahapan tanpa rasa takut seperti Nārāyaṇa , pada saat rentang kehidupannya telah berakhir juga akan terlahir kembali dalam ranah Sukhavati, juga akan mengingat kembali semua kehidupan masa lalu hingga mencapai kesempurnaan penggugahan , tidak akan terlahir kembali dalam ranah eksistensi yang tidak menyenangkan .
[0196a10] Bhagavān, dhāraṇī yang bernama mahāpadma cintāmaṇi cakra mampu mengakumulasi kualitas kebajikan yang tak terhingga melampaui semua samudera yang tidak bertepi.
Jika ada bhikṣu , bhikṣuṇī , upāsaka , upāsikā , remaja putra dan remaja putri menerima dan menjunjung tinggi , tidak memiliki keraguan apapun , menulis kembali ataupun menyebabkan uraian ini tertulis kembali , mendaras dengan penuh perhatian dan mengingat dengan baik uraian ini , melatih diri dengan penuh perhatian dan tidak teralihkan oleh semua aktivitas lainnya maka semua keinginan dan aspirasi yang baik akan terwujud dengan sempurna dan juga akan mencapai kekuasaan agung dimana empat tingkatan sosial baik wanita maupun pria akan menghormati dan mencintai praktisi ini. Para vidyaraja dan vidyadhara juga akan menjaga dan melindungi praktisi ini dengan diam diam. Praktisi ini juga akan mengakumulasi beragam kualitas kebajikan secara spontan , dihiasi dengan beragam aspek keagungan dan juga akan memperoleh beragam persembahan berupa harta kekayaan , mutiara , mani, emas dan perak , beryl , kulit keong , kumala , jubah dan perlengkapan harian lainnya yang berlimpah dan juga dipenuhi dengan kualitas kebajikan agung serta semua keinginan ataupun aspirasi yang baik juga akan terwujud dengan sempurna. Praktisi ini akan mencapai sri cintāmaṇi siddhi , pengetahuan tertinggi yang sangat sulit dicapai oleh manusia biasa dan juga masuk kedalam tahapan tanpa kemunduran [avaivartika bhumi] ,
Bhagavān , mudra dan mantra dari dhāraṇī yang bernama mahāpadma cintāmaṇi cakra ini sungguh langka dan memiliki kekuasaan dan kekuatan yang tidak terbatas. Oleh sebab itu , semua makhluk hidup dalam kondisi bersih maupun tidak bersih juga akan mampu membuktikan kekuasaan ini melalui jalan berdiam dengan kesadaran penuh yang tidak teralihkan di dalam samudera realitas dan memasuki kemurnian primodial [samaya] dengan beragam samādhi , mencapai kesempurnaan penggugahan melalui manifestasi dari jalan spiritual ini . Semua aspek ini dikondisikan oleh akar mula penyebab dari transmisi kekuasaan, kekuatan dan perlindungan dari para Buddha serta welas kasih yang tidak terbatas dalam membimbing semua makhluk hidup menuju kematangan spiritual .
[0196a25] Kemudian Bhagavān memuji bodhisattva mahāsattva Avalokitêśvara dan berkata :
Sadhu sadhu , suddhasattva , anda telah dengan fasih menguraikan kembali dhāraṇī yang bernama mahāpadma cintāmaṇi cakra ini. Uraian ini akan memberikan manfaat dan suka cita kepada semua makhluk hidup di Jambudvīpa dan juga mampu membangkitkan akar kualitas kebajikan dan kesadaran pengggugahan mereka. Uraian ini juga mampu mengkondisikan makhluk hidup untuk mencapai tahapan kepastian dalam jalan bodhisattva[adhimukticaryābhūmi] apabila mereka menerima dan menjunjung tinggi melatih diri dengan baik , mendaras dengan penuh perhatian dan tanpa terputus maka dalam kehidupan ini juga mereka akan mencapai kemurnian primodial dari kebijaksanaan dan pengetahuan tertinggi [ṛddhi-vikrīḍita] yang mengiluminasi dengan sempurna semua pandangan mendalam terhadap realitas dari bentuk.
Selain itu praktisi juga tidak hanya mengakumulasi beragam kualitas kebajikan dalam kehidupan ini melainkan juga akan mengakumulasi beragam kualitas kebajikan dalam kehidupan yang akan datang dan dilindungi serta dijunjung tinggi oleh delapan kelompok dan melayaninya seperti deva Agni.
Saya sebagai mahāvidyadhara ini selalu mendorong setiap praktisi untuk melatih diri dengan penuh perhatian dan semangat serta selalu mendaras dan mengingat dengan baik , menyebarkan dan melindungi uraian ini dengan baik sehingga semua makhluk hidup menyakininya dan mampu memperoleh manfaat sepenuhnya dari uraian ini maka saya sendiri juga bersuka cita.
Kemudian bodhisattva mahāsattva Avalokitêśvara kembali menghormati Bhagavān dan berkata :
Bhagavān , saya , sejak kalpa yang tidak terhitung, melalui welas kasih yang tidak terbatas dan juga dengan mengandalkan uraian realitas dari Tathāgata dalam mendorong semua makhuk hidup untuk melatih diri dimana saya juga selalu mendukung dan membimbing mereka. Oleh sebab itu , melalui kesaksian dari para Buddha , saya menguraikan kembali dhāraṇī yang bernama mahāpadma cintāmaṇi cakra ini untuk kesejahteraan semua makhluk hidup.
Jika seseorang menerima dan mengingat dengan baik dan juga didukung dengan melatih diri melalui pendarasan yang penuh perhatian maka semua aspirasi dan keinginan yang baik juga akan dengan mudah terwujud dan juga mencapai kekuasaan dan kekuatan dalam tahapan Buddha. Demikianlah metoda ini melalui transmisi dari kekuasaan dan kekuatan Buddha dalam menolong semua makhluk hidup dari penderitaan.
Setelah bodhisattva mahāsattva Avalokitêśvara selesai menguraikan ajaran ini, semua yang hadir dalam persamuan diliputi oleh suka cita , mereka juga akan menyakini dan menjunjung tinggi uraian ini .
[Bagian kelima: Mandala]
[0193b17] Kemudian bodhisattva mahāsattva Avalokitêśvara kembali berkata kepada Bhagavān:
Bhagavān , kemurnian primodial [guhya samaya] yang bermakna mendalam dari maṇḍala mahāpadma cintāmaṇi cakra ini mampu menyebabkan pencapaian tiga metoda ramuan herbal keduniawian dan juga menyebabkan semua orang awam yang melihat ataupun mendengarkan metoda ini akan dipenuhi dengan suka cita dan dijunjung tinggi oleh semua makhluk hidup.
Prosesi pendirian maṇḍala harus dilakukan pada hari kedua ataupun ketujuh śuklapakşa, dengan terlebih dahulu mencari dan menentukan satu lokasi yang bersih dan tenang , kemudian menentukan dan mengukur maṇḍala dengan sisi berukuran empat hasta , lima hasta ataupun delapan hasta sesuai dengan kemampuan praktisi.
Sesuai dengan uraian mengenai maṇḍala, semua tanah kotor, sisa reruntuhan, batu, tulang ataupun kayu yang masih ada di dalam di lokasi harus dibuang dan dibersihkan, kemudian diisi dan diratakan kembali, pertama menggunakan lapisan tanah kuning dan diolesi dengan gomayi kemudian menggunakan tanah yang dicampur dengan serbuk wewangian sebagai lapisan terakhir yang halus dan dekorasi
Dalam maṇḍala ini harus terdiri dari dua aula , di pusat aula internal harus digambarkan tiga puluh dua kelopak teratai yang sedang mekar, di tengah aula teratai [tiga puluh kelopak teratai] digambarkan bodhisattva cintāmaṇi cakra yang sedang duduk dalam posisi lutut kanan terangkat dan kaki kiri dalam posisi teratai serta menghadap ke arah barat. Bodhisattva ini harus digambarkan memiliki ekspresi yang penuh dengan suka cita dan tubuh berwarna keemasan , mengenakan mahkota permata dengan pratima Buddha diatas mahkota tersebut. Bodhisattva ini harus digambarkan sedang menyandarkan kepala dengan tangan kanan sedangkan tangan kiri dalam mudra varada untuk pasangan lengan pertama , sedangkan untuk pasangan lengan kedua digambarkan dengan tangan kanan memegang cintāmaṇi didepan dada dan tangan kiri dalam mudra dharmacakra serta memegang sekuntum teratai . Untuk pasangan lengan ketiga , tangan kanan memegang mala dan tangan kiri terangkat dengan telunjuk sedang menyeimbangkan cakra. Tubuh bodhisattva ini memancarkan beragam cahaya dan terhias sempurna dengan jubah, beragam perhiasan berharga lainnya seperti liontin, cincin, gelang yang terbuat dari tujuh permata.
Di sebelah timur harus digambarkan Bhogavati vidyarājni yang didampingi oleh bodhisattva , disebelah kiri harus digambarkan Pāṇḍaravāsinī avalokiteśvara . Di sebelah utara harus digambarkan bodhisattva Mahāsthāmaprāpta , disebelah kiri harus digambarkan bodhisattva Tārā. Di sebelah barat harus digambarkan Hayagrīva vidyarāja , disebelah kiri harus digambarkan Ekajaṭa rākṣasī. Di sebelah selatan digambarkan Caturmukha avalokiteśvara vidyarāja , disebelah kiri harus digambarkan bodhisatva Bhṛkuṭī. .Semua bodhisattva ini harus terhias sempurna dengan mahkota, permata mutiara , kalung, anting, gelang dan perhiasan lainnya serta mengenakan jubah yang sempurna , duduk dalam postur teratai sempurna didalam aula teratai ini .
Sedangkan untuk aula eksternal , di sebelah timur harus digambarkan deva Indra yang dikelilingi oleh beragam deva dari kedua sisinya . Di sisi selatan harus digambarkan Yama rāja yang dikelilingi oleh beragam Mātṛ dari kedua sisinya. Di sebelah barat harus digambarkan Varuṇa devarāja yang dikelilingi oleh Nanda nāgarāja, Upananda nāgarāja danjuga berbagai nāgarāja lainnya dari kedua sisinya. Di sebelah utara harus digambarkan Vaiśravaṇa devarāja yang dikelilingi oleh berbagai Yakṣa dari kedua sisinya . Di sebelah tenggara harus digambarkan deva Agni yang dikelilingi oleh para mahā rsi dari kedua sisinya . Di sebelah barat daya harus digambarkan Nairṛti rāja yang dikelilingi oleh berbagai Rākṣasa dari kedua sisinya.Di sebelah barat laut harus digambarkan Vāyu devarāja yang dikeliling oleh devaputra Vāyu dari kedua sisinya . Di sebelah timur laut harus digambarkan Īśana-devarāja yang dikelilingi oleh Kumbhāṇḍa dari kedua sisinya .
Selain itu , di sebelah timur juga digambarkan Āditya devaputra yang dikelilingi oleh sapta-rṣi-tārā dari kedua sisinya , disebelah barat juga digambarkan Candra devaputra yang dikelilingi oleh sapta-rṣi-tārā dari kedua sisinya . Selain itu , disebelah barat digambarkan Pṛthivi-devatā yang didampingi oleh para devaputra Yakṣa dari kedua sisinya , di sebelah timur digambarkan Mahābrahma Deva Rāja yang dikelilingi oleh para devaputra pengikut Brahma dari kedua sisinya .Selain itu , di sebelah barat harus digambarkan Asura-rāja yang dikelilingi oleh para Asurakanya dari kedua sisinya . Selain itu, di pintu barat harus digambar Vibhavapati vidyarājni.
Semua deva ini memegang wadah ataupun senjata masing masing dan mengenakan beragam jenis jubah , berbagai perhiasan lainnya sesuai dengan uraian dan terhias dengan indah dan sempurna . Semua deva ini duduk dalam posisi teratai sempurna .
Dalam aula eksternal dan internal juga harus digambarkan tangga yang dihiasi dengan permata sebagai penghubung antara dua aula tersebut. Perbatasan aula internal harus digambarkan cintamani dengan beragam warna yang dikelilingi oleh api yang menyala sedangkan perbatasan aula eksternal harus digambarkan vajra tunggal yang dikelilingi oleh api yang menyala.
Kekuatan dan kekuasaan dari makna mendalam kemurnian primodial maṇḍala ini bukan hanya dapat di lakukan dengan metoda penggambaran diatas melainkan juga dapat dilakukan dengan menggambar tempat duduk dan kemudian menulis nama para deity ini saja , kemudian memberikan persembahan sesuai dengan uraian juga akan mencapai keberhasilan.
Sebelum pelukis mulai menggambar maka dia harus membersihkan diri dan mengenakan jubah yang bersih , menjalankan delapan sila dengan sempurna sesuai dengan uraian realitas . Maṇḍala ini juga harus digambar dan diwarnai dengan menggunakan kuas yang terbaik dan bersih.
Jika telah selesai menggambar dan mendekorasi maṇḍala maka praktisi harus membersihkan diri dan mengenakan jubah yang bersih , masuk ke dalam lokasi maṇḍala dan kemudian melaksanakan ritual perlindung diri dan juga batasan perlindungan wilayah , kemudian mempersembahkan air wewangian, menyalakan dupa agaru, cendana putih , kemenyan , kunduruka di hadapan bodhisattva Avalokitêśvara yang berada didalam maṇḍala..
Praktisi juga harus meletakkan daun teratai di dalam wadah ramuan herbal dan kemudian menggunakan daun teratai untuk menutup wadah tersebut. Selain itu juga harus menggunakan lima substansi murni dari sapi untuk dipercikkan ke ramuan herbal dan juga menyegel dengan mudra perlindungan dengan menyentuh wadah ramuan herbal , kemudian menyegel persembahan lain sesuai dengan urutan sebagai berikut : air wewangian , bunga , serbuk wewangian , dupa , buah-buahan , tiga makanan putih , beragam persembahan makanan dan minuman lainnya , untaian bunga lainnya ,pelita dengan mendaras mantra sebanyak tiga kali .
Metoda persembahan ini juga merupakan pengungkapan kemurnian primodial yang akan mengiluminasi semua aspek pengetahuan . Oleh sebab itu , praktisi harus mendaras mantra sebanyak tiga kali dan menyegel semua persembahan seperti bunga , pasta wewangian , serbuk wewangian , buah-buahan , makanan , minuman, lampu minyak dan persembahan lainnya.
Kemurnian primodial yang bermakna mendalam dari maṇḍala ini merupakan lokasi manifestasi dari aspirasi masa lalu Bodhisattva Avalokitêśvara yang dijunjung tinggi , dipuji dan dihormati , dilindungi oleh semua deva dan para vidyadhara , juga merupakan lokasi dimana semua makhluk hidup dapat mengeliminasi semua halangan dan aktivitas [perbuatan , pikiran dan ucapan] yang keliru mereka , mencapai keberhasilan ramuan herbal baik dari kualitas keduniawian ataupun melampaui keduniawian, mengakumulasi kualitas kebajikan sehingga pada saat rentang kehidupan mereka berakhir maka akan terlahir kembali dalam ranah eksistensi Sukhavati melalui manifestasi dari teratai , dengan tubuh yang dihiasi dengan beragam karakteristik manusia agung dan perhiasan lainnya dan juga mengetahui semua kehidupan masa lalu mereka hingga mencapai kesempurnaan penggugahan , tidak pernah jatuh kembali dalam ranah eksistensi yang tidak menyenangkan.
[Bagian ke enam : ramuan herbal untuk dipakai]
Bhagavān , dhāraṇī yang bernama mahāpadma cintāmaṇi cakra terdiri dari tiga uraian ramuan herbal yakni , pertama ramuan herbal untuk dipakai , kedua ramuan herbal untuk penyakit mata dan ketiga ramuan herbal untuk diletakkan di dalam mulut.
Untuk ramuan herbal yang dipakai harus menggunakan bahan sebagai berikut , bezoin [gorocana], cendana putih [candana] , tulip [pakkaṭī] , kapur [karpūras], kasturi [kastūrī] , kapulaga putih [ elā.] , cengkeh[lavaṅga] , biji teratai [padmākṣa], daun teratai [utpalapattra] , pala [sumanaphala] dan esensi madu [phānita] .
Praktisi harus menggunakan serbuk emas yang dicampur dengan esensi madu untuk dioleskan ke mandala , kemudian menggunakan mudra perlindungan dan mendaras mantra tersebut sebanyak seribu delapan ratus kali dan menyegel [ menyentuh titik] ramuan herbal tersebut
Selanjutnya semua bahan ramuan herbal tersebut dicampur, digiling hingga menjadi bubuk dan diolah hingga berbentuk seperti pil. Pada saat praktisi sedang menggiling dan mencampurkan ramuan herbal ini harus mendaras mantra dengan tanpa terputus dan disenandungkan dalam ritme tertentu . Selama proses ini praktisi tidak dizinkan untuk memikirkan semua aspek keduniawian ataupun berkomunikasi dengan orang lain.
Setelah metoda pencampuran ini selesai dilaksanakan, pil ramuan herbal tersebut harus dimasukkan ke dalam wadah dan diletakkan di hadapan bodhisattva Avalokitêśvara dalam maṇḍala serta mendaras mūlamantra hṛdaya mantra dan upahṛdaya mantra untuk mentransmisi kekuatan kepada pil ramuan herbal tersebut. Pendarasan dilakukan hingga satu siklus purnama ataupun gerhana maka pil ramuan herbal akan sempurna dan berubah menjadi hangat, berasap ataupun bercahaya.
Jika pil ramuan herbal ini berubah menjadi hangat , praktisi dapat menggunakannya dengan cara membakar pil ramuan herbal tersebut kemudian mengasapi pakaian yang hendak dikenakannya kemudian mengoleskannya pada titik antara kedua alis mata maka semua orang akan menjunjung tinggi , dan mencintainya.
Jika pil ramuan herbal ini berubah menjadi berasap , praktisi juga dapat menggunakannya dengan cara membakar pil ramuan herbal tersebut kemudian mengasapi pakaian yang hendak dikenakannya pun ataupun dengan mengenakan pil tersebut atau pun mengoleskannya pada titik antara kedua alis mata maka praktisi akan mencapai kemampuan dalam menghilangkan diri [tidak terlihat oleh mahluk lain] [antardhāna-siddhi]
Jika pil ramuan herbal ini ditingkatkan takarannya dan praktisi juga menggunakan cara yang sama dengan dibakar dan kemudian mengasapi pakaian yang hendak dikenakan ataupun mengenakan pil tersebut ataupun dengan mengoleskannya maka kekayaan orang tersebut akan meningkat dan memiliki rentang kehidupan yang panjang, semua mahluk halus akan tunduk dan tidak berani mengganggunya , semua penyakit yang disebabkan oleh makhluk halus juga akan sembuh.
Jika pil ramuan herbal ini berubah menjadi bercahaya , praktisi juga dapat menggunakannya dengan cara membakar pil ramuan herbal tersebut kemudian mengasapi pakaian yang hendak dikenakannya pun ataupun dengan mengenakan pil tersebut atau pun mengoleskannya pada titik antara kedua alis mata maka dia akan memperoleh pencapaian tertinggi [siddhi] dan menjadi vidyādhara yang akan dijunjung tinggi dan dicintai oleh semua makhluk hidup termasuk para raja , permaisuri , selir , dayang , petugas kerajaan , wanita dan pria dan juga anak. Mereka juga akan memuji dan memberikan beragam persembahan berupa beragam harta ataupun permata berharga lainnya kepada praktisi ini.
Semua bencana , halangan dari aktivitas [perbuatan , pikiran dan ucapan] yang keliru , lima aktivitas aktivitas [perbuatan , pikiran dan ucapan] keliru tanpa jeda yang menyebabkan seseorang jatuh ke dalam neraka Avici juga akan tereliminasi dengan sempurna.
Melalui transmisi kekuasaan dan kekuatan dari ramuan herbal ini maka semua aspek yang baik akan meningkat dengan cepat , tidak ada seorangpun yang merasa bosan melihat praktisi ini , juga akan mewujudkan semua aspirasi dan keinginan yang baik dengan sempurna , seperti sinar matahari , kemanapun dia pergi semua kegelapan akan sirna. Semua aspek akan terwujud dengan sempurna dan di cintai oleh semua makhluk hidup. Praktisi ini juga akan terhindar dari bencana dari air , api , senjata, racun , mahavidya dari luar ajaran , binatang buas dan binatang berbisa .
Jika seseorang sedang menghadapi hukuman ataupun hendak dibunuh, melalui transmisi kekuasaan dan kekuatan dari ramuan herbal ini dengan mengasapi pakaian yang hendak dikenakannya pun ataupun dengan mengenakan pil tersebut atau pun mengoleskannya maka dia akan terhindar dari hukuman dan senjata juga akan patah menjadi dua.
Jika seseorang sedang dipenjara , diikat, melalui transmisi kekuasaan dan kekuatan dari ramuan herbal ini dengan mengasapi pakaian yang hendak dikenakannya pun ataupun dengan mengenakan pil tersebut atau pun mengoleskannya maka dia akan terhindar dari hukuman ini
Oleh sebab itu, praktisi harus melaksanakan uraian ini dengan pikiran yang tidak teralihkan dan menyakininya dengan tanpa keraguan . Jika praktisi melaksanakan sesuai dengan apa yang telah diuraikan maka dia tidak mungkin akan tidak memperoleh hasil.
[Bagian ke tujuh ramuan herbal untuk diletakkan di mulut]
[0194b15] Kemudian bodhisattva mahāsattva Avalokitêśvara kembali berkata kepada Bhagavān:
Bhagavān , dhāraṇī yang bernama mahāpadma cintāmaṇi cakra ini juga ada metoda ramuan herbal untuk dicintai dan dihormati oleh semua orang di dunia ini.
Untuk ramuan herbal yang dipakai harus menggunakan bahan dengan takaran yang sama sebagai berikut, bezoin [gorocana], tulip [pakkaṭī] , kapur [karpūras], kasturi [kastūrī]. Praktisi harus menggunakan serbuk emas yang dicampur dengan esensi madu untuk dioleskan ke mandala , kemudian menggunakan mudra perlindungan dan mendaras mantra tersebut sebanyak seribu delapan ratus kali dan menyegel [menyentuh titik] ramuan herbal tersebut .Selanjutnya semua bahan ramuan herbal tersebut dicampur dengan air hujan , digiling hingga menjadi bubuk dan diolah hingga berbentuk seperti pil yang berukuran sebesar biji .
Setelah metoda pencampuran ini selesai dilaksanakan, pil ramuan herbal tersebut harus dimasukkan ke dalam wadah dan diletakkan di hadapan bodhisattva Avalokitêśvara dalam maṇḍala serta mendaras mūlamantra hṛdaya mantra dan upahṛdaya mantra untuk mentransmisi kekuatan kepada pil ramuan herbal tersebut. Pendarasan dilakukan hingga satu siklus purnama maka pil ramuan herbal akan sempurna dan berubah menjadi hangat, berasap ataupun bercahaya. Setelah itu ramuan herbal ini harus dikeringkan di tempat yang gelap.
Jika ramuan herbal ini berubah menjadi hangat, praktisi dapat meletakkannya di mulut dan mendaras mantra maka semua orang akan menjunjung tinggi dan memujinya . Disamping itu semua penyakit mulut juga akan sirna dan nafas menjadi segar dan bersih.
Jika ramuan herbal ini berubah menjadi berasap , praktisi juga dapat meletakkannya di mulut dan mendaras mantra maka semua aspirasi dan keinginan yang baik akan terwujud dengan sempurna., semua bencana akan terhindari dan aktivitas dari ucapan yang keliru juga akan tereliminasi Disamping itu semua makhluk hidup yang melihat praktisi juga akan ditundukkan dan menghormati praktisi. Jika pil ramuan herbal ini ditingkatkan takarannya dan praktisi juga menggunakan cara yang sama dengan meletakkannya di mulut dan mendaras mantra maka rentang kehidupannya akan panjang, semua mahluk halus akan takut dan meninggalkannya dengan segera.
Jika pil ramuan herbal ini berubah menjadi bercahaya , praktisi juga dapat menggunakannya dengan dengan meletakkannya di mulut dan mendaras mantra maka dia akan memperoleh pencapaian tertinggi [siddhi] dan menjadi vidyādhara serta mencapai pengetahuan dalam mengetahui semua kehidupan masa lalu [pūrvivāsānusmṛtijñāna]. Semua bencana , halangan dari aktivitas [perbuatan , pikiran dan ucapan] yang keliru , lima aktivitas aktivitas [perbuatan , pikiran dan ucapan] keliru tanpa jeda yang menyebabkan seseorang jatuh ke dalam neraka Avici juga akan tereliminasi dengan sempurna.
Raja , pangeran , ratu , selir, dayang, menteri, semua praktisi diluar ajaran dan sebagainya akan mendengarkan apa pun yang diuraikan oleh praktisi . Setiap kata dari uraian tersebut akan menimbulkan keyakinan dan suka cita kepada semua yang sedang mendengarkannya . Oleh sebab itu mereka akan yakin dan menghormati praktisi serta menyumbangkan semua bentuk kekayaan maupun permata yang berharga kepada praktisi ini. Praktisi akan seperti raja pemutar roda yang tidak teracuni oleh semua aspek keduniawian dan penuh dengan kualitas kebajikan serta duduk setara dengan Indra.
Pada saat praktisi meletakkan ramuan herbal ini di mulut , kekuasaan dan kekuatan memungkinkannya untuk menguasai dan mengingat dengan baik terhadap semua aspek yang telah dia dengar , menguasai pengetahuan keduniawian dan kefasihan dalam menguraikannya kembali , kata kata nya tidak terhalang oleh apapun dan suaranya halus dan penuh dengan lemah lembut seperti merdu seperti kiṃnara yang akan menyebabkan semua orang yang mendengarkannya dipenuhi dengan suka cita.
Jika praktisi meletakkan ramuan herbal ini di mulut maka dia akan menang dalam perang dengan setiap pasukan musuh dengan mudah dan damai.
Jika praktisi selalu meletakkan ramuan herbal ini di mulut dan kemudian melatih diri sesuai dengan uraian serta mendaras dengan penuh perhatian maka Bodhisattva Avalokitêśvara akan memanifestasikan dirinya dihadapan praktisi sehingga semua aspirasi dan keinginan yang baik akan terwujud dengan mudah dan sempurna.
Selain itu , jika praktisi menggunakan metoda sesuai uraian dengan mendirikan mandala yang berukuran empat hasta dengan tinggi yang berukuran dua inci , landasan ini diratakan dan disi kembali dengan gomayi dan tanah kuning serta dioles kembali dengan menggunakan serbuk cendana putih. Diatas mandala ini didirikan lambang penghormatan [caitya] Bodhisattva Avalokitêśvara dengan wajah menghadap ke arah barat. Kemudian praktisi juga mempersembahkan bunga mekar , pelita setiap pagi , siang dan malam hari , tidak dizinkan untuk mempersembahkan bunga yang telah layu ataupun kering ataupun berbau busuk.
Praktisi juga harus membakar gaharu dan cendana putih sebagai persembahan serta mendirikan panji mani dengan tiang yang terbuat dari cendana putih dengan ukuran tinggi satu siku. Puncak dari panji ini juga harus dihiasi dengan sutra yang beragam warna dan juga mutiara mani seperti sphaṭika ataupun kristal yang bening dan tanpa cacat. Selain itu , juga harus mendirikan panji di tengah mandala dengan menggantungkan tujuh pil ramuan herbal diatasnya. Setelah prosesi ini , praktisi duduk dalam postur teratai sempurna di barat dan menghadap ke arah timur. Kemudian mendaras mūlamantra hṛdaya mantra dan upahṛdaya mantra untuk mengundang Bodhisattva Avalokitêśvara, Śakra Devānām-Indra, Caturmahārājakāyikā , , Vibhavapati vidyarājni beserta dengan para Vidyādhara, Ekajaṭa rākṣasī beserta dengan utusannya , sebanyak seribu delapan puluh kali dan juga membakar serbuk wewangian , menyebarkan bunga serta memuji dengan suara Brahma sebagai persembahan setiap hari hingga mencapai seratus hari maka Bodhisattva Avalokitêśvara akan mewujudkan semua keinginan dan aspirasinya dengan sempurna dan semua aspek akan ditundukkan serta memperoleh ketenangan dan kedamaian .Selain itu , praktisi juga akan dijunjung tinggi dan dilindungi oleh para Vidyādhara dan pada saat rentang kehidupannya berakhir juga akan terlahir kembali dalam ranah eksistensi yang menyenangkan. Oleh sebab itu metoda ini dikenal sebagai metoda pemindahan kesadaran [saṃkrānti] dari cintāmaṇi
Takaran dan jumlah dari ramuan herbal ini harus disesuaikan dengan jumlah hari dalam ritual yang hendak dilaksanakan , tetapi terlebih dahulu harus dicampur dengan esensi madu dan diolah hingga menjadi pil dan kemudian disimpan dalam wadah perak. Setelah itu , praktisi harus mendaras hṛdaya mantra dan upahṛdaya mantra sebanyak seribu delapan puluh kali dengan memegang wadah tersebut dan setiap kali pendarasan selesai harus menyentuhkan wadah tersebut diatas kaki bodhisattva hingga mencapai seratus delapan kali. Setelah prosesi ini selesai dilaksanakan maka wadah harus disimpan di tempat yang gelap dan bersih serta tidak diketahui oleh orang lain.
Sebelum praktisi meletakkan ramuan herbal ini ke mulut , harus mendaras ketiga mantra ini sebanyak dua puluh satu kali dan pada saat telah memasukkan ramuan herbal ke mulut, praktisi harus mendaras kembali dengan diam diam ke tiga mantra [ mūlamantra hṛdaya mantra dan upahṛdaya mantra] sebanyak seratus delapan kali seseorang memasukkan pil ke mulutnya maka semua makhluk halus yang sulit untuk ditundukkan akan tunduk dan mematuhi semua instruksi praktisi.
Jika praktisi meletakkan ramuan herbal ini ke mulut ataupun membawa ramuan herbal ini ,ke lokasi manapun dia berkunjung akan selalu disambut dengan penuh suka cita , semua aspek akan terwujud sesuai dengan keinginannya termasuk pada saat memasuki istana ataupun dalam persamuan ataupun memasuki permukiman ataupun memasuki permukiman para mahavidya ajaran luar apabila praktisi meletakkan ramuan herbal ini ke mulut dan kemudian mendaras mantra dengan diam diam maka mereka akan mematuhi , menyetujui serta mendengarkan praktisi dengan penuh suka cita. Mereka juga akan menjunjung tinggi dan menghormati praktisi dengan memberikan berbagai persembahan.
Oleh sebab itu , siapapun yang melatih diri melalui metoda ini sesuai dengan yang diuraikan setiap hari akan memperoleh semua persembahan dari kualitas tertinggi ini termasuk pada saat bermasalah dengan musuh, prajurit ataupun pertikaian lainnya maka semua aspek ini akan diselesaikan dengan damai dan penuh dengan kualitas kebajikan . Demikianlah Bodhisattva Avalokitêśvara melindungi praktisi ini seperti putra sendiri karena dia akan mencapai pembebasan agung melalui uraian ini terkecuali praktisi tidak melatih diri dengan baik .
[Bagian ke delapan : ramuan herbal untuk dioleskan ke mata ]
[0195a10] Kemudian bodhisattva mahāsattva Avalokitêśvara kembali berkata kepada Bhagavān:
Bhagavān , metoda ramuan herbal untuk mata dari dhāraṇī ini mampu menyebabkan semua makhluk hidup mencapai cintāmaṇi siddhi dimana bodhisattva mahāsattva Avalokitêśvara juga akan mewujudkan semua inspirasi dan keinginan yang baik dengan sempurna
Untuk ramuan herbal yang dipakai harus menggunakan bahan dengan takaran yang sama sebagai berikut arsenic sulfida [manaḥśilā] , Xanthium sibiricum [sankhahuli] kunyit [haridrā] bezoin [gorocana], tulip [pakkaṭī] , lada panjang [pippali], , biji teratai [padmākṣa] daun teratai [utpalapattra] dan gelembung busa air laut.
Praktisi harus menggunakan mudra perlindungan batasan wilayah dan mendaras mantra tersebut sebanyak seribu delapan ratus kali, kemudian dan menyegel [menyentuh titik] ramuan herbal tersebut di dalam mandala. Selanjutnya semua bahan ramuan herbal tersebut dicampur dengan kapur [karpūras], kasturi [kastūrī] , dan esensi madu [phānita] dalam takaran yang sama , digiling hingga menjadi bubuk halus dan diolah hingga berbentuk seperti pil .
Setelah metoda pencampuran ini selesai dilaksanakan, pil ramuan herbal tersebut harus dimasukkan ke dalam wadah tembaga dan diletakkan di hadapan bodhisattva Avalokitêśvara dalam maṇḍala serta mendaras mūlamantra hṛdaya mantra dan upahṛdaya mantra untuk mentransmisi kekuatan kepada pil ramuan herbal tersebut. Praktisi harus menunggu hingga satu siklus bulan purnama ataupun menunggu hingga pertanda keberhasilan dari ramuan herbal ini muncul seperti berubah menjadi hangat, berasap ataupun bercahaya. Ketiga pertanda ini juga disebut sebagai pencapaian yang berkarakteristik terendah , menengah dan tertinggi..
Kemudian praktisi harus menggunakan ramuan herbal ini untuk mengoles kaki bodhisattva Avalokitêśvara dan membangkitkan kesadaran yang penuh dengan welas kasih kepada semua makhluk hidup dengan mendaras ke tiga mantra [mūlamantra hṛdaya mantra dan upahṛdaya mantra] sebanyak seratus delapan kali. Setelah itu praktisi dapat menggunakan ramuan herbal ini untuk dioleskan ke mata
Setelah itu, jika praktisi mengoleskan ramuan herbal ini pada mata sekali saja , maka semua penyakit pada mata termasuk semua jenis katarak , selubung putih , rheum, membran mata memerah , , rabun senja, urat mata memerah, blepharitis , dan pterygium akan segera sirna.
Pada olesan kedua, semua penyakit pada bagian kepala ataupun migrain , beragam penyakit pada bagian mulut , deman tinggi yang berselang seling dalam pada hari pertama , hari kedua , hari ketiga , hari ke empat ataupun deman tinggi yang berkepanjangan akan segera sirna.
Pada olesan ketiga, semua pengaruh dari aktivitas yang tidak baik dan penyakit yang disebabkan oleh berbagai makhluk halus, epilepsi , ketidak seimbangan unsure angin hingga delapan ratus ribu penyakit yang disebabkan oleh beragam makhluk halus juga akan sembuh.
Pada olesan keempat , semua makhluk halus penghalang seperti para vinayaka dan Mara akan diliputi rasa takut dan segera menghindar
Pada olesan ke lima, semua perselisihan dengan para pesaing [musuh] , petugas kerajaan , prajurit akan dimenangkan dengan mudah dan juga memperoleh kekuasaan agung.
Pada olesan ke enam, semua aktivitas [perbuatan , pikiran , ucapan] keliru yang berat seperti lima aktivitas [perbuatan , pikiran , ucapan] keliru tanpa jeda yang menyebabkan seseorang akan terjatuh dalam neraka Avici beserta dengan semua aspek mimpi yang tidak bermanfaat , semua aspek yang tidak baik dan tidak bermanfaat akan terhindar.
Pada olesan ke tujuh , para raja , pangeran , ratu , selir, dayang, menteri, pejabat, pelayan pria dan wanita juga akan tunduk , menyakini semua ucapan , menjunjung tinggi serta memberikan persembahan kepada praktisi .
Pada olesan ke empat belas , praktisi akan mencapai kekuasaan agung.
Pada olesan ke dua puluh satu , praktisi akan mencapai kualitas kebajikan seperti para raja dimana semua manusia awam akan tunduk ,dekat dan mengikuti semua ucapan serta menjunjung tinggi dan memberikan persembahan kepada praktisi.
Pada olesan ke dua puluh delapan , semua yakṣa dan yakṣini beserta dengan persamuan mereka akan tunduk dengan sendirinya ,mengikuti dan melayani praktisi.
Pada olesan ke tiga puluh lima, semua rākṣasa dan rākṣasī , asura dan asura kanya , naga dan nagakanya beserta dengan persamuan mereka akan tunduk dengan sendirinya ,mengikuti dan melayani praktisi.
Pada olesan ke empat puluh dua , semua mahāvidya, dakini, apsara, raksa dan yogini akan bermanifestasi dalam beragam bentuk untuk menjaga dan
melindungi praktisi hingga mencapai kesempurnaan penggugahan .
Pada olesan ke empat puluh sembilan , Mahākāla ,Hāritī dan makhluk halus dari delapan kelompok lainnya akan tunduk , menjaga dan melindungi praktisi.
Pada olesan ke lima puluh enam , praktisi mampu melihat semua deva dalam ranah eksistensi bermateri halus.
Pada olesan ke enam puluh tiga, praktisi mampu melihat semua harta yang tersembunyi dalam tanah.
Pada olesan ke tujuh puluh, praktisi mampu melihat semua aspek dalam kediaman para deva dan asura serta mengunjungi semua kediaman deva dan asura.
Pada olesan ke tujuh puluh tujuh , praktisi mampu melihat semua esensi untuk ramuan herbal baik dipegunungan maupun hutan , tubuh praktisi akan memancarkan cahaya dan memperoleh rentang kehidupan yang panjang , juga akan memperoleh kekuasaan agung dan mewujudkan semua aspirasi dan keinginan yang baik dengan sempurna
Pada olesan ke delapan puluh empat, praktisi mampu membuka semua pintu dari kediaman deva gunung dimana para deva gunung ini juga akan mengundang praktisi untuk berkunjung dan praktisi juga akan mencapai kemampuan mengolah ramuan herbal untuk memperpanjang rentang waktu kehidupan [rasāyana-siddhi].
Pada olesan ke sembilan puluh satu, praktisi mampu membuka semua pintu dari kediaman naga dimana para nagaraja juga akan mengundang praktisi dengan penuh sukacita dan tidak akan mempersulit praktisi.
Pada olesan ke sembilan puluh delapan, praktisi mampu membuka semua pintu dalam ranah eksistensi keinginan [kamadhātu].
Pada olesan ke seratus enam, praktisi mampu melihat dalam kegelapan seperti siang hari.
Pada olesan ke seratus tiga belas , praktisi mampu melihat apodhātu , vayudhātu , cakradhātu , vajra dhātu dan ,Ākāsa dhātu:
Pada olesan ke seratus dua puluh, praktisi mampu melihat ranah eksistensi Cāturmahārājika dan juga mampu melihat semua makhluk hidup yang terlahir kembali di neraka juga dapat membebaskan penderitaan dari semua makhluk hidup tersebut .
Pada olesan ke seratus dua puluh tujuh , praktisi akan memperoleh cahaya agung yang bersinar seperti matahari yang mengiluminasi semua kegelapan
Pada olesan ke seratus tiga puluh empat , praktisi mampu melihat bodhisattva vajradhara dan semua keinginan ataupun aspirasi yang baik akan terwujud dengan sempurna.
Pada olesan ke seratus empat puluh satu, praktisi mampu melihat bodhisattva Avalokitêśvara dan semua keinginan ataupun aspirasi yang baik akan terwujud dengan sempurna.
Pada olesan ke seratus empat puluh delapan, praktisi mampu mengakses pengetahuan tertinggi dalam melihat semua kediamanan devaputra dan deva dari ranah materi [rūpadhātu] dan berkunjung ke ranah tersebut dengan tak terhalang. Praktisi juga mampu melihat semua ranah bodhisattva, buddha, pratekya buddha dan juga arahat dari sepuluh penjuru.
Jika praktisi mengoleskan ramuan herbal ini selama satu tahun dan mendaras ketiga mantra diatas maka akan mencapai lima mata murni , agregat yang dipenuhi dengan kualitas kebajikan, kekuasaan dan kekuatan dalam pengetahuan tertinggi dan akan terus bertansformasi dan sejajar hingga seperti para deva.
Dalam pengolesan ramuan herbal ini , praktisi harus menggunakan wadah dari tembaga dan mendaras mantra terlebih dahulu sebanyak dua puluh satu kali kemudian mengoleskan ramuan herbal ini ke mata sesuai dengan uraian.
JIka semua makhluk hidup ingin melatih diri berdasarkan prosedur dan metoda yang telah uraikan ini dan juga ingin mewujudkan semua aspirasi yang baik dengan sempurna maka mereka harus menyakini dan memahami uraian ini terlebih dahulu dengan tanpa keraguan. Disamping itu mereka juga harus selalu mengembangkan welas kasih yang tidak terbatas,mempelajari semua kebijaksanaan dan pengetahuan dari para Buddha hingga mencapai kesempurnaan penggugahan.
Demikianlah uraian ini , semua aspek aktivitas dalam melatih diri harus sesuai dengan uraian dan tidak boleh ada kesalahan apapun , tidak boleh dalam keraguan ataupun tidak bersemangat dalam melatih diri melalui uraian ini, apabila ada praktisi yang masih dalam kondisi demikian dalam melatih diri maka semua kualitas yang telah diuraikan tidak akan tercapai.
[Bagian ke sembilan : Homa api ]
[0195c15] Selanjutnya bodhisattva mahāsattva Avalokitêśvara kembali menghormati Bhagavān dan kembali berkata :
Bhagavān , metoda homa api dari dhāraṇī yang bernama mahāpadma cintāmaṇi cakra mampu memberikan manfaat kepada semua mahluk hidup dan juga mampu mengkondisikan pencapaian dari semua kualitas tertinggi. Selain itu , juga mampu mengeliminasi semua halangan , menghentikan semua musuh ,vinayaka sehingga merekatidak akan menjadi penghalang dan juga menimbulkan suka cita kepada semua makhluk hidup yang melihatnya.
Selanjutnya , praktisi harus menentukan dan memilih lokasi yang tenang dan bersih, mempersiapkan lokasi dengan mengukur dan menentukan panjang sisi yang berukuran tiga hasta dan kemudian melaksanakan prosesi pemurnian dengan pengolesan ke tanah tersebut. Di tengah lokasi tersebut digali lubang sedalam satu siku dengan sisi sepanjang setengah siku sebagai lubang untuk perapian. Pengolesan tanah harus menggunakan gomayi dan tanah kuning dan dilaksanakan sesuai dengan uraian . Selanjutnya juga mempersiapkan batang cendana putih dengan ukuran panjang dua setengah inci. Kemudian praktisi juga mempersiapkan batang cendana putih yang dipotong dengan ukuran dua setengah panjang gengaman tangan untuk dibakar dalam homa , dan juga padi , bunga , biji sesawi putih , gaharu , madu dan ghee dalam jumlah yang sama.
Homa api harus dilaksanakan pada jam tiga hingga lima pagi sebanyak seribu delapan puluh kali maka lima aktivitas [perbuatan , pikiran dan ucapan ] keliru tanpa jeda dan semua halangan dari aktivitas [perbuatan , pikiran dan ucapan keliru akan tereliminasi dengan sempurna.
Jika praktisi melaksanakan homa api selama tujuh hari berturut maka dia akan memperoleh rentang kehidupan yang panjang dan semua halangan dari aktivitas [perbuatan , pikiran dan ucapan] keliru yang berat juga akan tereliminasi .
Jika praktisi melaksanakan homa api selama empat belas hari berturut maka akan meningkatkan rentang kehidupan dan meningkatkan kekayaan. Para raja dan pangeran yang melihat praktisi ini juga akan menghormati dan menjunjung tinggi dia seperti deva Agni.
Jika praktisi melaksanakan homa api selama dua puluh satu har berturut maka para devaputra dari ranah Trāyastriṃśa , Śakrodevānām Indra bersama dengan devaputra Candra dan Aditya akan hadir untuk menjaga dan melindungi praktisi serta mewujudkan semua aspirasi dan keinginan yang baik dari praktisi. Cāturmahārājika , vidyadhara bersama dengan persamuan juga akan hadir untuk menjaga dan melindungi praktisi
Bodhisattva Vajrapāśa juga akan memaniferstasikan diri di hadapan praktisi melalui aspirasi agung bodhisattva Avalokitêśvara untuk mewujudkan semuaaspek sesuai dengan keinginan yang baik dari praktisi sehingga semua manusia dalam ranah ini akan tunduk dan menjunjung tinggi praktisi.
Jika dilanda kemarau ataupun kekeringan ,praktisi dapat menggunakan biji sesawi yang di campur dengan ghee sebagai bahan dalam homa api selama tiga hari tiga malam tanpa terputus maka hujan akan turun dengan segera.
Jika dilanda hujan yang berkepanjangan , praktisi dapat menggunakan abu dari homa api dan mendaras mantra sebanyak seratus delapan kali dengan posisi menghadap angkasa , kemudian abu tersebut ditebar ke angkasa maka hujan akan mereda dengan segera.
Jika ingin meredakan bencana yang ditimbulkan oleh badai ataupun topan yang diiringi dengan hujan yang berkepanjangan , praktisi dapat menggunakan abu dari homa api dan mendaras mantra sebanyak seratus delapan kali dengan posisi menghadap ke arah datangnya badai tersebut maka badai tersebut akan segera mereda.
Jika praktisi selalu melatih diri sesuai dengan uraian ini , kemudian mendaras mantra dengan penuh perhatian dan mengingat dengan baik uraian ini maka dia akan mencapai kekuasaan dan pengetahuan , mencapai tahapan tanpa rasa takut seperti Nārāyaṇa , pada saat rentang kehidupannya telah berakhir juga akan terlahir kembali dalam ranah Sukhavati, juga akan mengingat kembali semua kehidupan masa lalu hingga mencapai kesempurnaan penggugahan , tidak akan terlahir kembali dalam ranah eksistensi yang tidak menyenangkan .
[0196a10] Bhagavān, dhāraṇī yang bernama mahāpadma cintāmaṇi cakra mampu mengakumulasi kualitas kebajikan yang tak terhingga melampaui semua samudera yang tidak bertepi.
Jika ada bhikṣu , bhikṣuṇī , upāsaka , upāsikā , remaja putra dan remaja putri menerima dan menjunjung tinggi , tidak memiliki keraguan apapun , menulis kembali ataupun menyebabkan uraian ini tertulis kembali , mendaras dengan penuh perhatian dan mengingat dengan baik uraian ini , melatih diri dengan penuh perhatian dan tidak teralihkan oleh semua aktivitas lainnya maka semua keinginan dan aspirasi yang baik akan terwujud dengan sempurna dan juga akan mencapai kekuasaan agung dimana empat tingkatan sosial baik wanita maupun pria akan menghormati dan mencintai praktisi ini. Para vidyaraja dan vidyadhara juga akan menjaga dan melindungi praktisi ini dengan diam diam. Praktisi ini juga akan mengakumulasi beragam kualitas kebajikan secara spontan , dihiasi dengan beragam aspek keagungan dan juga akan memperoleh beragam persembahan berupa harta kekayaan , mutiara , mani, emas dan perak , beryl , kulit keong , kumala , jubah dan perlengkapan harian lainnya yang berlimpah dan juga dipenuhi dengan kualitas kebajikan agung serta semua keinginan ataupun aspirasi yang baik juga akan terwujud dengan sempurna. Praktisi ini akan mencapai sri cintāmaṇi siddhi , pengetahuan tertinggi yang sangat sulit dicapai oleh manusia biasa dan juga masuk kedalam tahapan tanpa kemunduran [avaivartika bhumi] ,
Bhagavān , mudra dan mantra dari dhāraṇī yang bernama mahāpadma cintāmaṇi cakra ini sungguh langka dan memiliki kekuasaan dan kekuatan yang tidak terbatas. Oleh sebab itu , semua makhluk hidup dalam kondisi bersih maupun tidak bersih juga akan mampu membuktikan kekuasaan ini melalui jalan berdiam dengan kesadaran penuh yang tidak teralihkan di dalam samudera realitas dan memasuki kemurnian primodial [samaya] dengan beragam samādhi , mencapai kesempurnaan penggugahan melalui manifestasi dari jalan spiritual ini . Semua aspek ini dikondisikan oleh akar mula penyebab dari transmisi kekuasaan, kekuatan dan perlindungan dari para Buddha serta welas kasih yang tidak terbatas dalam membimbing semua makhluk hidup menuju kematangan spiritual .
[Bagian ke sepuluh : Dorongan dalam pelatihan diri]
[0196a25] Kemudian Bhagavān memuji bodhisattva mahāsattva Avalokitêśvara dan berkata :
Sadhu sadhu , suddhasattva , anda telah dengan fasih menguraikan kembali dhāraṇī yang bernama mahāpadma cintāmaṇi cakra ini. Uraian ini akan memberikan manfaat dan suka cita kepada semua makhluk hidup di Jambudvīpa dan juga mampu membangkitkan akar kualitas kebajikan dan kesadaran pengggugahan mereka. Uraian ini juga mampu mengkondisikan makhluk hidup untuk mencapai tahapan kepastian dalam jalan bodhisattva[adhimukticaryābhūmi] apabila mereka menerima dan menjunjung tinggi melatih diri dengan baik , mendaras dengan penuh perhatian dan tanpa terputus maka dalam kehidupan ini juga mereka akan mencapai kemurnian primodial dari kebijaksanaan dan pengetahuan tertinggi [ṛddhi-vikrīḍita] yang mengiluminasi dengan sempurna semua pandangan mendalam terhadap realitas dari bentuk.
Selain itu praktisi juga tidak hanya mengakumulasi beragam kualitas kebajikan dalam kehidupan ini melainkan juga akan mengakumulasi beragam kualitas kebajikan dalam kehidupan yang akan datang dan dilindungi serta dijunjung tinggi oleh delapan kelompok dan melayaninya seperti deva Agni.
Saya sebagai mahāvidyadhara ini selalu mendorong setiap praktisi untuk melatih diri dengan penuh perhatian dan semangat serta selalu mendaras dan mengingat dengan baik , menyebarkan dan melindungi uraian ini dengan baik sehingga semua makhluk hidup menyakininya dan mampu memperoleh manfaat sepenuhnya dari uraian ini maka saya sendiri juga bersuka cita.
Kemudian bodhisattva mahāsattva Avalokitêśvara kembali menghormati Bhagavān dan berkata :
Bhagavān , saya , sejak kalpa yang tidak terhitung, melalui welas kasih yang tidak terbatas dan juga dengan mengandalkan uraian realitas dari Tathāgata dalam mendorong semua makhuk hidup untuk melatih diri dimana saya juga selalu mendukung dan membimbing mereka. Oleh sebab itu , melalui kesaksian dari para Buddha , saya menguraikan kembali dhāraṇī yang bernama mahāpadma cintāmaṇi cakra ini untuk kesejahteraan semua makhluk hidup.
Jika seseorang menerima dan mengingat dengan baik dan juga didukung dengan melatih diri melalui pendarasan yang penuh perhatian maka semua aspirasi dan keinginan yang baik juga akan dengan mudah terwujud dan juga mencapai kekuasaan dan kekuatan dalam tahapan Buddha. Demikianlah metoda ini melalui transmisi dari kekuasaan dan kekuatan Buddha dalam menolong semua makhluk hidup dari penderitaan.
Setelah bodhisattva mahāsattva Avalokitêśvara selesai menguraikan ajaran ini, semua yang hadir dalam persamuan diliputi oleh suka cita , mereka juga akan menyakini dan menjunjung tinggi uraian ini .